Simbol dan ornamen pakaian tersebut sekaligus untuk menunjukkan status sosial dan hirarki seorang perwira kerajaan Inggris. Tetapi beberapa kebiasaan berpakaian harian seperti sebelumnya tetap kupertahankan. Seperti memakai celana ketat dibawah lutut lengkap dengan dengan stoking-stoking berwarna putih bersih yang mencolok.
Â
Ada asesoris tambahan yang membuat sangat mencolok penampilan orang-orang Eropa di Batavia dibanding masyarakat lainnya. Kebiasaan itu masih selalu dilakukan terutama untuk tampil diacara seremonial kerajaan di Batavia yaitu memakai wig atau rambut palsu. Pilihan rambut palsunya berwarna putih, tebal dan bergelombang yang menjuntai sampai sedada, secara otomatis wig tersebut menyembunyikan rambut asliku yang pendek berwarna pirang.
Â
Karena perbedaan pandangan terkait cara berpakaian antara di Eropa dan Batavia juga kembali kualami antara aku dan Mayang pada suatu saat.
Â
        "Pakailah mantel ini!" aku mendekati Mayang dengan membawa baju mantel bersih dari lemari saat ia akan kembali kerumahnya setelah bekerja.
Â
        "Tidak, terimakasih Tuan Stewart!" ungkapnya dengan nada rendah tetapi tegas menolak. Mantel yang kutawarkan kepadanya suatu sore menjelang malam. Adalah suatu keanehan bagiku melihat seorang perempuan berjalan dilorong-lorong jalan umum yang gelap dengan berpakaian tipis seadanya seperti itu. Sedang di Inggris pakaian perempuan dibuat berlapis-lapis tebal dan sangat berat. Justru disini kumelihat perempuan-perempuan berlalu lalang seperti hanya memakai pakaian dalam saja. Bahannya pun tipis seperti hanya sekedar melekat ditubuh. Jika di Inggris perempuan seperti itu akan dikatakan sangat tidak bermoral dan hanya akan dilakukan oleh perempuan yang pekerjaannya sebagai penjaja cinta. Keinginanku memang tidak ingin Mayang dianggap seperti perempuan pemberi kesenangan sesaat kepada pria-pria diluar sana.
Â
Meskipun dihatiku sejak awal mengatakan itu adalah suatu bentuk 'hiburan gratis' bagi pria-pria Eropa pendatang sepertiku di Batavia.  Sudah tidak terkira berapa banyak gadis-gadis hilir mudik didepanku hanya dengan pakaian seadanya, hal sangat tabu jika dilakukan perempuan-perempuan terhormat dinegeriku. Tambahan lainnya, untuk membuat betah orang-orang Inggris yang ada di kota, pihak kerajaan juga berupaya untuk memberikan hiburan bagi warga Eropa yang tercerabut jauh dari negerinya  melalui pesta-pesta yang diadakan secara rutin di akhir pekan.