Pram dan Maria (polesan oleh edisantana) Banyak orang mengutip kalimat berikut sebagai sebuah kata-kata bijak yang disukai, disenangi, penyemangat hidup hingga menjadi kalimat yang melahirkan sikap Revolusioner. Kata-kata ini tertulis di halaman terakhir novel Rumah Kaca (Tetralogi Buru) karangan Pramoedya Ananta Toer. Kata-kata tersebut adalah :
“Deposuit Potentes de Sede et Exaltavat Humiles”
yang diterjemahkan oleh orang banyak sebagai :
“Dia rendahkan mereka yang berkuasa dan naikan mereka yang Terhina.”
Kalimat ini juga ada di dalam Alkitab yaitu di : Luke 1 : 52 : Deposuit potentes de sede, et exaltavit humiles atau : Lukas 1:52 : Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Sementara itu di dalam Kidung pujian Magnificat (juga disebut Nyanyian Pujian Maria) kalimat itu ada juga disebutkan. Kidung ini diambil dari Injil Lukas (Lukas 1:46-55) yang tersisip di tengah naskah prosa. Nama Magnificat diambil dari kata pertama kidung tersebut dalam versi Bahasa Latinnya. Bahasa Yunani Koine: Μεγαλύνει ἡ ψυχή μου τὸν Κύριον καὶ ἠγαλλίασε τὸ πνεῦμά μου ἐπὶ τῷ Θεῷ τῷ σωτῆρί μου, ὅτι ἐπέβλεψεν ἐπὶ τὴν ταπείνωσιν τῆς δούλης αὐτοῦ. ἰδοὺ γὰρ ἀπὸ τοῦ νῦν μακαριοῦσί με πᾶσαι αἱ γενεαί. ὅτι ἐποίησέ μοι μεγαλεῖα ὁ δυνατός καὶ ἅγιον τὸ ὄνομα αὐτοῦ, καὶ τὸ ἔλεος αὐτοῦ εἰς γενεὰς γενεῶν τοῖς φοβουμένοις αὐτόν. Ἐποίησε κράτος ἐν βραχίονι αὐτοῦ, διεσκόρπισεν ὑπερηφάνους διανοίᾳ καρδίας αὐτῶν· καθεῖλε δυνάστας ἀπὸ θρόνων καὶ ὕψωσε ταπεινούς, πεινῶντας ἐνέπλησεν ἀγαθῶν καὶ πλουτοῦντας ἐξαπέστειλε κενούς. ἀντελάβετο Ἰσραὴλ παιδὸς αὐτοῦ, μνησθῆναι ἐλέους, καθὼς ἐλάλησε πρὸς τοὺς πατέρας ἡμῶν, τῷ Ἀβραὰμ καὶ τῷ σπέρματι αὐτοῦ εἰς τὸν αἰῶνα. Bahasa Latin (Vulgata): Magnificat anima mea Dominum Et exultavit spiritus meus in Deo salutari meo. Quia respexit humilitatem ancillæ suæ: ecce enim ex hoc beatam me dicent omnes generationes. Quia fecit mihi magna qui potens est, et sanctum nomen eius. Et misericordia eius a progenie in progenies timentibus eum. Fecit potentiam in brachio suo, dispersit superbos mente cordis sui. Deposuit potentes de sede et exaltavit humiles. Esurientes implevit bonis et divites dimisit inanes, Suscepit Israel puerum suum recordatus misericordiæ suæ, Sicut locutus est ad patres nostros, Abraham et semini eius in sæcula. Bahasa Indonesia (Alkitab Terjemahan Baru Lembaga Alkitab Indonesia) : Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya. Magnificat di antara segala anak bangsa Pada era 1980-an, para diktator di Guatemala melarang keras pembacaan Magnificat di depan umum karena mengandung nada revolusioner. Sementara itu di Nikaragua, Magnificat merupakan doa favorit di kalangan petani dan kerap dibawa ke mana-mana sebagai jimat. Selama tahun-tahun kekuasaan Dinasti Somoza, para campesinos (petani atau buruh tani) diwajibkan membawa-bawa surat bukti bahwa mereka telah memberikan suaranya bagi Somoza sehingga dokumen tersebut disindir dengan julukan Magnificat. Tafsiran singkat Magnificat (Lukas 1:46-55) Menurut Stanley Jones : “Magnificat adalah dokumen paling revolusioner di dunia”. Ada 3 tindakan revolusioner yang terdapat dalam magnificat ini : - revolusi moral : “… sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya.” ; “…mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya.” [ay.48a&51b] - revolusi sosial : “Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah;” [ay.52] - revolusi ekonomi : “Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa” [ay.53] Terlihat kental akan spirit pemberontakan Maria dalam Magnificat (Magnificat Anima Mea Dominum atau Jiwaku Memuliakan Tuhan). Doa ini menjadi ringkasan iman dan kepercayaan Maria pada Tuhan. Dan dalam Women’s Bible Commentary, penulis Jane Schaberg ada mengatakan bahwasannya Magnificat adalah sebagai nyanyian pembebasan, baik pembebasan personal, sosial, moral, maupun ekonomi. Schaberg juga mengatakan, ini merupakan catatan revolusioner dari jiwa seorang bernama Maria. [caption id="attachment_279680" align="alignnone" width="163" caption="Cover novel Rumah Kaca oleh Pramoedya Ananta Toer "][/caption] Di sebuah sore di beranda belakang Rumah Kaca Dan dalam Magnificat atau Kidung Maria, Pram menemukan kalimat Deposuit potentes de sede, et exaltavit humiles yang membuatnya terpukau hingga harus menutup isi novel dengan menuliskannya di halaman terakhir di novel Rumah Kaca. Tapi apapun itu, kalimat itu telah membuat Pram sadar bahwa ada kekuatan yang mampu meRendahkan mereka yang berkuasa dan meNaikan mereka yang Terhina. Kekuatan itu lahir karena Magnificat anima mea Dominum (Jiwaku memuliakan Tuhan), kekuatan itu lahir kalau kita bisa memuliakan jiwa-jiwa anak bangsa pada jalan kebenaran, pada cita-cita bersama. Mari mempersiapkan pemberontakan itu. Seperti pemberontakan Maria yang menginginkan perubahan. Edisantanasembiringmeliala Mencari Ujung Kata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H