Mohon tunggu...
Edi Ramawijaya Putra
Edi Ramawijaya Putra Mohon Tunggu... Guru - Dosen

Pendidik, Penulis, Trainer dan Pembicara Dengan Latar Belakang Linguistik Terapan Bahasa Inggris (TESOL) Bidang Kajian Sosiolinguistics dan Language Pedagogy. Instagram: @edi_ramawijayaputra

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pasha: Vokalis Band yang Terjebak Dalam Seragam Pejabat

23 Januari 2018   15:47 Diperbarui: 23 Januari 2018   16:44 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber gambar:http://www.h3ndra.com/2014/05/terjebak.html)

Ketika pertama kali melihat gambar "viral" Sigit Purnomo Syamsuddin Said atau lebih dikenal Phasa "Ungu" pada linimasa, saya merasa bahwa hal ini sesuatu yang biasa saja. Apalagi ketika Mendagri Tjahjo Kumolo akhirnya memberikan komentar bahwa penampilan gaya rambut (hair do) Wakil Wali Kota Palu tersebut tidak melanggar aturan pejabat publik yang berlaku.

Bahkan, jika saya amati lebih banyak komentar netizen yang membela Vokalis Band Ungu tersebut dengan alasan bahwa penampilan tidak penting yang paling penting adalah kinerja, kepemimpinan dan tidak korupsi. Meski demikian, pro dan kontra masih tetap berlangsung dalam masyarakat nirkabel perihal penampilan gaya rambut Phasa saat tampil pada acara talkshow stasiun TV swasta.

Secara administratif Phasa saat ini masih menjadi pejabat definitif sebagai Wakil Wali Kota Palu hingga 2021 namun pesona sebagai vokalis sebuah grup musisi band papan atas seakan tidak hilang oleh seragam PDH pejabat publik yang melekat dibadannya. Hal ini membuat Sigit Purnomo tetaplah "Phasa Ungu" yang di elu-elukan oleh para fans berat band yang populer dengan tembang-tembang kasmaran dan melankolis ini.

Mungkin saja, bagi orang yang tidak tahu bahwa Phasa memenangkan Pilkada di Kota Palu akan menganggap beliau hanya artis idola bukan pejabat publik.

Bagi seorang Phasa dia pasti paham betul hitung-hitungan politik dan peluang untuk re-elected sebagai incumbent. Dalam perspektif politik normal, prediksi 50:50 pasti ada dalam benaknya. Untuk melakukan "branding" elektabilitas pada jenjang Pilkada yang lebih tinggi atau mempertahankan jabatan incumbent pasti membutuhkan banyak biaya sedangkan untuk kembali membuat HitsBand Ungu tidak perlu waktu lama. Siapa anak muda yang tidak kenal Ungu?

Dari sekian banyak personel Band Ungu, mungkin bisa dibilang Pasha yang paling menonjol. Selain kualitas tarik suara yang tidak diragukan lagi Pasha juga memiliki ketampanan dan fisik yang memukau. Soal pakaian, kostum dan gaya rambut saya yakin banyak anak-anak muda bahkan anak-anak yang meminta tukang potong rambut untuk dicukur dengan model Pasha. Sebagai artis terkemuka ia juga digandrungi oleh banyak fans dan menjadi influencer bagi mereka.

Terbukti, saat Pasha bercerai dari istrinya Okie Agustina kaum remaja putri dan ibu-ibu muda sangat mengelu-elukannya dengan sebutan "duda keren". Pesona selebrita Pasha juga makin terbukti ampuh dalam mendulang suara ketika dia maju berpasangan dengan Hidayat pada Pilwalkot Kota Palu. Sulit untuk dipungkiri bahwa pangaruh populis dari sosok Pasha merupakan mesin politik yang laik dan efektif untuk dijual kepada calon pemilih. 

Melihat latar belakang di atas, saya yakin bahwa Sigit Purnomo tetaplah Pasha Ungu yang terbungkus dalam seragam PDH Wawalkot. Jauh dilubuk hatinya ia adalah seorang seniman, artis bertalenta yang sudah terbiasa menjadi influencer dan trend setter. 

Itulah sebabnya mengapa ia tidak ragu untuk tampil dengan gaya rambut trendy ala boyband korea di acara TV. Ia seolah ingin menunjukkan bahwa Pasha masih ada dan tetap eksis meski telah menjadi pejabat daerah. Naluri ke-artis-an Pasha juga sangat terlihat ketika ia pernah mengadakan konser off airdi Singapura yang membuat ia bersitegang dengan DPRD (baca selengkapnya pada laman musik.kapanlagi.com). Jauh sebelum acara talkshow di TV Pasha juga kera kali berpakaian di luar pakem atribut dinas dengan balutan trend berpakaian ala artis (baca brilio.net).

Meskipun demikian bukan berarti apa yang ditunjukkan oleh Pasha pada acara TV akhir-akhir ini tanpa efek samping. Selain kontroversi pendapat oleh warganet juga berdampak pada generasi muda terutama anak-anak usia sekolah. Dalam perspektif otonomi daerah seorang kepala daerah dan wakilnya adalah contoh dan teladan yang dijadikan rujukan oleh masyarakat setempat untuk berbuat dan bertingkah laku.

Kultur masyarakat di Indonesian yang masih sangat kental dengan tunduk terhadap pempimpin sangat rentan ketika pejabat menunjukkan tingkah polah yang aneh dan jauh dari norma etika. Model rambut panjang dengan diikat dengan pinggiran tipis tentu tidak laik ketika diikuti oleh anak-anak usia sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun