Mohon tunggu...
edi irawan
edi irawan Mohon Tunggu... -

pelajar yang bukan pelajar sekolah, tapi orang yang sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Gaji 100 ribu Per Bulan dan Pengaduan kepada Allah

14 November 2012   16:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:22 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum saya merantau dan bekerja di tempat saya bekerja, saya adalah seorang anak dengan tamatan SMK Bisnis. Setelah tamat sekolah saya kembali kekampung di tempat dimana saya dibesarkan. dengan menyandang gelar tamatan SMK Bisnis, di kampung saya juga bingung mau kerja apa solnya dikampun juga tidak ada kerjaan menetap. Mau Buka usaha juga enggak punya modal waktu itu.

Setelah tamat sekolah gelar jadi pengangguran pun didapat. apa anda yg sudah tamat sekolah atau yang sudah selesai kuliah perna merasakan jadi pengangguran?

Jika perna maka kita bernasip sama disini.

Satu tahun saya menganggur luntang-lantung tanpa pekerjaan. Akhirnya saya menyadari bahwa jadi pengangguran itu enggak menyenangkan bro. dan ternyata sekolah itu lebih menyenangkan dan mengasikkan. uang saku tersedia, mau makan dikantin sekolah uang ada, mau ini mau itu tinggal minta ama orang tua, beres. Asalkan orang tuanya banyak duit saja.


Buat yang masih pelajar, asikkan sekolah itu.? Jadi jangan siasiakan waktu anda ini. Pikirkan orang tua anda yang bekerja membanting tulang mempertaruhkan nyawanya untuk menyediakan uang buat biaya sekolah anda. Pikirkanlah setiap tetesan keringat yang membasahi tubuh mereka. Menahan teriknya matahari yang membakar bahu mereka, meluangkan segala pikiran mereka untuk memenuhi kebutuhan anda. Rasakan itu kawan, pengorbanan mereka sudah terlalu besar buatkita.

Anda bisa bayangkan bro.ketika anda sebagai pengangguran melihat teman sebaya anda bekerja, ada gaji dapat uang.

Atau melihat adik-adik di lingkungan tempat tinggal anda dengan baju seragam sekolahnya dapat uang dari orangtuanya untuk dijajan. Dan anda cuman bengong di ruman dengan setatus sebagai membantu orang tua dirumah tanpa gaji tetap(kalaupun digaji karena orang tua kasihan sang anak tak memiliki uang sedikitpun) kemudian anda bertemu dengan teman anda yang bekerja lalu dia berkata

“ bro, kapan kau kerja? Kenapa kau kok enggak kerja-kerja.? Sudah hampir satu tahun kau menganggur” Coba rasakan bagaimana perasaan anda saat itu juga. Bukannya dikasih solusi malah dihujani pertanyaan.

Satu tahun dengan setatus tak jelas tanpa pekerjaan, saya memutuskan untuk membantu ayah saya. Karena tak kunjung ada pekerjaan buat saya keputusan itu saya ambil untuk mengisi waktu kosong.

“Dari pada bengong dirumah” itu saja sih alasannya.

Orang tua saya bekerja di salah satu perkebunan di Sumatera Utara sebagai penyadap tanaman karet. Tugas saya mengambil sisa karet sadapan kemaren yang ada dalam wadah tepat dibawah pohon-pohon karet.

Satu bulan membantu orang tua, Alhamdulillah saya dapat pekerjaan. Pekerjaan yang sama tapi ditempat yang berbeda dengan gaji cukup lumayan 100 rb/ bulan.

“Tak apa lah yanmg penting aku tidak perlu minta uang lagi untuk sekedar membeli pulsa saja” itulah yg aku pikirkan saat itu.

Dua bulan terlewatkan dengan pekerjaan itu. bekerja sendirian dibawah pohon karet yang jumlahnya ratusan, mondar-mondir mengambil sisa karet. Kalau boleh jujur, itu sangat membosankan.

Sampai tiba saatnya awal bulan mei 2009,enggak disangka-sangka kakak dari ibu saya menelpon saya untuk datang kerumahnya.
“Disini ada pekerjaan, mereka cari karyawan yang jauh dari sini,kamu harus cepat kemari nati pekerjaan ini diambil sama orang lain”

Saya ingat waktu itu 8 mei 2009 Dengan ongkos pinjaman saya berangkat dari kampong beserta kaket ( cuman kakek yang tahu tempat itu). perjalanan itu ditempuh dengan waktu 1 hari atau 24 jam dengan bus.

Dalam hati berkata “Kesempatan ini tidak boleh saya lewatkan”

Yang saya ingat dari cerita ini adalah saat dari saya membantu ayah saya sampai dapat pekerjaan itu saya minta sama Allah untuk diberikan pekerjaan. Sedikit memaksa memang untuk meminta pekerjaan.

“jika tidak ada pekerjaan sampai habis bulan mei saya mau keluar dari kampung ini. Ya Allah, Engkau lah yang menunjukkan kearah mana saya akan pergi nanti.” Dibarengi dengan itu dalam hati juga berkata “Jika Engkau ijinkan ya Allah, maka aku ingin keluar dari Sumatera Utara” itu saya pinta setiap hari setelah shalat fardhu,shalat malam juga. Ditambah infaq juga kalo punya uang saja waktu itu. Jika ditanya kenapa do’anya keluar dari Sumatera Utara? itu karena pertanyaan teman saya.

Jadi, Allah itu maha mendengar apa yang diminta oleh setiap hambanya. Buat anda yang merasa gelisah,galau enggak ada pekerjaan setelah tamat sekolah. Mintalah kepada Allah dengan shalat puasa atau sedekah,intinya kita juga harus sabar. Allah pasti dengar itu kok, apa yang kita pinta. So,mintalah kepada Allah dan jangan sia-siakan waktumu. Karena kita juga sudah diperintahkan untuk meminta kepada-Nya.

“Mintalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan.” (QS. Al-Mu’min: 60)

Salam Semangat (Edi Irawan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun