Mohon tunggu...
Eding Wangsana
Eding Wangsana Mohon Tunggu... -

Indonesia harus jadi lebih baik untuk rakyatnya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Cari Kaya Lewat Agrobisnis

14 Januari 2015   19:04 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penduduk Indonesia bertambah dengan cepat dan sudah pasti kebutuhan pangan meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu ada fenomena urbanisasi, yaitu penduduk desa, terutama kaum muda, pergi mencari pekerjaan di kota-kota besar. Kemudian ada tren tenaga kerja di pedesaan pergi ke luar negeri untuk menjadi TKI. Semua faktor-faktor ini membuat sebuah situasi di mana kebutuhan pangan meningkat, tapi tenaga kerja di bidang pertanian (dan peternakan) menyusut.

Bidang pertanian memang tidak dilirik kaum muda sebagai pilihan profesi yang paling diminati, karena banyaknya para petani yang miskin. Jadi kaum muda merasa mereka juga tidak bisa mengumpulkan banyak uang dari pertanian dan peternakan.

Hanya saja, pertanian dan peternakan bisa diatur ulang sehingga menjadi agrobisnis yang menguntungkan, bahkan bisa membuat petani/peternak berubah menjadi pengusaha agrobisnis yang kaya raya. Ini perlu kejelian dalam melihat peluang-peluang, lalu menggabungkannya dengan situasi yang dekat dengan kaum muda masa kini seperti kebiasaan berfoto selfie, memakai internet, Facebook, Twitter, dsb.

Maksudnya begini; sebagian dari kita masih ingat saat program-program ’Tea-Walk’ (diplesetkan menjadi Tiwok) menjamur. Program-program itu pada dasarnya hanya mengorganisir orang-orang dari kota besar untuk berkumpul di kebun-kebun teh di pagi hari Sabtu atau Minggu lalu berjalan kaki bersama-sama. Ada sedikit acara-acara tambahan, tapi inti dasarnya tetap sama.

Di masa kini tea-walk sudah berganti dengan wisata keluarga ke kebun-kebun buah-buahan, sehingga anak-anak dan orang tua bisa berjalan-jalan di sekitar pohon-pohon buah, memetik dan mengumpulkan buah-buahan. Buah-buahan itu masih perlu ditimbang dan dibayar oleh para pengunjung, tapi mereka menikmati acara jalan-jalan di sekitar pepohonan.

Satu bentuk agrobisnis lain adalah tempat-tempat pemancingan ikan, di mana para pemancing perlu membayar di pintu masuk dan juga membayar ikan-ikan yang berhasil mereka tangkap. Ada tempat pemancingan ikan yang menjadi satu dengan restoran, yang akan mengolah ikan-ikan yang ditangkap pengunjung menjadi makanan lezat.

Sebenarnya ini kan hanya petani yang menanam pohon buah-buahan atau peternak ikan, keduanya lalu mengatur ulang kebun atau kolam mereka supaya enak dikunjungi orang-orang yang berwisata. Kedua jenis agrobisnis ini bisa dipromosikan lewat Facebook, Twitter dll.

Dalam artikel di tautan berikut ini ada banyak ide-ide agrobisnis, silahkan dipelajari dan direnungkan, apa yang bisa diterapkan oleh kamu sendiri;

.

http://katakutu.com/view_56/article/Pengusaha-pengusaha%20Muda%20Agrobisnis

.

Dalam artikel itu diceritakan kalau kaum muda Afrika terjun ke agrobisnis, menggabungkan Facebook, Twitter dan internet, selain radio.

.

Lalu ada sudut pandang lain, ini agak mirip ide Taman Safari, tapi ada kekhususannya. Indonesia ini kaya dengan beragam spesies binatang, ada yang khas Indonesia, ada yang umum ada di berbagai negara. Contohnya di Indonesia ada buaya, kemudian ada pengusaha Indonesia yang membuat penangkaran buaya. Pengunjung bisa datang, bayar tiket masuk, lalu berjalan-jalan melewati berbagai spesies buaya, bisa dikelompokkan berdasar usia juga. Karena sekarang jamannya foto selfie, mungkin bisa diatur pengunjung yang berani bisa berfoto saat memegang anak buaya yang panjangnya 60 centimeter. Anak buaya biasanya hanya makan ikan-ikan kecil dan masih takut pada manusia, jadi pengunjung yang berfoto selfie bisa merasa sensasi memegang buaya tapi cukup aman. Pengunjung yang berminat juga bisa memakan sate daging buaya atau membeli tas, sepatu dari kulit buaya.

Ide ini bisa diterapkan dengan berbagai binatang yang ada di Indonesia, misalnya di dekat sebuah kota dibangun penangkaran beruang madu, lobster, trenggiling, anoa, jalak bali, kera Tarsius, orang utan, merak, cendrawasih, pesut Mahakam dan lain sebagainya. Perlu dipikir secara kreatif, apa atraksi-atraksi binatang yang bisa dilakukan di tempat seperti ini supaya bertambah daya tarik untuk para wisatawan.

Pengunjung bisa berfoto selfie secara aman dengan binatang-binatang itu lalu menikmati produk-produk hasil dari binatang itu, tentunya dengan tetap menjaga kelestarian para binatang itu, misalnya bulu burung merak kalau dijadikan topi, tentu ada yang berminat membelinya.

Kalau atraksi binatang-binatang itu cukup bagus, malah bisa menjadi tujuan wisata turis asing.

Mungkin cerita di bawah bisa menjadi inspirasi;

.

http://yungmeung.wordpress.com/2015/01/03/164-wildebeest/

.

Apakah ada atraksi-atraksi binatang baik domestik atau liar, yang bisa dijadikan obyek wisata seperti dalam cerita wildebeest? Misalnya, kapan burung merak atau cendrawasih mengalami musim kawin dan apa ’tarian’ yang dilakukan pejantan untuk memikat betina? Apakah pesut Mahakam melakukan perjalanan secara berkelompok secara rutin ke suatu tempat dan untuk tujuan apa?

Bisa juga siklus hidup binatang seperti anoa atau trenggiling dijelaskan dengan baik menjadi atraksi wisata. Bagaimana mereka mencari makan, membangun sarang, keunikan masa kawin, memelihara anak, hal-hal ini bisa dikemas menjadi atraksi wisata.

.

Coba direnungkan baik-baik, apa peluang-peluang agrobisnis, baik melibatkan tanaman atau hewan, yang terjangkau olehmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun