Tarian Kabut oleh edi sst Selembar lanskap menjelma kabut Menyelimuti jalan, di sudut-sudut Merebut bening pipimu tanpa alasan Sederet barak beku yang akrab nian Sebenarnya cukup untuk sebuah pemujaan Saat kau lihat tingkap yang terbuka Dia memandangimu seperti menghukum Menyergap huruf-huruf di dinding kamar Menyemburkan kata-kata bak mitraliur tersamar Mengubah tetes darah menjadi tetes cahaya Saat itu kamu tak peduli Sejauh mana malam mudik berkelana Melemparkan istighfar demi istighfar Melukis jelaga wajahmu di bening telaga Kau jadikan batu, aku terpana Saat kabut menyandera matahari Yang mengerut dan menggigil dalam sepi Sisa desah malam pun mendesaki pagi Mestinya kau bersiap di belakang rumah Namun, entah kenapa kamu masih enggan Menawar harga cahaya rembulan Bandungan, 23 Maret 2014 Gambar:Â coretanpendosa.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H