Kemarin malam sekitar pukul 19.26 wita, hape saya berbunyi. Dari deringnya sudah jelas, ada sms masuk ke nomer Telkomsel saya itu. Saya buka ternyata dari Cha, seorang Kompasianer. Chacha ini memang belakangan rajin ber-sms dengan saya. Suka membangunkan saya juga waktu makan sahur, walaupun tidak tepat waktu. Disuruh membangunkan pukul 03.30, eh saya di-sms pukul 04.30. Ya jelas di tempat saya jam segitu sudah mau imsak. Lha wong dia di Jawa, saya di Kalimantan. Roaming bukan hahaha. Tapi ya nggak apa-apa namanya juga Cha ini anaknya agak lola, jadi ya harap maklum hehehe. Paling tidak dia sudah mau jadi alarm hidup bagi saya selama Ramadhan ini, ya khan. Dalam bahasa Jawa di sms-nya Cha menanyakan saya begini, "ora tarawih mbak opo wes mari?" Kalo saya terjemahkan kira-kira begini, "tidak tarawih mbak atau sudah selesai?" Saya pun langsung membalas sms itu dan mengatakan "sudah 2 tahun ini saya tidak pernah tarawih di masjid." [caption id="attachment_125681" align="alignnone" width="587" caption="Masjid di dekat tempat tinggal saya"][/caption] [caption id="attachment_125687" align="alignnone" width="587" caption="sayap kanan masjid"][/caption] [caption id="attachment_125692" align="alignnone" width="587" caption="sisi lain dari masjid"][/caption] [caption id="attachment_125704" align="alignnone" width="587" caption="masjid tampak dari sisi parkiran yang lain"][/caption] Ya memang benar, sudah 2 tahun ini saya tidak pernah sholat tarawih di masjid. Padahal masjidnya hanya sebelahan dengan tempat tinggal saya, lewat pintu pagar belakang rumah juga bisa sampai ke masjid. Walaupun tidak wajib, tapi jujur saya rindu untuk tarawih di masjid. Kenapa? Karena saya rindu mendengarkan ceramah dari para mubaligh besar. Kebetulan di komplek tempat tinggal saya ini ada 3 masjid dan salah satunya yang berada di sebelah tempat tinggal saya itu. Nah setiap bulan Ramadhan begini, setiap habis sholat isya atau menjelang sholat tarawih selalu diisi ceramah dari para mubaligh ibu kota. Karena jarang-jarang mendengarkan ceramah secara langsung dari mubaligh-mubaligh besar itulah, makanya kesempatan yang seperti itu sayang untuk dilewatkan. Selain itu kalau bulan Ramadhan begini, masjid ini jadi tambah ramai dan selalu dipenuhi oleh para jamaah yang bahkan berasal dari luar komplek pula. Saking penuhnya, para jamaah sampai-sampai harus sholat di teras masjid. Walaupun penuh dengan jamaah, tapi kita tidak perlu khawatir dengan tempat parkir karena tempat parkirnya pun lumayan luas. Tapi apa boleh buat, sejak saya punya si kecil Darryl yang sekarang baru sekitar 2 tahun. Keinginan untuk bisa tarawih di masjid terpaksa saya tunda. [caption id="attachment_125694" align="alignnone" width="587" caption="parkiran masjid, depannya ada kolam yang tidak berpagar"][/caption] [caption id="attachment_125697" align="alignnone" width="587" caption="jembatan, diseberang sana juga merupakan tempat parkir yang lumayan luas"][/caption] [caption id="attachment_125698" align="alignnone" width="587" caption="anak-anak suka bermain di pinggir kolam, kalau tidak diawasi berbahaya"][/caption] [caption id="attachment_125702" align="alignnone" width="587" caption="salah satu daya tarik kolam selain ikan ya air mancur ini"][/caption] Kalau tahun lalu si kecil Darryl baru berumur sekitar 1 tahun dan waktu itu lagi senang-senangnya berjalan, maka tahun ini malah cenderung tidak bisa diam. Maunya kelayapan dan keluar dari area masjid. Belum juga sampai masjid, masih di parkiran masjid saja anak saya itu sudah tidak mau masuk. Bukannya takut masuk ke masjid, tapi lebih tertarik untuk bermain di luar masjid. Kebetulan di luar masjid terdapat kolam ikan atau lebih tepatnya disebut danau buatan. Kalau sore hari memang saya sering membawanya melihat-lihat ikan di kolam itu. Selain ikan, kolam ini juga mempunyai daya tarik lain bagi anak-anak. Kebetulan di tengah-tengah kolam dibangun air mancur dan pada saat angin berhembus kencang cipratan airnya bisa sampai ke pinggir kolam. kalau sudah begitu anak-anak suka kegirangan terkena cipratan air mancur. Sayangnya di kolam ini ada sebagian yang tidak berpagar. Itulah yang membuat saya khawatir kalau anak saya itu bermain sendiri di dekat kolam itu, sementara saya melaksanakan tarawih di dalam masjid. Kalau sampai kecebur malah bahaya. Oleh karena itu saya pun akhirnya dengan sangat "terpaksa" tidak melaksanakan tarawih di masjid itu selama 2 Ramadhan ini. Hanya suami dan si sulung Danny yang rajin tarawih di masjid dekat tempat tinggal saya itu. Mudah-mudahan Ramadhan tahun depan, si kecil Darryl sudah bisa dinasehati untuk tidak bermain di dekat kolam sehingga kerinduan saya untuk bisa tarawih di bulan Ramadhan bisa terobati. Semoga....
Telkomsel-Ramadhanku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H