Bali/seperti diketahui memiliki beragam budaya, salah satunya ialah budaya sistem irigasi yang disebut subak. Â Subak berdasarkan catatan kuno, Â yaitu pada prasasti pandak Badung, menyebutkan istilah subak sudah ada di Bali sejak abad ke 11 Masehi.Â
Subak pada tahun 2012 telah diakui oleh dunia sebagai salah satu warisan budaya dunia, gelar tersebut diakui berdasarkan sistem subak yang dijiwai oleh konsep tri Hita Karana. Tri Hita Karana ialah sebuah ajaran yang menjadi falsafah Bali, dalam ajaran ini memberi petunjuk tiga penyebab untuk mencapai keharmonisan. Pertama parhyangan yaitu hubungan subak dengan Sang Pencipta, pawongan sebagai dasar hubungan antara manusia dalam hal ini anggota subak, palemahan hubungan subak dengan alam atau dalam hal ini sawah.
Tradisi mantik ialah sebuah tradisi yang merupakan bagian dari aplikasi konsep parhyangan yaitu hubungan petani dengan Tuhan. Mantik Padi ialah suatu bentuk kegiatan untuk memuliakan padi. Tardisi ini dilakukan pada saat petani akan melakukan panen, petani subak mempercayai padi adalah manifestasi tuhan sebagai Dewi Sri, dengan demikian sebelum panen hendaknya padi dipetik dulu,  disertai persembahan banten kemudian diikat dan distanakan di sanggah uma atau tempat suci sawah. Sebagai simbol wujud  Dewi Sri, Dewi Sri tersebut akan diadegkan atau distanakan di sawah selama proses panen. Setelah selesai panen Dewi Sri akan diiring pulang ke rumah warga subak untuk distanakan pada tempat penyimpanan padi, yang berupa bangunan kelumpu atau lumbung padi khas Bali.Â
sesampainya dirumah Dewi Sri kemudian dipendak atau disapa dengan menghaturkan sarana banten, yang diiringi dengan mantra-mantra suci dan kemudian dinaikan untuk diletakan pada pelinggih lumbung padi atau isilah Bali disebut kelumpu
Demikian sekilas tentang tradisi memuliakan Padi atau dalam istilahnya mantik padi, yang dilakukan oleh warga subak. Mantik Padi ini ialah tradisi umum yang dilakukan oleh krama subak di Bali, setiap akan melakukan panen.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H