*Catatan Perlawanan Rakyat yang Terlupakan dari Bumi Tapanuli Tengah
Adalah PT Agincourt Resources (PT AR) Martaber Batang Toru sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan di Kecamantan Batang Toru Tapanuli Selatan, berbatas dengan wilayah kab. Tapanuli Tengah. Telah memiliki izin dari menteri ('katanya') jadi tidak perlu ijin dari rakyat. Tanpa memperhatikan hak-hak rakyat, tanpa sosialisasi perusahaan tersebut telah melakukan aktivitas eksploirasi padahal warga dari 4 kecamatanyaitu Pinang Sori, Badiri, Sibabangun dan Lumutmenolak kehadiran pertambangan tersebut.
Di tengah-tengah potret kemiskinan rakyat Tapteng dan pembangunan yang tidakmenyentuh rakyat pedesaan, perusahaan PT AR merampok kekayaan alam dan entah dibawa kemana, Tapanuli Tengah masih termiskin nomor 3 di Sumut, jelas kehadiran pertambangan ini adalah bencana, penjajahan dan pembohongan bagi kami. Betapa tidak, gunung Tornagalang adalah sumber air 4 kecamatan, sumber hidup anak dan cucu kelak dari karet dan hasil hutan lainnya, Untuk itu rakyat yang tergabung dalam Forum Pembela Tanah Rakyat (FTPR) menolak kehadiran perusahaan tambang di Bumi Tapanuli Tengah.
Sungai Garoga ku tercemar limbah tambang, kini aliran sungai dari sungai Pahu tidak bisa dimanfaatkan oleh warga Hutaraja, Kec. Sukabangun, Kec Sibabangun dan Kec. Lumut lagi. Mereka tidak peduli itu, pokoknya mari rampok kekayaan alam ini, mari rusak alam ini mari tindas rakyat.
Kini kehadiran pertambangan itu tidak hanya merusak alam ku, air ku, gunung ku, juga telah merusak jalanku yang kulewati untuk menjual hasil panenku, penuh lobang dan debu saat truk-truk kontrailer membawa bahan kimia dan kekayaan alam ku melintas dengan sombong.
Gerakan ini adalah bentuk perlawanan atas penjajahan oleh bangsa sendiri menduduki basecamp PT AR di Gunung Tornagalang Desa Togabasir Kec. Pinang Sori. Perjalanan sejauh ± 15 km naik-turun gunung dan medan yang sulit dengan jalan kaki tidak mengurangi semangat rekan-rekan juang untuk mengusir penjajah. Saat itu dua karyawan PTAR harus kita sandra, dengan kesepakatan kita lepaskan aktivitas pertambangan di Stop di wilayah Tap. Tengah.
Gerakan ini tiga tahun yang lalu, rakyat bangkit dan melawan dengan satu tujuan 'usir tambang', kini setelah aku dipenjara....kami terdiam sejenak..menunggu genderang perang dari gunung, perlawanan akan bangkit karena diam akan semakin ditindas.
“Jangan Rusak Hutanku, hutanku adalah iklimku, hutanku mencegah erosi dan banjir, hutanku adalah sumber hidupku, hutanku adalah ciptaan Tuhan”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H