Islam adalah agama yang memanggil umatnya untuk menyebarluaskan ajaran dan nilai-nilai  islam kepada seluruh umat manusia dengan tujuan menjadi rahmatan lil'alamin. Selain itu, islam menawarkan jaminan terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan. Pada dasarnya, ajaran islam dapat dijadikan sebagai panduan hidup bagi umatnya yang menerapkan secara konsisten dan konsekuen.
Keteladanan adalah segala hal yang berkaitan dengan ucapan, tindakan, sikap dan perilaku seseorang yang dapat ditiru atau dicontoh oleh orang lain. Dalam Bahasa arab keteladanan sering disebut dengan istilah "uswah" atau " iswah" atau dengan kata "al-qudwah" dan "al-qidwah" yang mengacu pada kondisi di mana seseorang mengikuti jejak orang lain, baik dalam hal kebaikan maupun keburukan. Dengan demikian, nilai-nilai dalam keteladanan merupakan hal-hal yang dianggap penting oleh manusia sebagai subjek, mencakup segala sesuatu yang baik atau buruk, sebagai hasil dari pandangan atau tujuan yang terbentuk dari pengalaman dalam seleksi perilaku yang ketat.
Keteladanan dapat diambil dari aspek agama yang terpenting adalah akhlak yang terwujud dalam Tingkah laku  (behavior). Untuk menciptakan dampak positif dalam keteladanan dakwah yang sinergik yaitu kehidupan yang konsisten dengan ajaran, kepedulian sosial dan kegiatan amal, melakukan dialog dan komunikasi yang konstruktif, pengelolaan waktu dan prioritas dan Pendidikan serta pembinaan dalam toleransi keterbukaan.
Dakwah adalah kegiatan mengajak yang dilakukan dengan sengaja dan terencana, baik melalui kata-kata, tulisan, perilaku dan cara lainnya. Tujuan dakwah adalah mempengaruhi orang lain baik secara individu maupun kelompok, untuk menumbuhkan pemahaman, kesadaran, sikap, pengalaman dan perhatian terhadap pesan agama yang disampaikan tanpa adanya unsur paksaan.
Konsep sinergi dalam dakwah merupakan pendekataan yang mengutamakan kerja sama dan kolaborasi antara berbagai elemen dan pihak dalam Upaya penyebaran ajaran agama. Dalam konteks dakwah, sinergi berarti menggabungkan berbagai sumber daya, strategi, dan metode dari individual atau kelompok berbeda untuk mencapai tujuan yang sama dengan lebih efektif. Konsep ini menekankan pentingnya integrasi dan koordinasi antara berbagai usaha dakwah, baik ditingkat pribadi, komunitas, maupun organisasi, untuk menciptakan dampak yang lebih besar dan menyeluruh dalam menyebarkan pesan agama.
Penyebaran agama islam dipicu oleh aktivitas dakwah yang dilakukan oleh seorang juru dakwah. Dalam perkembangan islam. Dakwah menjadi strategi yang sangat efektif dan efisien. Terdapat dua strategi utama dalam dakwah; pertama, strategi internal-personal, yang fokus pada peningkatan kualitas kehidupan individu, dan kedua, strategi eksternal- internasional, yang mengutamakan Pembangunan struktur organisasi Masyarakat.
Kedua strategi ini telah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam proses dakwahnya. Sebagai mana teladan umat, Nabi Muhammad menunjukkan cara dakwah dan pengembangan ajaran islam. Pada awalnya, dakwah dilakukan secara tersembunyi, sebelum akhirnya diperintahkan untuk melakukan secara terbuka. Meskipun metode dakwah yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW tidak secara langsung diwariskan oleh nabi-nabi sebelumnya, metode ini diteruskan oleh para pengikut setia ajaran islam.
Selain itu, dapat dilakukan pendekatan sinergik dalam dakwah yang merujuk pada Upaya kolaboratif yang melibatkan berbagai pihak seperti organisasi, keagamaan, pemerintah, dan Masyarakat. Untuk meningkatkan efektivitas dan dampak dari aktivitas dakwah. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan sinergi, di mana hasil yang dicapai jauh lebih besar daripada jumlah kontribusi individu.
Kearifan Nusantara adalah pengetahuan dan praktik yang didasarkan pada filosofi, nilai-nilai, serta cara-cara dan perilaku yang telah menjadikan tradisi. Kearifan ini diterima sebagai sesuatu yang baik dan benar, sehingga mampu bertahan dan terus diterapkan dalam Masyarakat. Dakwah yang berbasis pada kearifan Nusantara merupakan alternatif untuk menyebarkan pesan agama kepada Masyarakat. Di indonesia, yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan agama, penting untuk mengintegrasikan kearifan Nusantara sebagai dasar nilai dan pesan dalam proses digitalisasi dakwah. Pendekatan ini memungkinkan penyampaian pesan agama dengan cara yang lebih dekat, relevan, dan mudah diterima oleh Masyarakat Indonesia.
Dalam kearifan Nusantara dapat diambil contoh pondok pesantren darul ulum, jombang  mengintegrasikan budaya lokal dalam pengajaran dan praktik keagamaan. Mereka menggunakan pendekatan yang menghargai adat istiadat setempat dan menggabungkannya dengan ajaran islam. Misalnya, mereka memanfaatkan tradisi lokal dalam acara-acara keagamaan dan Pendidikan untuk membuat pesan agama lebih relevan bagi Masyarakat.
Namun, disisi lain terdapat tantangan dalam menghadapi  Ketika mengintegrasikan keteladanan dan kearifan Nusantara dalam dakwah, seperti pendekatan interpretasi agama atau resistensi budaya. Tetapi hal ini pun harus dapat dilakukan penyelesaian karena dalam syiar atau dakwah harus memiliki metode pendekatan dan strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi tantangan terhadap Masyarakat yang tidak menerima dan harus saling melakukan komunikasi antar budaya dan bagi para pendakwah, sejatinya islam itu cerdas.