Mohon tunggu...
edi sst
edi sst Mohon Tunggu... Guru - Nothing

Belajar di tengah kerinduan membatu yang tak pernah tertuntaskan oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kau Genggam Indonesia (Amsal Sisa Mimpi Terlarang)

19 November 2011   16:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:27 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma suara knalpot dan trem yang terjerembab
Menjelma gedung dan hotel dengan kamar-kamar basah
Dalam sisa mimpi anak gembala yang sangsai

Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma rintik hujan tanpa pelangi. Hanya lembab
Menjelma benih-benih musim tua yang memerah darah
Dalam sisa mimpi petani di ladang-sawah yang lunglai

Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma suara palu hakim yang menangis sembab
Menjelma dentam-dentam serapah yang tumpah ruah
Dalam sisa mimpi Sengon dan Karta yang terbantai

Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma hitungan pundi-pundi para cukong
Menjelma rumus-rumus kimia yang mencipta resah
Dalam sisa mimpi penunggu pulau-pulau yang tergadai

Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menjelma rindu bergeragap dari pintu ke pintu
Menjelma wajah manismu yang semalam tersesat
Masuk dalam sepotong mimpiku dengan rambut terurai

Kau genggam Indonesia
Dalam genggaman jemarimu gemulai
Menunggu angin yang begitu kelu menjadi akrab
Mengalir ke telaga membayang wajah negeri yang letih
Menjelma mimpi Gajah Mada bersumpah palapa kembali

Kau genggam Indonesia dalam etalase berdebu
Tempat pajangan butir rindu demi rindu terhalang
Di manakah pendar bulan bundar yang matang
Di manakah pantai dengan kuncup-kuncup karang
Semua kuselipkan dalam mimpi-mimpi panjang
Yang tersesat di bilik-bilik transaksi terlarang
Sambil memandang wajahmu kuyu meradang

Puncak Muria Kudus, 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun