April adalah bulan dimana saat Jakarta sedang berikhtiar untuk membentuk peradaban dalam dunia buku. Namun, gelaran bulan Gemar Membaca gaungnya tak terlalu menggema.Â
Maklum, program yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta lewat Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) dan Forum Taman Baca Masyarakat ini  tersalip oleh riuhnya pesta demokrasi di tanah air. Hingar bingar pemilu serentak telah melupakan segalanya.  Padahal, gerakan membaca ini sudah dimulai sejak awal April. Â
Paska pemungutan suara pemilihan presiden, wakil presiden dan wakil rakyat,  para pegiat literasi di ibu kota  terus  berjibaku menggelorakan semangat idealis dalam kepeduliannya terhadap dunia literasi.Â
Dalam senyap diantara  panasnya politik, selama sebulan penuh, anak-anak  diajak untuk membaca buku 15-30 menit.  Mereka yang terlibat dalam gerakan yang diberi nama #BacaJakarta itu sangat banyak.Â
Lebih dari 100 ruang baca yang terdiri dari Taman Baca Masyarakat (TBM) dan  Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) ikut berperan serta menyukseskan geliat literasi di Jakarta. Dari 100 titik baca itu ada 4.500 anak yang mengikuti program luar biasa ini dan 2.250 relawan serta  pegiat literasi yang turut menggulirkan semangat baca anak kota.
Dalam 30 hari anak-anak diberi tantangan untuk membaca sebanyak-banyaknya buku yang ada di ruang baca. Kemudian mereka diminta untuk mengisahkan kembali dengan cara menuliskannya dalam lembar khusus  seputar cerita dari buku yang sudah dibacanya.Â
Pada awal Mei tim juri dari Dispusip akan menyeleksi dan memilih anak yang paling sering berkunjung ke ruang baca dan rajin secara konsisten membaca juga menulis setiap harinya. Dan, pemenangnya memiliki kesempatan untuk bertemu dengan gubernur DKI Jakarta.
Gerakan ini tak lain turunan dari  peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 76 tahun 2018 tentang pembudayaan kegemaran membaca. Pemerintah daerah membangun gerakan bersama.  Relawan berinteraksi dengan anak dan taman baca sebagai media apresiasi serta pembangunan kultur literasi.
Tentu diharapakan kegiatan membaca dan menulis ini tak hanya sebulan. Walau program nanti sudah berakhir, kebiasaan membaca  jangan sampai luntur. Karena, membaca itu sungguh memesona. Orang yang gemar membaca sudah dipastikan akan memiliki kualitas yang lebih. Mengantongi imajinasi liar dan punya sudut pandang yang luas. Selain menjadi banyak tahu, si pembaca juga punya modal amunisi untuk mengolah bahan bacaannya untuk menuangkan gagasan ke dalam sebuah tulisan.
Kini, berkompeten  terhadap Literasi Baca-Tulis menjadi sebuah keharusan. Sebagai salahsatu dari enam lietrasi dasar, baca-tulis adalah prioritas yang mesti terus digalakkan. Untuk mewujudkannya itu tentu dibutuhkan sinergi dari berbagai individu, masyarakat dan negara. Dengan demikian tujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekaligus meningkatkan taraf hidup sebagai penentu kemajuan bangsa bisa tercapai.
Litarsi baca tulis perlu digalakan terus menerus, baik buat yang tinggal di kota metropolis dengan kehidupan super sibuk sampai dengan masyarakat yang berada di pelosok desa  dengan kehidupan alami dan sederhana.  Karena kita ingin mewujudkan masyarakat literasi yang mampu menggunkan informasi secara efektif, efesien dan bijak. Setelah itu baru meningkatkan kualitas kemampuan saling melengkapi antara membaca dan menulis.