Mohon tunggu...
Edi Miswar Mustafa
Edi Miswar Mustafa Mohon Tunggu... lainnya -

Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Unggul Pidie Jaya. Jama'ah Komunitas Kanot Bu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah Masyarakat

20 September 2015   12:05 Diperbarui: 20 September 2015   12:50 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dulu, guru dihormati di mana pun ia singgah. Di warung kopi ia ditawari minum. Di meunasah (berasal dari kata madrasah -- di Aceh, setiap kampung/gampong atau dusun harus memiliki sebuah meunasah), mereka adalah narasumber bila ada masalah yang harus diputuskan bagaimana proses penanganannya. Tapi zaman sudah berubah. Guru tak lagi semulia dulu.

Suatu hari saya duduk mengobrol, sambil menunggu jam mengajar, dengan Bapak Drs. Darlianis, M.Si. Pak Dar, demikian beliau disapa, seorang guru biologi senior di salah satu Madrasah Aliyah di Pidie Jaya, Aceh. Menurut Pak Dar persoalan maju tidaknya pendidikan di suatu tempat ditentukan komposisi suatu masyarakat. Beliau mencontohkan wilayah di Aceh yang terdiri dari beberapa suku seperti Aceh Selatan, Lhokseumawe, Tamiang, Aceh Tengah, Singkil, dan Subulussalam. Daerah-daerah tersebut mengalami perkembangan cukup signifikan bila dibandingkan daerah yang komposisi masyarakatnya 'homogen' alias didominasi penduduk asli setempat.

 

Saya sepakat soal ini; komposisi masyarakat juga sangat menentukan maju-tidaknya pendidikan di suatu tempat. Persoalannya, jika kita semua sepakat dengan argumen di atas, apakah pemerintah harus merencanakan migrasi penduduk dalam jangka waktu tertentu sehingga seluruh daerah di Indonesia punya komposisi masyarakat yang heterogen seperti di kota-kota besar di Indonesia?

 

 

 

Pendapat Pak Dar didasarkan pada pengalaman beliau mendapat pelatihan selama satu bulan setengah di Pulau Penang, Malaysia. Harus diakui memang jiran Indonesia tersebut dewasa ini telah jauh meninggalkan Indonesia di bidang pembangunan pendidikan nasional. Bayangkan, satu bulan setengah di Malaysia, dan kebetulan juga pelatihannya di tempat yang dikenal sebagai daerah bermasyarakat heterogen, tapi sepertinya sebuah kesimpulan yang diperoleh dari pengalaman sesaat, saya kira belum dapat dijadikan semacam fakta yang kuat. Di samping itu banyak daerah lainnya di dunia, tapi mereka sangat akselaratif di bidang pendidikan, meskipun masyarakat mereka homogen.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun