Transportasi publik di Belanda dapat dikatakan sangat nyaman dan aman. Tram adalah salah satu pilihan terbaik untuk dapat menjangkau setiap sudut kota Rotterdam yang terkenal dengan arsitektur kotanya yang sangat modern dan futuristik di Eropa.
Dulu, tram katanya pernah ada di Jakarta dan hanya ada sampai ditahun 1950-an. Setelahnya perlahan dan pasti menghilang karena tidak ada perhatian pemerintah kepada moda transportasi yang sebenarnya sangat ramah lingkungan dikarenan sumber penggerak utamanya adalah listrik.
Sedang tram di Belanda sendiri telah dimulai sejak tahun 1879. Kemudian di tahun 1927 sampai saat ini dioperasikan oleh Rotterdamse Elektrische Tram (RET). Jalur tram di kota modern terbesar kedua di Belanda setelah Amsterdam ini hampir menjangkau seluruh pelosok kota.
Tram yang landasan jalurnya menggunakan rel tertanam di jalan beraspal dikarenakan diwaktu lainnya ia juga berfungsi untuk pelintasan moda transportasi lainnya baik kendaraan roda dua maupun empat. Sebuah efisiensi penggunaan ruang jalan raya yang saling melengkapi.
Kata yang sangat membekas bagiku selama di tram pada jalur sibuk antara Rotterdam Centraal menuju Eramus University adalah kata yang menyebutkan “Avenue Concordia” . Sebuah tempat yang didengungkan dengan merdu saat tram akan berhenti menurunkan atau menaikkan penumpang.
Kata itu merupakan sedikit kosa kata yang tidak menggunakan bahasa Belanda. Sedang di beberapa titik perhentian lainnya akan kita dengar dengan pelafalan Belanda seperti: Stadhuis, Beurs, Oostplein, Willem Ruyslaan dan Woudestein. Sederet nama tempat perhentian tersebut sangatlah berbau Belanda .
Woudestein adalah perhentian tram terakhir menuju Erasmus Universiteit. Sebuah kampus dimana seorang proklamator Muhammad Hatta dahulu pernah studi di Handles-Hogeschool bidang ekonomi perdagangan mulai tahun 1921 sampai dengan 1923.
Jangan tanya terkait kenyamanannya. Selain ketepatan waktu yang sangat terukur, ruang penumpang sangat bersih dan mempunyai pengatur suhu yang membuat kita selesa.