Musik adalah bagian dari kehidupan dan perkembangan jiwa manusia. Sejak anak dilahirkan, dia telah memiliki aspek tertentu dari musik yang menjadi bagian pengalaman alami dari kehidupannya (Husni Wardi, buku Bermain Melalui Gerak dan Lagu).
Musik anak-anak memiliki popularitas yang baik pada era keemasannya sehingga mencatat sejarah baik pula. Bisa dikatakan tinggal sejarah karena tidak mengalami perkembangan lagi di blantika musik tanah air, bahkan merosot drastis. Coba kaji lagi pada tahun 1980an Cicha Koeswoyo menyanyikan "Helly" yang bercerita tentang anjing kecilnya. Kemudian Susan dan Ria Enes menyanyikan "susan punya cita-cita" yang secara tidak langsung mengajak anak-anak memiliki impian menjadi dokter, engineer, dan Presiden. Saya pikir sangat kreatif dan lagu yang mendidik. Kemudian di era 1990-an Enno Lerian populer lewat salah satunya lagu "Nyamuk Nakal", Melisa dengan "Semut-semut Kecil", dan Trio Kwek Kwek "Jangan Marah". Penyanyi seperti Chikita Meydi, Eno Lerian, Leoni, Dea Ananda, dan banyak lagi yang kesemuanya memberi ikon masa kanak-kanak yang khas lewat lagunya tentang persahabatan, pendidikan, kasih sayang ibu, sebuah harapan dan cita-cita. Kini, ke mana tema-tema lagu anak tersebut? Ironis, bisa jadi anak-anak telah kehilangan dunianya.
Meninggalnya AT Mahmud (06/07/2010) merupakan kehilangan besar bagi dunia seni musik, utamanya musik anak-anak. Betapa tidak, AT Mahmud dalam usianya masih rajin memerhatikan perkembangan lagu anak-anak. Ia mengaku prihatin ketika menyaksikan anak-anak di televisi menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Media Televisi memang berkontribusi besar dalam memperparah keadaan. Media ini selalu saja sibuk menampilkan band-band genre mendayu-dayu yang tidak malu akan playback. Seto Mulyadi, pemerhati anak yang akrab disapa Kak Seto mengungkapkan rasa keprihatinannya terhadap lagu-lagu anak yang dinilainya hampir punah (vivanews.com). Seorang musisi yang cukup produktif di ranah musik Tanah Air, personil band Sheila on 7 Adam prihatin atas kondisi musik anak-anak. Ia menilai, menurunnya industri musik anak-anak akibat kurang adanya dukungan musisi-musisi Tanah Air (Liputan6.com 23/8/2010).
Tak bisa dihindari realita bahwa semua hal di Negara kita ini ujung-ujungnya duit. Para pencipta lagu akan memilih menggarap lagu pop melayu dengan tema cinta melulu karena lebih banyak yang download, mereka selalu mengikuti pasar. Tetapi di sisi lain, telah muncul peluang bisnis ataupun lahan untuk berinvestasi yang menjanjikan karena sedikitnya kompetitor sehingga probability suksesnya lebih besar.
Harapan saya dari musisi-musisi handal di negri ini, kiranya mau membangkitkan kembali eksistensi musik anak-anak. Banyak rute sebenarnya yang bisa jadi pertimbangan, misalnya mencipta, mendaur ulang, atau remix. Ayo dong, jangan cekokin mereka dengan lagu yang tidak sesuai dengan perkembangan kecerdasan emosional mereka. Ini postingan pertama saya, semoga bermanfaat. Salam kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H