Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dari Maya ke Nyata (Kopdar Bareng Kompasianer Jakarta di Bontang, Kaltim)

3 Januari 2012   21:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:22 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_153673" align="aligncenter" width="587" caption="Kopdar dengan Kompasianer dari Jakarta, Mbak Wita Rifol di Bontang Kaltim"][/caption]

Dari maya ke nyata, mungkin itulah ungkapan yang tepat bagi pertemuan yang baru saja terjadi tadi malam antara saya dengan Mbak Wita Rifol, seorang kompasianer dari Jakarta. Berawal dari hanya mengenal lewat kompasiana ini, kemudian berlanjut dengan saling memberi komen di postingan, itulah awal pertemanan saya dengan Mbak Wita. Akhirnya beberapa waktu lalu di penghujung tahun 2011 , tepatnya tanggal 22 Desember, Mbak Wita Rifol meng-inbox saya. Beliau menanyakan apakah saya berdomisili di Bontang. Begitu saya balas inbox-nya sambil mengatakan iya. Mbak Wita pun memberitahu saya kalo diawal tahun 2012, yaitu tanggal 2-5 Januari akan berkunjung ke Bontang dalam rangka tugasnya memberikan training motivasi untuk guru-guru di Bontang, tepatnya di SD hingga SMA yang berada dibawah naungan Yayasan Vidatra. Beliau pun mengajak saya untuk ketemuan disela-sela waktu istirahat mengisi training. Begitu menyebut nama sekolah itu, langsung saja ajakan itu saya sambut dengan gembira. Apalagi letak sekolah itu ada di dalam komplek saya tinggal. Saya pun juga menyebutkan kalo kenal dengan beberapa guru di sekolah itu. Akhirnya kami pun berbagi nomer hape demi kelancaran acara kopdar. Bagi saya kapan lagi punya kesempatan langka seperti ini. Yang jelas kesempatan itu tidak akan saya sia-siakan. Apalagi Mbak Wita ini termasuk senior di Kompasiana bagi saya. Yang jelas beliau ini lebih dulu gabung dengan Kompasiana dibandingkan saya, makanya saya katakan beliau ini senior. Sudah gitu beliau ini seorang psikolog, kapan lagi bisa "bergaul" dengan psikolog hehehe.

Nah menjelang tanggal yang disebutkan Mbak Wita tentang kedatangannya ke kota saya, saya pun coba mengecek ke beberapa guru sekolah yang dimaksud tentang kebenaran acara training itu. Tetapi dari beberapa orang guru yang saya tanya, semuanya mengatakan tidak ada jadwal training di tanggal-tanggal yang dimaksud Mbak Wita. Ya sudah saya pikir mungkin jadwalnya ditunda atau mungkin jadwalnya belum dibagikan ke guru-guru itu. Hingga akhirnya tanggal yang dimaksud pun tiba, saya pun kembali mengecek ke seorang teman guru dan lagi-lagi jawabanya sama, tidak ada jadwal training dari Jakarta bagi guru-guru. Ya sudah nggak apa-apa mungkin lain waktu ada kesempatan bagi saya untuk dapat bertemu dengan beliau, begitu pikir saya. Entah mengapa saya tetap penasaran, mosok sih ditunda. Kalo ditunda kenapa Mbak Wita tidak memberi tahu saya, begitu pikir saya (dan bodohnya saya koq ya tidak menanyakan langsung ke Mbak Wita). Karena rasa penasaran ini, maka pada tanggal 2 Januari malam saya pun sms ke seorang teman guru. Menanyakan sekaligus memastikan ada tidaknya jadwal training baginya. Dan teman saya itu pun langsung membalas sms saya begini, "ada bu ternyata, tadi SD besok SMP". Kebetulan teman saya itu guru SMP, berarti baru besok jadwalnya ketemu Mbak Wita. Yes, dalam hati saya bersorak kegirangan. Akhirnya saya bakal ketemuan dengan kompasianer dari Jakarta. Saya pun langsung titip salam untuk beliau jika besok ketemu (dan rupanya benar-benar disampaikan ke Mbak Wita). Karena saya pikir waktu itu sudah malam, saya putuskan besok aja untuk menghubungi atau sms Mbak Wita. Takutnya kalo saya paksakan sms malam itu malah ganggu istirahatnya.

Begitulah keesokan harinya, pagi-pagi sekali saya sms Mbak Wita. Saya tanyakan kapan waktu luangnya. Dan sejak saat itu kami saling ber-sms ria mengatur jadwal pertemuan kami. Saya tanyakan juga dimana saya bisa menjumpai beliau. Rupanya beliau menginap di salah satu hotel tak jauh dari tempat tinggal saya dan di salah satu rumah makan yang terletak disebelah hotel itu, kami janjian ketemu. Akhirnya dengan ditemani suami dan si kecil Darryl, saya pun meluncur ke tempat yang dimaksud. Dag dig dug sebenarnya hati saya, bukan apa-apa sih cuman takutnya Mbak Wita kaget lihat saya yang bukan tipe orang pendiam ini. Begitu ketemu dan langsung bersalaman, apa komentar pertama yang dilontarkan beliau. "Wow, ternyata aslinya lebih cantik lho daripada yang di poto profil itu, masih muda ya." Haduh apa nggak besar kepala tuh saya dibilang begitu. Apalagi suami saya, pasti cengar-cengir gitu hehehe. Saya pun langsung bilang "Saya sudah tua bu, umur saya sudah 38 tahun." Beliau pun langsung bilang "Saya lebih tua lagi hehehe", sambil menyebutkan angka diatas kepala 4. Sungguh saya tidak percaya, Mbak Wita ini ternyata tampak lebih muda lho daripada umurnya. Lincah pula, buktinya masih bisa "jalan-jalan" kesana kemari sampai ke London pula. Ya iyalah, kerjanya khan psikolog yang sering memberi pelatihan di berbagai kota gitu. Jualan kecap, istilahnya beliau.

Akhirnya obrolan pun mengalir begitu saja. Mbak Wita bercerita banyak tentang kerjaannya. Bahkan ketika dia cerita ke teman lain kalo dia akan pergi memberi pelatihan ke Bontang, teman-temannya malah bilang "ngapain jualan kecap sampai ke Bontang segala." Mbak Wita yang ternyata sudah beberapa kali memberi pelatihan di kota saya hanya tersenyum digoda temannya. Ya iyalah temannya itu belum tahu berapa honor dari Mbak Wita "jualan kecap" itu wong Mbak Wita memberi pelatihan di sekolah yang dibelakangnya ada embel-embel PT. Badak NGL, salah satu perusahaan pengolahan LNG terbesar di Indonesia. Untuk mendatangkan psikolog dari Jakarta, pastilah butuh anggaran yang besar. Untuk tiket pesawat pp, untuk sewa hotel, dan juga akomodasi lain, pasti tidak sedikit khan. Apalagi pelatihannya dari pagi jam 7 sampai jam 4 sore selama 5 hari pula. Ya begitulah, banyak sekali Mbak Wita berbagi cerita dengan saya. Beliau juga cerita tentang anak-anaknya, tentang macetnya Jakarta, tentang heboh kasus hoak di kompasiana kemarin, dan masih banyak lagi. Mbak Wita ini ternyata juga doyan omong seperti saya. Ya iyalah psikolog gitu lho hehehe.

Tak lupa saya juga dikenalkan dengan 2 orang temannya sesama psikolog dari Jakarta yang ikutan memberikan training. Dan salah satunya ternyata adalah kakak dari teman saya semasa kuliah dulu. Pantesan saya sempat kaget juga, koq ada orang gaya bicara dan wajahnya mirip dengan teman kuliah saya. Ternyata oh ternyata dunia itu sempit ya, buktinya saya bisa saja ketemu dengan kakak dari teman saya yang belum saya kenal sebelumnya gara-gara Mbak Wita. Apalagi teman Mbak Wita, yang bernama Mas Winarto ini dulunya satu almamater dengan saya, pernah tinggal di Yogya tentunya. Makanya obrolan pun bisa nyambung. Pokoknya seru ngobrol dengan para psikolog dari Jakarta itu.

[caption id="attachment_153693" align="aligncenter" width="553" caption="Mbak Wita sedang ngobrol dengan saya, disebelahnya Mas Winarto lagi dipotret sama Darryl"]

1325618620690123612
1325618620690123612
[/caption]

Akhirnya begitu selesai makan dan foto-fotoan, dua orang teman Mbak Wita pamit duluan kembali ke hotel hendak mengerjakan sesuatu. Saya dan Mbak Wita pun melanjutkan obrolan hingga pukul 9 lebih. Tapi berhubung si kecil Darryl mulai rewel (sebenarnya sudah sejak awal sih rewelnya, yang minta pulanglah, yang minta motret-motretlah, bahkan minta handphonenya Mbak Wita segala untuk motret, menjengkelkan sekali Darryl malam tadi), akhirnya kami sudahi saja pertemuan saat itu. Saya pun berpamitan kembali ke rumah, sambil tak lupa pula cipika-cipiki. Lega sudah rasanya saya bisa bertemu dengan Mbak Wita. Puas rasanya bisa kenalan langsung dengan beliau. Kami pun berjanji, lain waktu jika ada kesempatan bisa ketemuan kembali. Pesan saya buat Mbak Wita "jangan kapok ya bu, ketemu sama saya. Ya beginilah saya, nggak di dunia maya nggak di dunia nyata sama cerewetnya hehehe " Hayo siapa lagi teman-teman kompasianer yang ingin membuktikan kecerewetan saya, tak tunggu di Bontang hehehe. Ternyata asyik juga ya bisa kopdar dengan kompasianer lain. Dari sesuatu yang sifatnya maya, bisa beralih ke nyata berkat acara kopdar. Pantesan para kompasianer yang di Jakarta rajin sekali berkopdar ria. Kapan ya Kompasiana ngadain acara kopdar di Bontang? Saya pasti datang, tenan wis....*ngarep dotcom

[caption id="attachment_153696" align="aligncenter" width="587" caption="sebelum pamitan sempat foto-fotoan lagi di pintu rumah makan"]

1325623782197646584
1325623782197646584
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun