Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Zapin Lembut: Sebuah Akulturasi Khazanah Islam dan Kearifan Lokal Sambas

16 Januari 2022   08:04 Diperbarui: 16 Januari 2022   08:10 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rohim dan Rahman duo penari Zapin Lembut Sambas (Dokpri)

( Warisan Budaya tak Benda Sambas_WBtBS)

Apakah Zapin Lembut itu gerakannya penuh dengan kelemah lembutan?...

Sebuah pertanyaan bagi setiap orang yang pertama kali mendengar kosa kata yang langsung menggelitik di telinga itu...

Bunyi petikan khas gambus diiringi dengan nyanyian dalam bahasa Arab tersebut, rasanya sangat dekat dengan kesenian Zapin dimanapun di nusantara.

Tetapi Zapin Lembut Sambas berbeda, ia merupakan akulturasi sempurna dari perpaduan budaya lokal Sambas tempo dulu yang aktifitas hidupnya tidak terpisahkan dengan kebaikan alam sekitar. Sedang petikan irama musik gambus dan alat musik pukul gong yang diiringi dengan dengan syair lagu Arab yang syahdu, sekaligus seperti membawa kita di nuansa budaya padang pasir yang Islami. Sebuah bentuk seni budaya yang sangat kontemplatif dan punya pesan-pesan yang mendalam.

Istilah alam terkembang menjadi guru telah menjadi inspirasi hidup tiada henti masyarakat sejak dulu. Seni tari yang semua gerakannya terinspirasi dari gerakan benda hidup ciptaan Nya. Sehingga saat budaya ini dinikmati, kita seakan tersihir karena setiap gerakannya yang terlihat magis.

Seperti disampaikan singkat oleh Rohim dan Rahman duo penari remaja Zapin Lembut Sambas yang sebelumnya telah tampil penuh penghayatan.

Dikatakannya tarian yang tidak boleh dilakukan oleh penari perempuan ini memang ditujukan untuk syiar agama Islam melalui pendekatan laku harian masyarakat lokal setempat. Sedang gerakan benda hidup ciptaan tuhan  juga tidak lepas hingga menjadi dasar gerak tari seperti inspirasi dari bunga mayang yang sedang terurai dan nyiur melambai.  Ditambah dengan aktifitas harian masyarakat dalam mendayung sampan dan mengayak padi. Kemudian tarian ditutup dengan gerakan salam perpisahan.

Semuanya seolah menjadi tanda bagaimana lembutnya syiar agama Islam pada awal disebarkan di bumi serambi Mekah Sambas yang sebelumnya sangat percaya kepada kekuatan supranatural.

Jan Bestari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun