Narasi bubur pedas sepertinya berkelindan antara semangat kebersamaan gotong royong serta limpahan sumber daya lokal yang tumbuh subur di merata tempat di bumi Borneo Sambas.
Kalimantan yang memiliki kekhasan jenis tanah umumnya PH rendah dengan derajat keasaman tinggi. Demikian juga khususnya wilayah Sambas yang didominasi tanah rawa bergambut tersebut seperti taman tempat tumbuh subur sejenis pakis yang dalam bahasa lokal disebut dengan miding(Stenochlaena palustris)
Sumber bahan lokal membuat bubur pedas lainnya yang juga tumbuh baik di bumi Sambas yang berawa adalah rebung. Tumbuhan bambu muda(Dendrocalamus asper)yang sering menjadi makanan lokal harian penduduk setempat baik yang diolah sebagai pacri rebung ataupun gulai lemak rebung. Ada juga rebung muda yang hanya  direbus sebentar saja untuk bahan ulam makan bersama nasi hangat dan sambal terasi pedas yang diberi perasan jeruk sehingga sangat nikmat dimakan saat siang hari.
Tidak heran rebung bambu ini juga menjadi salah satu motif utama atau tradisi tenun lunggi benang emas Sambas yang sangat terkenal karena keindahannya serta tampak gemerlap dari benang emas yang dipancarkannya.
Bahan baku lain yang ditambahkan karena banyak tersedia dihutan kalimantan yang bersuhu lembab dan sejuk adalah jamur kuping dan dalam bahasa lokal disebut kulat tembibir (Auricularia auricula-judae). Sejenis jamur yang berwarna hitam dan akan terasa sangat lunak saat terkena air panas. Kulat ini biasa juga ditambahkan untuk jenis makanan berkuah seperti sop ataupun soto.
Selanjutnya daun kassum(Polygonum minus Huds) adalah sejenis tumbuhan didaerah berair dan tanaman yang diambil daunnya ini harus ada. Ia akan menjadi penyempurna rasa otentik bubur pedas yang rasa dan aromanya sangat khas itu.
Bahan-bahan sayuran lain biasa ditambahan bersama setelah semua bahan diiris dengan ukuran kecil seperti daun: kangkung, melinjo, kacang panjang, daun kunyit, wortel, kacang panjang dan jagung muda. Kemudian berbagai jenis sayuran lain dapat ditambahkan sesuai selera.