Langit malam yang cerah beserta gemerlap bintang yang indah. Seorang gadis telah berdiri di depan pintu sambil memegang kue ulang tahun ditangannya. Tak lupa, tote bag yang berisikan hadiah di tangan kiri nya tergantung indah. Senyuman nya pun terus merekah. Perasaan gugup sekaligus senang tak bisa dibendungnya, diketuk pintu dihadapan nya sambil menoleh kesana-kemari menunggu sang pujaan hati datang.
Krek...
"Maaf cari siapa ya?"
"Mirza nya ada?"
"Oh, Mirza nya ada dikamar. Sebentar tante panggil dulu ya"
"Makasih tante" rasa gugupnya semakin meningkat, malah bertambah keringat dingin.
suara langkah kaki terdengar, "ini pasti dia!"
"Sia-p?" ucapnya terpotong sambil memandang heran sekaligus terkejut.
Sambil sedikit bergetar, dilantunkan nya lagu happy birthday sambil menunduk sesekali saat mata mereka tak sengaja bertemu.
"Ya ampun Qia, repot-repot loh" ucapnya antusias.
"Hehehe, tiup dulu dong lilin nya"
Mirza memejamkan matanya, lalu menatap Qia dan dilanjutkan meniup lilin yang menyala sedari tadi.
"Kamu sendiri Qi?
"Ya, seperti yang diliat aja hehehe"
"Makasih banyak ya, udah repot-repot kesini"
"Sama-sama, ini ada hadiah kecil dari aku, semoga suka ya!" ucapnya sambil memberikan tote bag yang sedari tadi bergantung ditangan.
"Wah apa nih, makasih banyak ya sekali lagi, aku happy banget!" ucapnya tersenyum merekah sambil mengelus-elus kepala Qia.
Kringgg kringgg kringgg !!!Â
Benar nyatanya, itu hanya sebuah mimpi indah yang tidak akan menjadi kenyataan. Jam weker itu membangun kan ku dari kebahagiaan sementara. Dan saat ini aku harus menerima realita dan melanjutkan kembali hidupku. Tapi tak bohong, aku sungguh rindu.
Merindukan seseorang yang sama sekali kita tidak tau apa yang harus dilakukan terkadang sangat menyesakkan. Tapi tak apa, selagi kehidupannya terus berjalan dan mengalir bahagia aku rasa ini akan berjalan dengan baik-baik saja.
Membeli satu gelas coffee, mungkin salah satu untuk bertahan juga. Meskipun, aku pikir dulu aku tidak akan meminumnya. Melewati kedai pizza itu lagi, kenangan terakhir itu masih menghantui kepala ini. Meskipun ku tepis berkali-kali, masih saja tetap datang lagi.
Caci maki ku sudah banyak dipendam sampai kelu, rasa ku juga sudah habis dan mati dimakan waktu. Cinta juga sudah dipendam lama kian memudar bahkan sudah mati perlahan. Kisahnya masih berputar tak karuan, mungkin memang rindu nya juga belum memudar, mau kesekian rindu jika semesta tak mengizinkan kita mungkin tak akan pernah menjadi temu. Kuharap, atas segala rindu yang ada aku sanggup menghadapi nya.Â
Ku ambil buku diary yang sejak dulu menemaniku tentang berkecamuk nya rasa ku pada nya. Ku buka kembali satu persatu, senyum getir ku menyertainya.
Sedang menjalani kehidupan yang baru saja tentram, tiba-tiba dilanda ke hampaan dan rindu dengan masa dimana merasa bahagia ternyata memang nyata adanya.
*Drrt drrt... (Ponsel ku bergetar)*
Telepon masuk, dari sahabat ku Nela.
"Kenapa Nel?"Â
"Lu dimana? gua punya info!"
"Taman deket rumah"
"Oke otw, jangan kemana-mana"
"iyaa"
Tak lama, benar Nela pun datang menghampiri ku. Dengan wajah tergesa, seolah-olah benar-benar ada sesuatu penting yang ingin ia sampaikan.
"Qi, gua udah official sama Alka!!" ucapnya sumringah, aku pun turut bahagia.
"Akhirnya, selamat ya"
"Iyaa, ayo gua traktir ice cream! Tapi, btw buku itu... ngapain lu bawa-bawa?"
"aaaa... buku ini, gua lagi iseng aja baca-baca lucu juga soalnya hehehe"
"Oalah, itu buku kan udah bertahun-tahun ko kasih ada aja yaa? " Tanya Nela.Â
Kita berdua berjalan menuju toko ice cream, sambil berbincang.
"Kan gua simpen Nel"
"Buku kaya gitu lu simpen ga ilang-ilang, kunci motor yang setiap hari mau dipake lupa mulu naro nya, Qia-Qia ckckck" kata Nela sambil geleng-geleng kepala heran dengan tingkah ku.
"Mau pesen rasa apa?" Tanya Nela.Â
"Biasa, vanilla"
"Okee"
Ice cream pun sudah ditangan aku dan Nela. Aku inisiatif bertanya-tanya kepada Nela agar rasa excited nya setara, karena aku merasa sedari tadi aku hanya menjawab seadanya saja.Â
"Nel, gimana rasanya abis official sama orang yang lu crush in selama setahun ituu?" ucap ku antusias.Â
"Sumpah Qi, gua ga nyangka kalau dia bakal kasih gua kepastian. Kayakk, omaygat ini mimpi gaksih?! tapi pas gua nampar pipi sakit sih. Berarti ini nyata kan ya Qi?"Â
"Loh kenapa jadi ragu, coba gua tanya, Alka nembak lu gimana?"
"Waktu kemarin kita pergi terus makan siomay, terus dia bilang 'Aku rasa kita bisa jalanin hubungan yang lebih dari sekedar teman ini, kamu mau jadi kekasih aku?' gitu"
"Anjir kekasih, bahasanya" Ucap ku spontan.Â
"Ihh beneran bilang gitu dia" Ucap Nela.
"Eh Alka chat gua nih, katanya mau nyamperin kesini, gimana?"
"Mana coba liat isi chatnya" ucap ku.Â
"Nih" Kata Nela sambil memperlihatkan isi chatnya.Â
Sayang, aku nyusul kesana gapapa kan?
Ekspresi ku tiba-tiba berubah seperti ingin menahan tawa, entah mengapa terasa geli tenggorokan ku.Â
"Oke baiklah, gapapa dia kesini" ucap ku.
"Oke, makasih Qia yang cantik jelita"
"Mulaii"
"Hehehehe, OIYA QI!!" Ucap Nela sedikit berteriak karena ada sesuatu yang lupa ia sampaikan.
"Kenapa anjir?!"
"Aduh bentar gua lupa"
"Yeh monyet"
"Gua lupa-lupa inget sumpah! bentar, nanti deh kalo inget gua kasi tau, SEGERA!" ucapnya sambil mengingat-ingat.Â
"Nela" Ucap seseorang.Â
"Nah tuh Alka" Ucap ku.
"eh hai Qi" sapa Alka.Â
"Iya" Jawab ku seadanya.Â
"Alka, boleh bantu aku inget apa yang mau aku kasih tau ke Qia ga?" ucap Nela seperti bocah dongo.Â
Aku hanya menggeleng-geleng kan kepala ku heran.
"Bantu ingetin apa sayang? coba pelan-pelan tadi kamu lagi bahas apa sebelumnya?" Tanya Alka lembut sambil mengusap lembut rambut Nela.
"Bahas kamu sih" Ucap Nela polos.
Uhuk uhuk uhuk.... aku spontan batuk.Â
Oke sekarang aku tau, ini saat nya obrolan mereka berdua, peran ku hanya sebagai figuran seperti di film-film. Ku buka kembali lagi buku diary yang sedari tadi ku tutup, ku ambil beberapa foto di dalamnya. Ku lihat satu persatu, dan satu persatu kenangan nya pun berputar kembali. Seolah-olah membawa ku pada masa itu lagi.
"QIAAA GUA UDAH INGET!!" Nela mengejutkan ku.
"Apa Nel?" tanya ku.Â
"Nah ini, bener mirip" Ucap Alka sambil mengambil satu foto yang tergeletak didepan ku.
"Maksudnya?" tanya ku bingung.
"Jadi, abangnya Alka kuliah di universitas yang sama kaya Mirza bahkan jurusan yang sama, Mirza ambil Hukum kan waktu itu Qi?" Tanya Nela.Â
"Iyaa, terus?" tanya ku lagi, karena masih bingung apa yang sebenarnya anak kampret ini mau sampaikan.Â
"Baru beberapa minggu lalu abang Alka wisuda Qi, otomatis Mirza juga gasih? Kan mereka lebih tua dua tahun diatas kita" Ucap Nela.Â
Aku tersenyum dan menghela nafas "Oalah, informasi yang bagus, seneng gua dengernya"
"Bukannya waktu itu lu sempet mau nyiapin sesuatu buat Mirza?" Ucap Nela.
"Niat aja Nel, udah setengah jadi sih. Tapi ternyata niat aja ga cukup Nel" Ucap ku sambil tersenyum getir.
"Lu ada ngucapin selamat gitu ke Mirza?" giliran Alka bertanya.Â
"Mau nya sih"
"Terus ngapain ga diucapin?" Tanya Nela.Â
"Gua rasa, liat dia bahagia aja udah cukup Nel"
"Tapi, thanks informasi nya yaa. Berhubung udah agak sore gua cabut duluan ya?" Ucap ku.Â
"Iyaa Qi, kalau udah sampe kabarin gua ya" Ucap Nela.Â
"Sip.Titip Nela ya Al!" ucap ku sebelum pergi meninggalkan mereka.
Entahlah, aku berjalan lunglai mengikuti apa maunya hati tiba-tiba sampai di taman lagi.
Ku buka halaman kosong yang masih tersisa dibuku lama ini, ku ambil pena dari saku ku menari riang dia disana.Â
Hai tuan pemilik rindu yang tak pernah menjadi temu.Turut bahagia atas usainya pencapaian mu. Meskipun terlambat, selamat atas gelar S.H mu. Semoga hal-hal indah lainnya selalu menyertai mu, begitu pun dengan aku. Kalimat "kemana aku harus berlari, supaya bukan kamu lagi yang aku cari" ternyata sudah tak mengusik kepala ku lagi. Bukan lari, ternyata hanya perlu dinikmati sampai mati sendiri.Â
Pena itu berhenti menari pada lembar kosong terakhir. Diary itu ku tutup kembali, ku pejamkan mata menikmati segelintir angin yang menerpa. Mengusap wajah, tersenyum dan melanjutkan apapun yang harus ku selesaikan.Â
Terimakasih telah memberitahu ku, bahwa "Diatas langit masih ada langit", terimakasih telah memberitahu ku tempat terindah di Barcelona, kamu yang berkelana dan aku yang ingin mengabadikan semuanya, selamat tuan kisah mu memang abadi disana.
Bagaimanapun, aku tetap bangga pada mu.Â
Bahagia selalu tuan.
<•••••••••>
Song : ♬♩♪♩ ♩♪♩♬
🎶 Surat Hati - Devano
🎶 Cinnamon Girl - Lana Del Rey
🎶 Monolog - Pamungkas
🎶 Kini - Daun Jatuh
🎶 Tak Apa - Daun Jatuh
⋆ ˚。⋆à¨à§Ëšã€€Ëšà¨à§â‹†ï½¡Ëš ⋆
🪄 Enjoy your reading 🪄
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H