Bagi sobat yang mempraktikan long distance relationship (LDR) dalam membangun keluarganya, ada pelajaran berharga dari kisah Keluarga Ibrahim. Saya tidak menganjurkan untuk poligaminya, tetapi bagaimana Beliau Nabi Ibrahim, dengan pola LDR mampu membangun keluarganya, hingga mempunyai keluarga dengan keturunan yang luar biasa, mempunyai sifat sabar dan alim (cerdas).
Nabi Ibrahim mempunyai dua keluarga, Palestina dan Mekkah. Keluarga di Palestina, yakni bersama Siti Sarah melahirkan anak Nabi Ishaq yang taat, santun dan alim (berilmu). Sedangkan keluarga Beliau di Mekah bersama Siti Hajar melahirkan Nabi Ismail yang mempunyai sifat taat, santun dan sabar.
Beliau sebanarnya jarang bertemu. Pada jaman itu, perjalanan dari Palestina ke Mekah memerlukan waktu satu bulan. Demikian juga sebaliknya. Pertanyaannya adalah, apa dan bagaimana Nabi Ibrahim membangun keluarganya?
Berdasarkan kisah-kisah Nabi Ibrahim, dari Al Quran, dapat disarikan lima kunci keberhasilan Beliau.
Pertama, Keteladanan. Menjadi sorang suami adalah menjadi teladan bagi istrinya. Menjadi Seorang ayah adalah menjadi teladan bagi anaknya. Hal ini tampak dari QS. Al Muhtananah ayat 4, "Sesungguhnya ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim". Nabi Ibrahim menjadi teladan dalam segala aspek bagi Istri dan putranya. Dalam hal aqidah, ibadah, dan akhlaq, termasuk dalam aspek kejiawaan, kesehatan, kepemimpinan, dan keadilan.
Kedua, Komitmen dan Tanggung Jawab. Menjadi suami harus memmpunyai komitmen dan tanggung jawab, demikian menjadi ayah. Harus memberi nafkah, pangan, sandang dan papan, termasuk pendidikan. Al Quran mengisahkan, Beliau Nabi Ibrahim berkunjung ke Mekah, menjenguk dan mendidik keluarganya, walaupun untuk itu harus melakukan perjalanan dua bulan lamanya, pulang pergi. Â
Ketiga, Pertemuan yang berkualitas. LDR berdampak pertemuan yang jarang. karenanya perlu pertemuan yang berkualitas. Membersamai istri dan anaknya. Bermain bersama, bekerja bersama, gotong royong mengerjakan suatu pekerjaan. Nabi Ibrahim bermain bersama dengan putranya, bersama-sama membangun kabah, termasuk berdiskusi dalam pengambilan keputusan. Salah satunya diskusi tentang perintah penyembelihan putranya yang dilakukan bersama putranya.
Keempat, Membangun tempat tinggal dan lingkungan yang terbaik. Nabi Ibrahim menyiapkan tempat tingal terbaik dan penuh keberkahan di Palestina dan Mekah. Beliau juga membangunkan untuk kelurga dan putranya tempat ibadah. Di Palestina, Beliau membangun Masjidil Aqsa untuk tempat ibadah keluarga Beliau di Palestina. Beliau membangun Kabah di untuk ibadah keluarga Beliau di Mekah.
Kelima, Berdoa untuk keluarga, keturunan dan lingkungannya. Nabi Ibrahim tidak melupakan untuk mendoakan keluarga dan anak-anaknya dalam doa-doa Beliau. Beliau berdoa agar dikarunia keturunan orang-orang yang sholeh, dan memohon agar lingkngan tempat tinggalnya menjadi tempat yang penuh keberkahan (QS Ashafaat 100).
Lalu, apakah ada peran istri? Jelas, sangat ada dan signifikan. Dalam kisah anak-anak Nabi Ibrahim yang sholeh ada ibu mereka yang sholeh, yakni Siti Sarah dan Siti Hajar. Dalam kisah anak Nabi Nuh yang durhaka ada Ibunya yang durhaka. Dengan demikian, peran istri sangat penting.