Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Layar Tancap, Bioskop (Paling Indonesia) Jaman Dulu..

6 Mei 2011   19:40 Diperbarui: 4 April 2017   18:14 2270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya penggemar film, nggak peduli apakah itu film asing ataupun film Indonesia semua saya suka. Saya juga nggak peduli, apakah itu film action, film drama, film horor, film komedi, ataupun film musikal. Pokoknya asal bukan film porno, pasti saya nikmati. Film bisu saja saya pernah tonton koq, itu lho film yang dperankan Charlie Chaplin. Lha iya wong pemerannya juga bisu. Walaupun bisu bagi saya lebih menarik daripada film porno. Entahlah, nggak tau kenapa saya malah risih kalau disuruh lihat film porno. Jaman sekarang sih kalau mau nonton film itu gampang, banyak pilihannya. Mau di bioskop XXI sampai bioskop ecek-ecek (kalau masih ada lho!), kita bisa tinggal pilih mana film yang ingin kita tonton. Atau kalau malas ke bioskop bisa juga menyewa DVD, sekarang toh banyak rental DVD di berbagai tempat. Dengan menyewa DVD, kita bisa atur kapan kita akan menyetel karena nggak ada patokan jam tayang seperti di bioskop. Selain itu kita juga bisa menikmatinya sembari apa saja, mau sambil ndlosor juga nggak ada yang larang. Wong nyetelnya di rumah hehehe. Tentu saja itu semua bagi yang memiliki uang lebih. Bagi yang tidak mempunyai uang lebih juga tidak perlu khawatir. Saat ini film-film asing atau film nasional di televisi juga banyak diputar. Tinggal kita pilih cannel jadi deh kita nonton film. Nah bicara nonton film, jaman dulu mau nonton film itu susah! Bukan karena tidak ada film yang diputar atau tidak punya uang untuk menyewa DVD, tapi memang gedung bioskopnya yang tidak ada atau belum dibangun. Paling-paling kalau ada ya di kota-kota besar, itupun jumlahnya mungkin tak seberapa. Rentalan DVD apalagi karena memang eranya belum sampai ke DVD. Jaman dulu khan film masih diproduksi dalam bentuk gulungan pita film. Bukan keping VCD seperti sekarang ini. Sementara di televisi juga belum banyak film yang diputar, paling-paling yang saya ingat ya film Little House on The Prairie yang diperankan oleh Melissa Gilbert. Walaupun gambarnya masih hitam putih, tapi film itu masih membekas dalam ingatan saya sampai sekarang. Saya masih ingat betul, jaman saya sekolah SD-SMP (sekitar tahun 1980-1990) kalau mau nonton film harus nunggu moment-moment spesial seperti ulang tahun kemerdekaan RI atau hari-hari besar lainnya. Waktu itu saya masih tinggal di suatu kampung di daerah Yogyakarta. Saya juga masih ingat setiap bulan Agustus dalam rangka memperingati 17-an, di kampung saya sering sekali memutar layar tancap. Biasanya layar tancap diputar di halaman kantor kelurahan atau di lapangan kampung. Pokoknya kalau ada layar tancap, penduduk di kampung saya pasti berbondong-bondong ke lapangan. Lha iya lah wong nggak perlu beli tiket alias gratis. Nah karena diputarnya di lapangan, maka sudah bisa dipastikan kalau ada gerimis atau hujan, penontonnya pada kabur semua. Oleh karena itu penduduk di kampung saya biasa menyebutnya bioskop "misbar" alias gerimis bubar. Kadang-kadang ada juga yang menyebutnya nonton "sorot" karena memang film yang diputar disorotkan dari alat pemutarnya dari jarak sekian meter ke arah layar yang dibentangkan di depannya. Layarnya biasanya terbuat dari kain putih yang lebar atau panjangnya sekitar 2-3 meter. Dan tema film yang biasanya diputar di layar tancap waktu itu tak lain tak bukan adalah film KB alias Keluarga Berencana. Ya iyalah wong penyelenggaranya biasanya adalah BKKBN atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Kenapa film KB karena pada masa itu khan pemerintah memang sedang getol-getolnya mengkampanyekan gerakan keluarga berencana. Dua anak cukup, laki-laki atau perempuan sama saja. Itulah slogan yang selalu saya ingat. Nggak tahu kenapa, nonton film KB di layar tancap saja saya sudah senang bukan main. Mungkin karena saat itu alternatif hiburan masih kurang kurang kali ya? Sesekali sih memang diputar film tema komedi seperti filmnya Benyamin Sueb, filmnya Ateng-Iskakh atau film anak-anak seperti Cinderela-nya Ira Maya Sopha. Nah, mendekati era 90-an baru deh ada film-film action macam "Saur Sepuh" yang diangkat dari serial radio yang sedang ngetop saat itu. Saya masih ingat tuh dengan tokohnya yang bernama Brama Kumbara dan Mantili.

Nah jaman sekarang kayaknya sudah langka ya nonton layar tancap. Kalaupun ada sekarang bukan untuk nonton film, melainkan untuk melihat siaran sepakbola atau balapan motor (Moto GP) yang sebenarnya saat itu sedang disiarkan secara langsung di televisi. Istilah kerennya sih "nobar" atau nonton bareng. Masih ingat khan moment Piala AFF kemarin? Dimana-mana diselenggarakan acara "nobar", nggak di cafe, di restoran, di hotel-hotel juga ada. Hanya saja kalau sekarang mau ikut "nobar" di tempat-tempat itu ya harus bayar, tidak boleh gratisan. Kecuali kalau diputarnya di lapangan kayak layar tancap dulu, pasti deh gratis!

NB : Sumber gambar dari google.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun