Seperti kata pepatah "Gajah di pelupuk mata tak tampak". Semua pada heboh soal LGBT. Di manapun, siapapun turut berkicau. Anak-anak kecilpun tak ketinggalan, apalagi para pakar: pakar hukum, pakar agama, pakar budaya, pakar medis, pakar psikologi, pakar seksologi, pakar pendidikan, pakar sosiologi, dan pakar-pakar yang lain terutama yang merasa dirinya adalah pakar paling pakar di antara pakar-pakar yang lain. Di dunia fana, terlebih lagi di dunia maya. Paling ramai tentu di dunia jurnalistik. Di media cetak, di media online, di media audio, media audio visual.
Semua pada lupa, ada bencana lain yang telah melanda bertahun-tahun. Apa itu? tak lain dan tak bukan adalah pergaulan bebas alias free sex. Berpuluh tahun itu pula tak ada yang meributkan atau sekedar prihatin. Di media massa pernahkah kita membaca atau menyaksikan acara yang membahas tentang hal ini? Padahal bencana ini telah menelan berjuta-juta korban, bahkan anak-anak yang masih sangat belia. tapi seakan-akan hal ini sudah dianggap lumrah, hal yang biasa saja. Seakan-akan dosanya tak sebesar LGBT.
Cukup sekian, maaf tak bisa beri solusi. Rakyat adalah pasien, bisanya cuma mengaduh, mengeluh, masa pasien kasi solusi buat sang dokter?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H