[caption id="" align="alignleft" width="341" caption="image from http://4.bp.blogspot.com"][/caption] Sesuatu yang berlebih-lebihan memang tak akan  membuahkan hasil yang baik. Begitu juga dalam hal merayakan hari lebaran. Berlebihan makan, berlebihan jalan-jalan, berlebihan malas-malasan, bisa jadi "penyakit" baru usai lebaran. Makna lebaran yang sesungguhnya jadi menguap karena kita malah asyik dengan urusan material. Berat badan naik, tabungan ludes, tidak semangat bekerja banyak dialami saat usai libur lebaran. Banyak orang cenderung berat badannya naik usai lebaran karena tidak mampu mengontrol makanan yang masuk. Setiap ke rumah keluarga untuk bersilaturahmi, umumnya ya langsung makan. Apalagi makanannya serba enak dan khas lebaran. Sayang kalau dilewatkan, mungkin begitu kira-kira yang ada di pikiran sebagian besar orang. Akibatnya berat badan justru naik melebihi berat badan sebelum puasa. Selain itu makannya juga beramai-ramai dengan keluarga besar sehingga terasa lebih nikmat. Tanpa terasa makanan yang masuk ke perut pun menjadi terlalu berlebihan. Selain masalah berat badan, masalah keuangan yang amburadul juga menjadi hal yang muncul menjelang dan sesudah lebaran. Sudah lazim terjadi jika saat lebaran umumnya bagi para pekerja akan mendapat uang tambahan yang lumayan "drastis" berupa THR di kala lebaran. Tapi ternyata kenaikan keuangan yang drastis itu juga dibarengi dengan penurunan keuangan alias pengeluaran yang drastis pula selama puasa dan lebaran. Sebagai contoh ya pengalaman pribadi saya misalnya. Ketika saya harus mudik ke Yogjakarta (saat ini saya tinggal di Bontang, Kalimantan Timur), sudah pasti ini menjadi agenda yang menyedot anggaran cukup besar. Apalagi saya sudah punya dua orang anak, yang masing-masing sudah harus dihitung harga satu tiket pesawat penuh dari Balikpapan ke Yogyakarta, pulang pergi. Semisal harga tiket pesawat di musim lebaran ini sekitar 1,5 juta rupiah/orang, dikalikan 4 orang (saya, suami, dan dua anak), dikalikan dua (pulang pergi), sudah sekitar 12 juta rupiah. Itu baru ongkos tiket, belum lagi ongkos perjalanan daratnya dari Bontang ke Balikpapan. Belum lagi anggaran bagi-bagi angpao untuk keponakan-keponakan. Ditambah lagi pengeluaran untuk beli oleh-oleh saat pergi dan pulang nanti. Ini jelas-jelas lumayan menguras isi tabungan. Kalau tanpa pemikiran yang matang, bisa-bisa tabungan ludes alias bokek. Akibatnya ya sepulang mudik harus kerja keras lagi untuk mengisi tabungan yang kosong melompong. Yang juga jadi persoalan lain adalah masalah malas kerja akibat terlalu lama libur. Setelah libur lumayan panjang saat lebaran, bertemu dengan saudara-saudara jauh saat lebaran mengakibatkan orang cenderung malas untuk mulai kerja kembali. Penginnya ngumpul terus dengan sanak keluarga di rumah. Keasyikan libur panjang inilah yang membuat sebagian orang biasanya kurang bersemangat, malas dan loyo untuk beraktifitas harian kembali, baik itu ke kantor maupun ke sekolah. Biasanya semangat untuk kembali bekerja secara normal ini baru muncul sekitar seminggu kemudian. Masalahnya kalau pekerjaan yang dilakukan tidak terlalu dikejar deadline ataupun dikejar target sih tidak apa-apa, tapi kalau sebaliknya kan jadi berabe. Kerja menjadi tidak fokus dan bisa jadi malah asal-asalan. Ini yang harusnya tidak boleh terjadi. Terus bagaimana caranya mengembalikan semangat kerja usai liburan? Seperti sudah saya uraikan diatas bahwa setelah libur lebaran, khususnya bagi para pekerja, tentunya pekerjaan rutin sudah menanti. Tetapi biasanya orang cenderung akan malas untuk memulai beraktifitas seperti biasa apabila udah mengalami rehat cukup lama. Padahal seharusnya justru setelah refreshing selama lebaran, orang mestinya bisa lebih bersemangat lagi dalam beraktifitas. Namun itu semua juga tergantung dari masing-masing orang, ada yang memang malas untuk memulai kerja dan ada juga yang sebaliknya. Itu semua juga tergantung dari motivasi dan tanggung jawab kerja masing-masing orang. Apabila tanggung jawab kerja yang dimilikinya sangat besar, maka kemungkinan untuk memulai aktifitas usai libur lebaran juga pasti besar. Untuk itu sangat diperlukan usaha untuk menumbuhkan motivasi dari masing-masing orang. Hanya motivasi dari diri sendirilah yang bisa membuat orang bersemangat untuk kerja lagi, meskipun suasana orang-orang di lingkungan kerjanya masih malas-malasan. Suasana di lingkungan kerja yang tampak malas-malasan ini memang lazim terjadi di mana pun. Untuk itu sangat diperlukan trik atau kiat untuk memotivasi semangat kerja yang kendor yaitu dengan mengerjakan berbagai tugas yang menarik. Misalnya saja bertemu dengan teman-teman kerja di kantor sambil berbagi cerita seputar mudik lebaran. Bisa juga saling berbagi oleh-oleh atau cindera mata dengan teman kerja mungkin menjadi suatu hal yang menarik pula. Selain itu jangan lupa untuk kembali memulai kebiasaan makan dan hidup sehat yang sempat ditinggalkan dan dilupakan saat libur lebaran dan makan biasa seperti halnya saat sebelum lebaran. Jangan sampai terlalu membiarkan berlama-lama bermalas-malasan agar badan tidak melar. Lantas apa yang harusnya dilakukan agar masalah semacam ini tidak muncul kembali pada lebaran yang akan datang. Merencanakan semua kegiatan anda secara matang dan melakukan sesuai yang telah direncanakan itu, mungkin bisa menjadi solusi yang terbaik. Selamat Pagi dan Semoga Bermanfaat. Sumber :  detik.com dan berbagai sumber lain yang relevan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H