Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cuek Sih Cuek, Asal Jangan Kebangetan!

12 September 2011   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:01 7658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="302" caption="http://t1.gstatic.com/images"][/caption] Saya termasuk tipe orang yang cuek atau masa bodohlah dengan keadaan. Tidak pernah mau ambil pusing dengan segala permasalahan yang ada dalam hidup ini. Karena dalam prinsip saya hidup itu sudah susah, mengapa mesti ditambah susah lagi. Tapi meskipun demikian, saya bukan orang yang terlalu cuek. Jadi bisa dibilang cuek saya masih dalam taraf wajar. Kenapa, karena kadang kala saya pun ketika sedang mengalami suatu masalah, saya kadang-kadang tidak bisa secuek biasanya, apalagi kalau sudah menyangkut banyak orang. Saya ambil contoh misalnya, beberapa waktu lalu (akibat ulah saya sendiri) saya merasa hampir terkena kasus yang lumayan berat bagi saya. Kalau benar-benar sampai kasus itu menimpa saya (mudah-mudahan sih tidak), saya sangat yakin pasti akan berpengaruh terhadap keluarga saya. Apalagi saya ibu rumah tangga. Pastilah akan terganggu kehidupan keluarga saya yang saat ini tentram damai. Anak dan suami saya pasti akan terbengkalai, seandainya kasus itu benar-benar menimpa saya. Menanggapi hal yang begini, tentunya saya tidak akan secuek biasanya. Mengapa, karena akan ada banyak orang yang saya rugikan. Beda sekali dengan ketika saya dijelek-jelekkan (emang sudah jelek dari sananya hehehe) orang lain. Menanggapi hal yang begini pastilah saya akan sangat cuek. EGP-lah, Emang Gue Pikirin! Kalau masalah yang begini saya tanggapi, justru sayalah yang bodoh. Membuang tenaga, waktu dan pikiran. Nah dari dua contoh itulah, makanya saya beranggapan bahwa cuek saya masih dalam kategori wajar. Yang jadi permasalah adalah bagaimana jika cuek itu terlalu berlebihan. Sebagai contoh saya pernah punya teman (laki-laki) yang boleh dibilang cuek. Ketika pacar teman saya itu wisuda, si pacar menginginkan agar cowoknya bisa datang diacara wisudanya. Tapi karena sifat cueknya itu, akhirnya teman saya itu  sama sekali tidak datang ke acara wisuda ceweknya. Tentu saja si cewek sangat kecewa, walaupun teman saya tadi sudah minta maaf (sembari nangis segala lho!) toh nasi sudah menjadi bubur. Acara wisuda yang bisa jadi hanya sekali seumur hidup tak mungkin diulang lagi. Akibatnya ya penyesalan yang ada. Moment yang harusnya membahagiakan bagi si cewek terlewatkan begitu saja. Ada lagi contoh kasus teman saya (lagi-lagi laki-laki nih!) yang lain. Dia ini tipe cuek bebek alias sangat-sangat cuek terutama dengan keluarga. Lho koq bisa? Iya justru dengan keluargalah, dia sangat cuek. Padahal kalau dengan orang lain, dengan saya misalnya, teman saya ini bisa sangat peduli lho! Begitu saya punya masalah, biasanya dia akan buru-buru telpon saya sekedar mensuport saya. Kalau saya sms pun juga langsung berusaha dibalas. Tapi anehnya dengan keluarga sendiri cueknya minta ampun. Bahkan dia bisa lho nyuekin atau mendiamkan ibunya jika sedang beda pendapat, hingga hitungan bulan. Terus bagaimana hal ini bisa terjadi? Dengan orang lain bisa sangat peduli, tapi justru dengan keluarga sendiri cueknya minta ampun. Bisa jadi mungkin karena teman saya itu merasa bahwa yang dicuekin adalah anggota keluarganya sendiri. Mungkin saja teman saya tadi beranggapan bahwa seandainya terjadi suatu hal pun, keluarganya itupun (dalam hal ini ibunya) bisa saja menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa bantuan orang lain seperti hari-hari biasanya. Anggapan semacam inilah yang wajib kita hindari. Bukan berarti bahwa jika kita bisa menyelesaikan suatu masalah seorang diri setiap harinya akan selamanya begitu. Kadang-kadang jika permasalahan itu terlampau berat, maka mungkin saja kita butuh bantuan orang lain dalam memecahkannya. Curhat dengan keluarga bisa saja jadi solusinya. Dengan begitu masalah akan terasa lebih ringan dan mudah terpecahkan. Nah kalau saja kasus teman saya yang cuek sekali dengan ibunya itu kita balik kasusnya pasti akan lain ceritanya. Bisa saja ketika giliran teman saya itu butuh bantuan dalam memecahkan masalahnnya, giliran ibunyalah yang mencuekkannya. Bisa saja khan hal ini terjadi. Disaat dia membutuhkan bantuan dari ibunya dalam memecahkan masalahnya, ibunya gantian yang menghindar dan tidak peduli. Kalau sudah begini apa tidak akan terasa menyakitkan bagi teman saya itu. Kalau sudah begitu bisanya ya cuma menyesal. Menyesal kenapa terlalu cuek dengan keluarga. Cuek sih boleh-boleh saja, tapi jangan yang berlebihan. Bukankah sesuatu yang terlalu berlebihan itu tidak baik akibatnya? Terlalu cuek bisa jadi merugikan kita sendiri. Ujung-ujungnya ya penyesalanlah yang kita terima. Terus bagaimana cara mengatasi sikap yang terlalu cuek ini. Ya caranya dengan merubah pola pikir kita bahwa di dunia ini kita tidak bisa hidup sendiri. Manusia itu merupakan makhluk sosial, butuh berinteraksi dengan sesama. Kita mungkin masih membutuhkan orang lain dalam memecahkan masalah kita. Untuk itulah mengapa kita perlu meminta saran atau masukan dari orang lain. Curhat dengan teman bisa jadi solusi, asalkan teman yang tepat dan mengerti karakter anda. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa diri kita adalah yang paling tahu tentang pribadi sendiri. Namun demikian teman kadang bisa dianggap cermin terhadap diri. Kita dapat meminta masukan atau saran dari teman dengan cara yang tepat dan objektif. Dan itulah gunanya kita berteman. Itulah gunanya kita berinteraksi dengan sesama. Jadi mulai sekarang ada baiknya jika kita termasuk tipe orang yang terlalu cuek, untuk merubah pola pikir itu. Cuek sih cuek, asal jangan kebangetan! Hehehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun