Mohon tunggu...
Edi S. Mulyanta
Edi S. Mulyanta Mohon Tunggu... karyawan swasta -

@edismulyanta seorang penulis, mengelola penerbitan di Jogjakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Salam Salah Ketik, ...... Salah Ketik Lagi :-p

11 Juli 2015   09:28 Diperbarui: 11 Juli 2015   09:28 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini topik yang menjadi bulan-bulanan bagi yang mengalaminya. Memang sangat sepele salah ketik, akan tetapi jika berjalan dalam sebuah sistem, maka kesalahan itu mencerminkan sistem di dalamnya yang kemungkinan amburadul.

Saya mengalami sendiri hal ini, kebetulan saja saya bekerja dalam sebuah sistem produksi untuk menghasilkan produk yang menuntut hasil penulisan yang seratus persen harus benar dalam hal penulisan, terbebas dalam salah ketik, karena saya bekerja menerbitkan buku yang akan dibaca oleh khalayak pembaca buku yang kritis. Bayangkan saja jika terjadi salah penulisan nama, gelar, pangkat atau yang lainnya, bisa menjadi permasalahan yang sangat besar. Cek dan recek diperlukan untuk meminimalkan kesalahan. Sistem perlu dibangun untuk secara otomatis menjadi budaya, yang dapat diandalkan untuk meminimalisir kesalahan. Namun demikian, karena di dalam sistem tersebut ada manusia yang rawan terjadi kesalahan secara kodrat manusianya, sehingga terkadang kesalahan ini tidak mungkin dapat dihindari. Memang diperlukan pengukuran yang valid, untuk melihat secara statistik tingkat kesalahan tersebut dilakukan. Manusia menjadi sasaran empuk untuk dikambing hitamkan, untuk kotak sampah kesalahan, untuk sumpah serapah jika terjadi kesalahan, karena posisinya memang yang ditakdirkan untuk bisa alpa.

Sebelum sebuah buku diproduksi massal, ada editor yang akan menjadi pintu awal koreksi, kemudian sebelum masuk tahap selanjutnya, ada korektor yang juga akan mengoreksi lebih detail sebuah rangkaian huruf, kata, kalimat yang kemungkinan terjadi kesalahan. Jika proses sudah dilalui, secara teori kesalahan tidak akan terjadi karena sudah dua lapis yang melakukan detail koreksi. Faktanya ternyata tidak demikian, selalu saja lubang kesalahan tulis, kesalahan persepsi editor, kesalahan bidang lain bisa terjadi saat alur produksi berjalan.

Kesalahan konsep, adalah kesalahan awal yang tidak harus terjadi. Kesalahan ini stratanya cukup tinggi, sehingga jika terjadi kesalahan konsep pasti buku itu tidak bermutu sama sekali karena konsep dasarnya sudah tidak valid. Kemungkinan konsep masih bersifat abu-abu yang belum jelas kebenarannya. Contoh kesalahan: Presiden Soekarno dilahirkan di Blitar. Ini menuai perdebatan panjang yang berakhir juga tidak jelas.

Kesalahan karena ketidak tahuan, adalah kesalahan yang disebabkan oleh karena kurangdalamnya memelajari sesuatu, dan menganggap pengetahuannya telah benar dan ternyata tidak benar. Contoh kesalahan: DPR salah menuliskan pangkat seorang Jendral menjadi Marsekal. Padahal pangkat menunjukkan kesatuan.

Kesalahan karena “malu bertanya sesat di jalan”, nah ini kesalahan karena sok pintar dan sok benar, istilah jawanya adalah keminter. Karena merasa sudah benar, tidak melakukan cek ulang akhirnya menganggap benar yang tidak benar. Contoh kesalahan Sekretariat Negara: Singkatan BIN, adalah Badan Intelejen Negara, menjadi Badan Intelejen Nasional.

Kesalahan ketik, nah .. ini adalah kesalahan yang manusiawi yang memang perlu mendapat toleransi yang tinggi. Kesalahan ketik menduduki strata kesalahan yang paling rendah, karena bisa dilihat, terlihat, dan mudah dibetulkan. Sebagai contoh: dalam surat resmi kenegaraan tertulis Presiden Jokowi. Nah seharusnya adalah Presiden Joko Widodo.....

Semoga tidak ada kesalahan lagi, kalau terjadi kesalahan mohon maaf lahir batin.

Salam Salah Ketik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun