Mohon tunggu...
Edi Purwanto
Edi Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Laskar Manggar

Aku ingin melihat binar bahagia di matamu, wahai Saudaraku

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ada Cinta di Pasar Pancasila

27 Oktober 2023   18:57 Diperbarui: 27 Oktober 2023   21:45 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini , seperti biasanya, selepas sholat subuh dan tilawah Al Quran, saya olahraga dengan jalan kaki kurang lebih 45 menit. Kali ini, di sekitaran pasar Pancasila Kota Tasikmalaya. 

Rutenya dari Jalan Sutisna Senjaya, pertigaan pertama belok kanan, kemudian menyeberangi rel kereta, belok kiri lurus sekitar 300 meter, sampailah di tujuan, pasar tradisional Pancasila. Jalan ke arah pasar, sebelah kirinya dipenuhi aneka tanaman hias dan bunga, serta termasuk potnya. 

Biarkan Bunga Mekar Sampai Sempurna
Sengaja saya lewat area penjualan bunga, kebetulan saya suka bunga, dan mau menikmati indahnya tanaman bunga sepanjang jalan samping rel kereta, dekat stasiun Tasikmalaya.

Bunga, bahasa Arabnya  " " (zahrah), bahasa inggrisnya flower, sedangkan bahasa Jawa dan Sunda-nya sama, yaitu kembang.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Bagi saya, semua bunga indah dan ada keunikan tersendiri. Karenanya saya tidak mau merubah suatu bunga menjadi bunga lainnya atau membanding-bandingkannya, melainkan menerima apa adanya bunga tersebut.

Keragaman bunga jusru terasa indah. Ia menampilkan diri, penuh kejujuran dan apa adanya, namun berusaha tampil sebaik mungkin, hingga mekar sempurna dan penuh pesona. Makanya saya tidak setuju dengan puisi "Bunga"-nya, Sapardi Djoko Damono:

Bunga

Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.
Ia rekah di tepi padang waktu hening pagi terbit;
siangnya cuaca berdenyut ketika nampak sekawanan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu;
malam hari ia mendengar seru serigala.
Tapi katanya, "Takut? Kata itu milik kalian saja, para manusia. Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata!"

Positioning
Sepanjang jalan menuju pasar Pancasila, ada aneka bunga, tanaman buah, dan pot hias serta batu nisa. Ada bunga Keladi, Monstera, Calathea, dan lainnya. Tanaman Mangga, kelengkeng dan lain-lain. Bahkan bunga plastik dan karangan bunga pun bisa dilayani. Dari sisi penjual, banyak florist penjual bunga, seperti CV Nusa Indah, Delisa Florist, Kernesen, dan lainnya.

Seberang deretan bunga, merupakan tempat tinggal dan tempat usaha. Pelaku usaha di antaranya CV Nusa Indah, BPR Artha Sukapura, Koperasi Simpan Pinjam Pelita Jaya, Pusksmas Tawang, dan Laboratorium Pemda.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Saya suka bertanya-tanya, mengapa penjual bunga mengumpul dalam satu lokasi?  Seperti halnya penjual buku di Kwitang, Senen, atau penjual buah di Kalimalang, Jakarta. 

Ternyata, beberapa pedagang justru senang berjualan di lokasi yang sama. Alasannya konsumen lebih suka ke lokasi yang banyak alternatifnya. Uniknya, mereka tidak khawatir tidak laku. Katanya sih, rezeki sudah ada yang ngatur.

Saya jadi ingat buku Strategi Manajemennya P. Robinon. Kira-kira, apa strategi yang cocok untuk model usaha yang demikian? 

Menurut P. Robinson, ada tiga grand strategi, yaitu focus, differensiasi, dan low cost. Menurut saya, strategi yang tepat adalah differensiasi, yaitu menciptakan image atau kesan positif atas produknya, melalui segmenting, targeting dan positioning (STP) yang tepat.
Dalam bukunya, Positioning, Al Ries dan Jack Trout menguraikan bahwa agar bisnis sukses, pebisnis harus membangun merek, bukan produk. Karena perusahaan yang sukses, tidak hanya menjual produk, tetapi menempati ruang yang spesifik dalam pikiran orang. Dengan demikian akan terbentuk positioning dalam pikiran masyarakat, sebagai yang pertama, terbaik kualitasnya, atau "ter" lainnya.

Ada Cinta di Pasar Pancasila
Kakiku terus melangkah, hingga sampai di Pasar Pancasila Kota Tasikmalaya. Pasar ini berlokasi di Jl. Pancasila, Kel. Lengkongsari Kec. Tawang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. 

Pasar Pancasila dibangun pada tahun 1995 dan memiliki luas tanah  6540 m2, dan terdiri dari dua lantai dengan luas bangunan sebesar 3994 m2. Saat ini memiliki 270 kios dan 64 los.

Seperti umumnya pasar tradisional, pasar Pancasila menyewakan kios, dan pedagang menjual aneka produk, mulai pakaian, bahan kebutuhan pokok, sayuran, bahkan ada buku bekas, dan buah-buahan.


Saya mencoba masuk ke dalam, dan suasananya ramai. Ada penjual sayuran, ikan, daging, beras, bumbu-bumbu, dan aneka macam kue dan buah-buahan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi


Di luar, ada PUJAGALANA, Pusat Jajan Sagalana (pusat jajan semuanya). Ada aneka gorengan, ayam gulung, jagung, aneka kue. Di seberang pasar ada Toko Mas Anda, Bakso Mas H Kiman, dan deretan toko lainnya. Di luar kios dan pojok kiri, ada Ibu penjual Serabi.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Serabi, di Jawa Barat sering disebut Surabi. Kata Serabi merupakan bahasa Sansekerta yang artinya wangi atau harum. Dan merupakan jajanan tradisional khas dari Indonesia. Yang terkenal ada serabi Banding dan serabi Solo Notosuman. Kalau di Jakarta, serabi ada kuahnya.

Saya coba mendekati dan membelinya, tetapi makan di tempat. Kebiasaan saya, makan serabi sambil ngobrol dengan penjualnya. Ibunya bernama Bu Ade, usianya sekitatr 60-an tahun. Beliau jualan dari pagi selepas subuh sampai jam 7-an. Beliau tidak mau cerita, berhasil jual berapa kilo seharinya. Katanya malu.

Menurut Bu Ade, bahan dasar Serabi adalah tepung beras, santan kelapa dan garam. Dimasak di atas periuk tanah liat kecil. Beliau menjual serabi langsung dimasak di tempat. Ada dua jenis surabi yang dijajakan, yaitu rasa original, dan satunya memakai topping oncom.

Serabi di Kota Tasikmalaya ini menurut saya, relative kecil dibandingkan dengan serabi di desa saya Jojogan, Pemalang, Jawa Tengah. Tetapi penyajiannya sama, tanpa kuah. Rasanya juga sama, gurih, dan uenak . Saya makan serabi tiga ditambah rempeyek kacang, semua harganya empat ribu rupiah. Murah meriah.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Pagi hari, ada orang yang masih bermimpi meraih cinta, namun di Pasar Pancasila ini banyak orang yang justru telah membuktikan cintanya. Seperti Bu Ade, Kang Asep penjual pisang,  pedagang sayur, bakso, jamu, bubur ayam, dan lainnya, dari pagi telah membuktikan cintanya. Mengorbankan tenaga, pikiran dan hartanya demi cinta. Mereka bangun pagi, demi cinta. Cinta kepada pasangan dan anak cucunya. Cinta pada diri sendiri. Bahkan cinta kepada Dia, Sang Pencinta.

Allah SWT berfirman :
Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir (QS. Ar Rum : 21).

Jam 06.10 saya pulang ke Kosan untuk bersiap berangkat kantor pukul 06.50. Seraya melangkah pulang, batinku berdoa, semoga Allah SWT memberkahi kalian semua saudaraku, para pejuang cinta. 

Selamat berakhir pekan semuanya. Selamat bertemu dengan keluarga.

Bus Budiman, 27/10/23.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun