Mohon tunggu...
edi irawan
edi irawan Mohon Tunggu... -

pelajar yang bukan pelajar sekolah, tapi orang yang sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Langit Merah di Indonesia : Sebuah Pertempuran Tanpa Akhir di Kota Medan

24 November 2012   06:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:45 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Doom, doom , doom… ” Suara ledakan terdengar sampai ke seluruh penjuru kota Medan.

“ Doom, doom, doommm….. “ Ledakan bertubi-tubi terjadi di daerah konflik di Indonesia bagian barat ini. Belasan pesawat tempur Amerika meyerbu salah satu kota yang menjadi basis pertahanan pasukan tentara Indonesia yang paling kuat. Puluhan tank bersiap untuk menerobos masuk kota dari berbagai pintu masuk kota.

Serang tentara Amerika ini membuat warga yang tinggal di kota tersebut ketakutan. Ada yang mati tergeletak dijalanan dalam keadaan yg sangat mengenaskan dengan kepala yang hancur, kaki dan tangan yang putus, anak anak yang menangis kehilanga orang tuanya dan bersembunyi dari hujan peluru yang tiada henti. Sebahagian warga yang lain bersembunyi di dalam rumah masing-masing.

Situasi di dalam kota sangan menghawatirkan dan semakin buruk, Gedung-getung banyak yang hancur terkena rudal dari pesawat tempur tentara Amerika. Situasi yang tidak kondusif ini membuat para warga banya yang mengungsi ke hutan, Pasalnya semakin hari kota ini sudah tidak aman lagi dan persedian pangan juga mulai menipis.

“ Mundur-mundur “ Teriak komandan tempur Indonesia dari barisan depan pintu masuk bagian selatan kota sambil terus menembak pasukan Amerika yang berusaha menerobos masuk.

“ Komandan. Pasukan kita sudah banyak yang tewas, hanya tersisa beberapa saja yg masih bertahan dan itu berada dibarisan belakang“ Teriak prajurit dari kejauhan yang bersembunyi di balik reruntuhan bangunan yang hancur

“ Saya tahu itu cepat bawa pasukan mundur, jika tidak kita semua akan mati disini ” Perintah sang komandan

“ Tapi komandan ”

“ Nggak ada tapi tapian, kalian tidak boleh mati disini. Perjuangan ini harus tetap berlanjut sampai bangsa kita merdeka kembali “ Teriak komandan yang memilikan badan yang kekar, tinggi besar serta suaranya yang juga besar,

“ Ya, tapi “

“ Jangan hiraukan aku, pergilah. Aku akan baik - baik saja bawa pasukan mundur dan kalian semua harus hidup “ sang komandan paham apa yang akan disampaikan oleh prajurit.

“ Jaga dirimu baik-baik ” nada suara komandan sedikit merendah sambil melihat kearah prajurit.

“Baiklah, kau harus kembali dengan selamat “

Dengan cepat prajurit berlari menghindari tembakan para tentara musuh, berlari dari reruntuhan batu satu kereruntuhan batu lain. Tubuhnya yang sedik ramping memudahkan ia untuk lari lebih cepat dan menghindari tembakan dari pihak tentara Amerika.

Sejurus kemudian ia suda berada dibarisan belakang. Ada beberapa prajurit yang bertahan di barisan ini untuk menghalau agar tentara amerika tidak masuk kedalam kota terlalu jauh.

“ Kita mundur. Komandan memerintahkan kita untuk segera mundur ” Ujar prajurit dengan napas yang masih terputus-putus.

“ Baiklah, lalu komandan dan prajurit yang lainya berada dimana? “Tanya salah prajurit yang lain

“ Abang masih berada di garis depan menghadapi musuh dan prajurit yang lainnya tewas terkena tembakan tentara musuh ” Jawab sang prajurit yang dengan napas yang masih terputus putus. Prajurit ini taklain dan tak bukan adalah adik kandung dari sang komandan, prajurut ini bernama jihad.

Orang tua mereka meninggal saat pertama kali pasukan amerika meyerang kota ini. Para tentara Amerika menyerang kota saat tengah malam dimana masyarakat di kota ini telah tertidur pulas. Mereka meyerang dengan memasuki rumah ke rumah dan membunuh semua orang yang ada didalam rumah yang sebenarnya, penyerangan itu sudah diketahu para pemuda kota tersebut. Saat penyerangan itu mereka berkumpul di kantor wali kota untuk membicarakan soal penyerang tertara Amerika ke kota tersebut. Tak disangka Saat para pemudah mengadakan pertemuan disaat itulah penyerangan itu terjadi.

Saat jihad dan abangnya pulang dari kantor wali kota mereka medapati kedua orang tuanya meninggal dengan tubuh bersimbah darah serta peluru yang bersarang ditubuh ibu dan bapaknya. Setelah kejadian itu mereka mulai memasuki dunia peperangan melawan tentara Amerika.

Keesokan harinya para pemuda kota dapat memukul mundur pasukan amertikan dengan senjata ala kadarnya. Banyaknya para pemuda membuat pasukan Amerika saat itu kewalahan menghadapi serang para memuda. Pada saat ituilah kota ini menjadi basis pertahana pasukan tentara Indonesia. Dan diangkatlah abang dari jihad menjadi salah satu komandan tempur di kota ini.

pasukan yang dipimpinnya selalu meraih kemenangan disetiap pertempuran. Para tentara musuh selalu kewalahan menghadapi mereka dan selalu gagal menaklukkan kota ini. hingga suatu hari mereka mengerahkan ratusan pasukan untuk menaklukkan kota Medan yang menurut pasukan Amerika sulit untuk ditaklukkan.

“ Lalu komandan bertempur sendirin disana. Kita tidak bisa membiarkan komandan bertempur sendirian di garis depan jihad. Komandan bisa mati.” Tukas salah satu prajurit yang berbadan tinggi besar hitam legam dengan mata yang tajam dan dia bernama ilham al fatih. Sembari sekali sekali menembak senjatanya kearah pasukan Amerika.

“ Tapi pasukan kita sudah banyak yang tewas dan kita sudah terkepung saat ini “ Ujar jihad dengan mimik muka sedikit memelas dan nada yang sedikit merendah.

“ Aku tidak akan pergi dari sini tanpa komanda.” Ilham tetap kekeh

“ Percayalah bahwa Abangku pasti bisa melarikan diri nanti ”

“ Tapi pasukan musuh terlalu bayak dan aku kawatir terhadapnya ”

“ Abang berpesan kepadaku agak kita tetap hidup, perjuangan ini harus tetap berlanjut sampai bangsa kita merdeka kembal ” jihad menirukan perkataan kakaknya

“ Tidak. Aku tidak akan membiyarkan dia disini sendirian”

“ Cobalah mengerti apa yang dimasud kakakku, jika kita semua mati siapa lagi yang akan memperjuangkan kemerdekaan ini? kemerdekaan yang kita impikan setelah kemerdekaan bangsaini dahulu dirampas oleh mereka “ jelas jihad sambil menepuk bahu ilham

“ Baiklah. Jika kau ingin pergi silakan. Aku akan mendampinginya disini menahan pasukan musuh” suara ilham merendah.

Jihad terdiam sejenak “hemm.. Baiklah jika itu mau mu, yang lainnya ayo kita mundur” Seruan Jihad kepada prajurit lain yang berda dibelakangnyha

Prajurit yang ada terdiam merundukkan kepala mereka “Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian tak mau mendengarkan perintah komandan untuk mundur dari pertempuran ini ? “ tanya jihad dengan nada sedikit meninggi

“ Kau sudah tahu jihad. Meraka tak akan mundur dari pertempuran ini tampa komandan mereka. Kau sendiri bukan yang mengatakan kalo kita sudah terkepung lalu untuk apa kita mundur toh kita sudah terkerpung dan akhirnya kita juga akan mati. Jalan satu satunya adalah lawan, lawan dan lawan. Tidak ada jalan lain selain ini jihad. menang atau mati. Seharusnya enggkau lebih paham karena enggkau adalah adik dari komandan kita” Jawab ilham memahami perasaan teman-temannya.

“ Baiklah jika itu mau kalian. Silakan kalian bantu komandan, Saya tidak ikut karena saya lebih memilih mematuhinya. Jagalah diri kalian, Aku mengharapkan kalian kembali “ Jihad bersiap-siap meninggalakan mereka.

Ilham menarik napas panjang “ Baiklah teman2 kita jemput komandan kita “ Seru ilham Sambil mengisaratkan tangannya untuk maju ke garis depan menjemput dan membantu komandan mereka.

Genjata senjata terus berlangsung di seluruh sudut kota, kota ini pun dihujani ribuan peluru. Sang komandan yang berada digaris depan sendirian dapat mengabisi 20 tentara dari pasukan musuh dalam waktu singkat.

Peperangan terjadi bukan hanya dikota Medan saja tapi terjadi di seluru kota di Indonesia. Beberapa kota besar sudah ditaklukkan oleh tentara Amerika dan telah menjadi basis pertahanan tentara Amerika. Hanya tersisa beberapa daerah saja yang masih bisa dipertahankan.

“ Sial peluruku habis “ Wajah sang komanda tampak sedikit kesal dan berlindung di batu reruntuhan reruntuhan gedung yanghancur oleh soleh serang udara pasukan tentara Amerika.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun