Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menyusuri Malioboro Hingga Alun-Alun Kidul

28 September 2011   19:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:31 6687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Malioboro dulu (image from http://1.bp.blogspot.com)

Kota dicirikan sebagai suatu masyarakat yang mempunyai kepadatan interaksi sosial yang tinggi. Yogyakarta merupakan sebuah kota yang menyandang berbagai macam predikat, mulai dari kota budaya, kota gudeg, kota pelajar, kota wisata, dan juga kota perjuangan.

Keadaan ini telah menjadikan Yogyakarta sebagai sebuah kota yang terkenal di Indonesia. Banyak orang dari berbagai daerah datang dan tinggal di Kota Yogyakarta ini. Sebagai kota yang banyak dikunjungi orang, tentu saja kota ini menjadi bertambah padat. Munculnya kepadatan penduduk tersebut dapat dilihat dari semakin banyaknya perkampungan padat di tengah kota. Hal ini tentu saja dapat memunculkan masalah-masalah sosial yang serius dalam kehidupan kota, misalnya masalah kemiskinan, pengangguran, dan kriminalitas.

[caption id="" align="aligncenter" width="412" caption="Jalan Malioboro tempo dulu (image from http://1.bp.blogspot.com)"][/caption] Kota Yogyakarta sebenarnya lahir bersamaan dengan mulai ditempatinya Kraton Yogyakarta pada tanggal 7 Oktober 1756. Oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I, Kota Yogyakarta dibangun di tanah (hutan) Bering yang wilayahnya diapit oleh dua sungai yaitu Sungai Winongo di sebelah barat dan Sungai Code di sebelah timur. Tanah itu tampaknya memang sangat strategis menurut segi pertahanan keamanan pada waktu itu. Selama ini ulang tahun Kota Yogyakarta tidak pernah diperingati pada tanggal pembangunannya. Adapun yang setiap tahun selalu diperingati ialah saat berdirinya Pemerintah Kota sebagai kota otonom yaitu Pemerintah Kotamadya Yogyakarta atau yang pada saat berdirinya disebut sebagai Kotapraja. Kotapraja Yogyakarta baru lahir dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 17 Tahun 1947, yang membentuk Kota Yogyakarta sebagai Haminte Kota atau Kota Otonom. Undang-Undang tersebut merupakan produk perundang-undangan di jaman kemerdekaan tertanggal 7 Juni 1947 (Sumber buku Kotamadya Yogyakarta, 1989). Jadi peringatan berdirinya Kota Yogyakarta selama ini selalu diperhitungkan menurut berdirinya Pemerintahan Kota tertanggal 7 Juni tersebut.

[caption id="" align="aligncenter" width="410" caption="Jalan Malioboro sekarang (image from http://4.bp.blogspot.com)"]

[/caption]

Di tengah-tengah Kota Yogyakarta ini terdapat Jalan Ahmad Yani atau lebih dikenal dengan nama Jalan Malioboro. Dahulu di sepanjang jalan ini pernah terjadi peristiwa bersejarah bagi para pejuang kemerdekaan RI yaitu penarikan tentara pendudukan Belanda setelah Serangan Umum 1 Maret 1949.

Malioboro ini menjadi sangat terkenal karena selain terletak di jantung kota, tempat ini juga merupakan identitas bagi Kota Yogyakarta. Di Malioboro ini dapat dijumpai suatu kehidupan yang cukup unik terutama pada malam hari. Di jantung kota ini juga masih terdapat bangunan lama dan bersejarah yang tetap dilestarikan hingga sekarang, misalnya bangunan Kantor Pos, Bank Indonesia, dan Benteng Vredeburg yang merupakan peninggalan pemerintah Belanda. Selain itu ada juga Gedung Agung yang dahulu pernah ditempati Presiden RI pertama pada waktu ibu kota RI berada di kota ini. Dahulu di jantung kota ini juga terdapat semacam air mancur yang karena suatu hal dengan terpaksa dihilangkan.

[caption id="" align="aligncenter" width="540" caption="Benteng Vredeburg (image from http://newyorkyakarta.net)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Kantor Pos Yogyakarta (image from http://4.bp.blogspot.com)"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="Gedung Bank Indonesia (image from http://www.pojokejogja.com)"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Gedung Agung (image from http://www.flixya.com)"][/caption]

Satu ruas dengan Jalan Malioboro atau tepatnya lurus ke arah selatan akan terlihat bangunan yang megah yaitu Kraton Yogyakarta lengkap dengan lapangannya yang disebut Alun-Alun (Utara). Antara Malioboro dengan Kraton Yogyakarta memang tidak dapat dipisahkan karena keduanya merupakan aset mahal bagi pariwisata Yogyakarta. Banyak wisatawan yang datang ke kota ini karena ingin melihat Malioboro dan Kraton Yogyakarta. Orang seakan-akan belum bisa bercerita tentang Yogyakarta apabila belum melihat dua tempat ini.

[caption id="" align="aligncenter" width="480" caption="Kraton Yogyakarta (image from http://1.bp.blogspot.com)"]

[/caption]

Kraton Yogyakarta disebut sebagai salah satu pusat kebudayaan, khususnya budaya Jawa yang merupakan salah satu akar bagi tumbuhnya budaya bangsa Indonesia. Kraton atau kerajaan pada hakikatnya merupakan pusat peradaban dan tersimpan serta dihidupkannya segala seni budaya yang paling indah pada jamannya masing-masing. Pusaka kraton biasanya berasal dari pusaka-pusaka kerajaan yang ada sebelumnya. Selain itu kesenian dan tatacara Kraton akan terus dipelihara sejak dari masa sebelumnya sebagai budaya leluhur yang tetap dilestarikan. Saat ini Kraton Yogyakarta dapat dianggap sebagai peninggalan budaya masa lalu yang masih terpelihara.

Di dekat kraton juga terdapat obyek wisata lain, yaitu Taman Sari. Dahulu Taman Sari ini merupakan tempat mandinya para puteri kraton. Di Taman Sari ini juga terdapat semacam sumur yang bernama Sumur Gumuling. Sumur ini konon tempus sampai ke laut selatan.

[caption id="" align="aligncenter" width="486" caption="Lesehan di Jalan Malioboro (image from http://upload.wikimedia.org)"]

[/caption]

Seperti halnya Kraton Yogyakarta, Malioboro menjadi terkenal karena mempunyai kehidupan malam yang “unik”. Malioboro menjadi “unik” dengan adanya budaya lesehan,yaitu makan dengan duduk beralaskan tikar. Setiap malam di sepanjang trotoar jalan ini dapat dijumpai warung-warung lesehan yang mungkin sulit dijumpai di kota lain.

Menu utama yang disajikan di warung lesehan ini adalah nasi gudeg yang merupakan makanan khas Yogyakarta dan juga ayam goreng atau burung dara goreng. Warung-warung ini mulai menggelar dagangannya pada pukul delapan malam ketika sederetan toko-toko mulai tutup. Semakin malam warung-warung lesehan ini akan semakin ramai oleh pembeli. Pada saat itu pula para pengamen atau musisi jalanan akan mulai bermunculan untuk menghibur para pembeli.

[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Pengamen Malioboro (image from http://1.bp.blogspot.com)"]

[/caption]

Para pengamen di Malioboro ini memang berbeda dengan pengamen jalanan di tempat lain. Tidak jarang mereka menenteng kesana-kemari berbagai atribut yang dipergunakan untuk mengamen, misalnya bas betot, drum, dan juga keyboard. Layaknya sebuah panggung hiburan, maka semakin malam akan semakin ramai Malioboro ini dengan berbagai konser musik. Dari tempat ini pula telah dilahirkan banyak seniman musik Indonesia terkenal, seperti Sawung Jabo dan Ebiet G.A.D.

Salah satu daya tarik Malioboro memang terletak pada budaya lesehan pada waktu malam dengan ditemani alunan musik dari pengamen jalanan. Di tempat ini sering pula dijumpai budaya nuthuk (memukul) harga terhadap pembeli. Hal tersebut dapat terjadi karena tidak setiap penjual memasang tarif menu sehingga harga seakan-akan hanya dikira-kira saja. Karena itu saran saya jika ingin menikmati lesehan di Malioboro, jangan pernah sungkan-sungkan untuk menanyakan tarif harga makanan disana jika memang tidak dipasang tarifnya. Nggak perlu malu karena orang Yogyakarta itu pada dasarnya ramah-ramah koq.

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Kaki Lima Malioboro (image from http://www.jogjatrip.com)"]

[/caption]

Keunikan yang lain dari Malioboro adalah banyaknya pedagang kaki lima pada siang hari di sepanjang trotoar jalan tersebut. Di sepanjang trotoar ini pula para pejalan kaki mempunyai banyak kesempatan untuk bersantai sambil berbelanja. Jika anda ingin berbelanja souvenir, handy craft, dan oleh-oleh khas Yogya, disinilah tempatnya. Tapi hati-hati juga bila anda ingin berbelanja di tempat ini. Seperti yang saya bilang, di tempat ini memang biasa berlaku budaya nuthuk tadi. Saran saya jika anda bisa berbahasa Jawa, maka jangan pernah sungkan untuk menggunakan bahasa Jawa dalam tawar-menawar harga. Biasanya kalau pembeli bisa menguasai bahasa Jawa, maka penjual pun akan memberikan harga yang tidak terlalu tinggi. Tapi kalau anda tidak menguasai bahasa Jawa, anda tidak perlu khawatir pula.

Satu tips dari saya dalam menawar harga di Malioboro, usahakan menawar harga mulai dari separuh harga yang ditawarkan penjualnya. Misalnya saja anda ingin membeli daster. Ketika penjual menawarkan harga 60 ribu, maka tawarlah harganya mulai dari 30 ribu. Jika tidak diberikan, cobalah pindah ke penjual yang lain dan lakukan hal yang sama. Jika ditempat ini penjual tetap tidak memberikan barang yang anda maksud dengan harga yang anda tawar tadi, maka mulailah menaikkan harganya mulai dari seribu dulu. Begitu seterusnya hingga terjadi kesepakatan harga.

Selain di trotoar ini, anda juga bisa berbelanja oleh-oleh khas Yogyakarta di pasar Beringharjo pada siang hari. Letaknya masih di seputaran Malioboro, atau tepatnya di sebelah utara Benteng Vredeburg. Di pasar ini juga sering dijadikan tempat kulakan pedagang lain.

Sejak siang hingga malam aktivitas di Malioboro ini memang tidak pernah mati. Karena itulah, bisa dibilang Malioboro merupakan obyek wisata yang hidup 24 jam penuh. Selain dimanfaatkan untuk mencari nafkah siang dan malam, Malioboro juga sering dijadikan para seniman untuk mencari sumber inspirasi.

Selain di Malioboro, ada tempat yang lumayan ramai kalau malam. Letaknya tak jauh dari Kraton Yogyakarta karena memang masih di lingkungan Kraton, yaitu Alun-Alun Kidul. Hampir tiap malam tempat ini ramai dikunjungi, baik oleh wisatawan ataupun penduduk lokal. Di tempat ini pun juga terdapat beberapa pedagang lesehan ataupun warung angkringan. Menu yang dijajakan agak berbeda dengan lesehan di Malioboro. Di sini lebih banyak dijual aneka makanan yang menurut saya harganya lebih terjangkau daripada yang di lesehan Malioboro. Menu andalan di warung angkringan ini apalagi kalau bukan sego kucing atau nasi dengan lauk pauk ala kadarnya yang dibungkus daun, tapi porsinya hanya kecil seperti untuk makan kucing. Karena itulah namanya sego kucing. Harganya relatif murah, kalau nggak salah hanya 2 rbu per porsi. Murah khan? Kalau anda ingin menikmati lauk lain, disini biasanya juga tersedia berbagai jenis lauk, seperti sate usus, sate telur puyuh, tempe dan tahu bacem serta aneka gorengan lainnya yang harganya tak kalah murahnya dengan sego kucing tadi. Untuk minumannya, yang sangat khas ditempat ini selain kopi joss (kopi yang dalam penyajiannya ditambah dengan arang panas) adalah wedang ronde. Selain itu juga terdapat beberapa penjual jagung bakar.

Di Alun-Alun Kidul ini kita juga bisa mencoba "atraksi" Masangin, yaitu mencoba jalan dengan mata ditutup kain hitam dari pinggir alun-alun menuju ke arah tengah-tengah dua pohon beringin. Konon yang bisa melintas masuk di dua pohon beringin itu, maka kelak apa yang diinginkan akan terwujud. Antara percaya dan tidak, tapi kenyataannya atraksi ini selalu saja menarik minat wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan luar negeri.

[caption id="attachment_133771" align="aligncenter" width="300" caption="sepeda tandem"][/caption]

Di Alun-Alun Kidul ini juga terdapat Gedung Sasana Hinggil Dwi Abad. Di gedung inilah biasanya dilangsungkan pertunjukan wayang kulit pada malam-malam tertentu. Selain itu di Alun-Alun Kidul bila malam hari belakangan ini mulai diramaikan dengan hadirnya aneka becak warna-warni (saya menyebutnya begitu) dan juga sepeda tandem. Becak itu tampak warna-warni karena dihiasi dengan lampu yang menyala warna-warni. Begitu pula dengan sepeda tandemnya. [caption id="attachment_133955" align="aligncenter" width="352" caption="Saya dengan latar belakang Sasana Hinggil"][/caption] Untuk dapat mencoba menaiki salah satunya, kita bisa menyewanya di tempat itu. Harga sewanya bervariasi, tergantung dari bentuk dan tawar-menawar kita. Tapi rata-rata harga sewanya sekitar 30 ribu per 4 kali putaran. Setelah kita capek menggenjot becak atau sepeda tandem, warung angkringan yang murah meriah telah menanti kita. Jadi kita tidak perlu khawatir kelaparan di sini. [caption id="attachment_133770" align="aligncenter" width="376" caption="Malam Minggu di Alun-Alun Kidul, ada becak warna-warni"][/caption] Itulah Yogyakarta, kota kelahiran saya. Hampir 26 tahun saya habiskan masa muda saya disana. Yogyakarta memang istimewa di mata saya. Banyak kenangan lama saya yang tertinggal di kota gudeg ini. Walaupun sekarang Yogyakarta makin padat dan ramai, tapi tetap saja tidak menyurutkan niat saya untuk selalu pulang atau kembali ke kota ini karena Yogyakarta memang spesial. Di Yogyakarta apa-apa bisa kita dapatkan dengan harga murah, asalkan kita pandai-pandai dalam menawar harga. Jadi bila anda berencana untuk berwisata ke kota Yogyakarta, tapi dengan budget yang minim, anda tidak perlu khawatir. Di Yogyakarta banyak penginapan yang murah meriah dengan harga dibawah 100 ribu perharinya. So...tunggu apa lagi? Segeralah berkunjung ke Yogyakarta karenaYogyakarta itu kotanya asyik lho! NB : Tulisan ini merupakan salah satu topik yang dibahas di grub FB Cengengesan. Untuk menyimak tulisan senada dapat dilihat di Uji Nyali di Terowongan Benteng Pendem Cilacap. Tulisan yang lain akan segera menyusul.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun