Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma suara knalpot dan trem yang terjerembab
Menjelma gedung dan hotel dengan kamar-kamar basah
Dalam sisa mimpi anak gembala yang sangsai
Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma rintik hujan tanpa pelangi. Hanya lembab
Menjelma benih-benih musim tua yang memerah darah
Dalam sisa mimpi petani di ladang-sawah yang lunglai
Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma suara palu hakim yang menangis sembab
Menjelma dentam-dentam serapah yang tumpah ruah
Dalam sisa mimpi Sengon dan Karta yang terbantai
Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma hitungan pundi-pundi para cukong
Menjelma rumus-rumus kimia yang mencipta resah
Dalam sisa mimpi penunggu pulau-pulau yang tergadai
Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma rindu bergeragap dari pintu ke pintu
Menjelma wajah manismu yang semalam tersesat
Masuk dalam sepotong mimpiku dengan rambut terurai
Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menunggu angin yang begitu kelu menjadi akrab
Mengalir ke telaga membayang wajah negeri yang letih
Menjelma mimpi Gajah Mada bersumpah palapa kembali
Kau genggam Indonesia dalam etalase berdebu
Tempat pajangan butir rindu demi rindu terhalang
Di manakah pendar bulan bundar yang matang
Di manakah pantai dengan kuncup-kuncup karang
Semua kuselipkan dalam mimpi-mimpi panjang
Yang tersesat di bilik-bilik transaksi terlarang
Sambil memandang wajahmu kuyu meradang
Puncak Muria Kudus, 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H