Mohon tunggu...
edi hermanto
edi hermanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pembicaraan yang Pernah Dibahas Oleh Chairul Tanjung dan Mentri Koperasi Era BJ Habibie

19 April 2015   15:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sedikit mengulas tentang sosok mas adi mentri koperasi era BJ Habibie beliau sempat di juluki sebagai "MOST DANGEROUS MAN" pada saat memimpin kementrian koperasi, karena kebijakan taktis dan strategis beliau yang sangat prorakyat. Adi Sasono adalah seorang mantan aktivis mahasiswa sekaligus tokoh lembaga swadaya masyarakat.  tulisan mas adi 1970-1980-an banyak menyoroti teori stukturalis ekonomi yang katanya malah memiskinkan kehidupan bangsa yang sumber alamnya begitu kaya luar biasa.  Sedangkan chairul tanjung adalah seorang pengusaha sukses dia adalah sang owner CT pondations yang mempunyai latar belakang lulusan fakultas kedotoran (doktor gigi) dan pernah menjabat mentri perekonomian era presiden SBY mengggantikan Hattara jassa yang mencalonkan diri menjadi wapres kemaren.

Salah satu tema bahasan yang pernah di bahas mas adi dan chairul tanjung adalah masalah ekonomi kerakyatan yang sangat sering dipakai oleh politikus sebagai senjata kampanyenya.

Indonesia harus punya lapisan pengusaha menengah berjumlah banyak yang berfungsi sebagai lokomotif, karena orang miskin tidak mungkin bisa digerakan tanpa pengembangan sektor usaha, dan ini harus yang berbasis dan prioritasnya kerakyatan, jangan sampai menciptakan pengusaha nasional yang mempunyai karakter pengisapan ekonomi seperti yang dilakukan bangsa asing yang dulu datang menjajah kita.

Sebuah teori mengatakan, apabila terdapat 2,5 persen dari sebuah bangsa memiliki semangat kewirausahaan, maka bangsa tersebut bisa maju.  Saat ini kita baru 0,2 persen wira usaha.  Perlu lebih banyak lagi dicetak pengusaha sebagai penggerak lokomotif, sekaligus sebagai ROLE MODEL yang mampu menjadi pandu saudara lainnya.

kita butuh banyak wirausaha yang nasionalis, Nasionalis kerakyatan, karena ini tugas kemanusiaan.  Karena kekayaan tidak kita bawa mati, inilah watak kebangsaan paling sejati.  Kita berbuat, tidak sekedar beretorika.  Masalahnya ada di tingkat mikro, bukan di tingkat makro.  Bukan berarti makro sudah beres.  Masih banyak pekerjaan rumah terkait berbagai kebijakan moneter maupun kebijakan fiskal.

Sebuah kondisi lucu saat panen jagung malah impor jagung.  Saat panen bawang di Brebes malah didatangkan bawang impor dari Filipina ke brebes dan menyebabkan harga jatuh, petani merugi.  Panen yang seharusnya merupakan masa menggembirakan malah berbalik menjadi momok menakutkan bagi petani.  Kita tidak nperlu memperbanyak pengusaha Oportunis seperti itu.  Kasihan petani kita.  Mereka berhak meraih keuntungan setimpal atas keringat yang telah kering diperas selama proses tanam dan pemeliharaan.

Watak ekonomi kita kerakyatan.  Nasionalisme kita adalah nasionalisme kerakyatan, bukan sekedar melindungi pengusaha nasional melawan pengusaha asing karena pengusaha nasional tidak efisien, misalnya, pengusaha nasional, tapi kelakuan untuk mengisap pegawainya sama saja dengan orang asing, bahkan munkin lebih buruk karena orang asing mempunyai etika dari negaranya.  Ini namanya nasionalis borjuis.

Demokrasi kita juga harus demokrasi kerakyatan, bukan sekedar demokrasi prosedural untuk pengumpulan suara dengan sogokan yang kemudian memilih karena alasan ekonomi ketimbang kesadaran individual yang sadar dan aktif.  Jika ini terjadi, maka kehormatan hanya sekedar bilangan rupiah saja.

Ini bisa dilakukan jika ada koreksi terhadap kepincangan pendidikan dan kepincangan pembagian aset ekonomi.  kepincangan pendapatan adalah produk dari kepincangan penguasaan aset ekonomi.  Apabila sumbernya tidak dikoreksi, outputnya pasti akan tetap pincang, karena itu perlu adanya redistribusi aset produktif.

Selain itu negara tidak boleh membiarkan orang kecil melawan orang besar dalam pasar bebas.  inti dari pasar bebas adalah kesetaraan.  Kalau pelaku tidak setara, itu berarti ekonomi pasar tidak sempurna.  Tidak ada competitive equilibrium.

Kalau orang menjadi besar, dia harus berbagi, menciptakan lapangan kerja untuk orang lain.  Lapangan kerja kemudian menciptakan permintaan terhadap barang dan jasa yang akhirnya menguntungkan secara ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun