Mohon tunggu...
edi sst
edi sst Mohon Tunggu... Guru - Nothing

Belajar di tengah kerinduan membatu yang tak pernah tertuntaskan oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rama & Sinta: Episode Kesucian

7 November 2011   02:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:59 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dawam Kesucian oleh edi sst Usai menempuh semak berduri wanita itu bersimpuh Kembali dalam pelukan matahari gagah bergendewa Tapi, lihat mata lelaki terkasih. Tatapannya begitu asing *** Rama : Di manakah baju putih yang membungkusmu? Setelah hari-hari kau isi dengan rintihan sungsang Setelah kau peluk malam-malam yang terluka Haruskah kuteliti seluruh ukiran di bilik-bilik sunyi Yang dulu kau bawa bersama wajah angkara Atas nama apakah kesucian kau sisakan? Sinta : Ke mana lagi aku harus mengadu, deru hati ini patah Setelah air mataku jadi darah, sumpahku jadi serapah Biarlah nanti nyala lidah api yang membawa kabar Tentang kesucian yang berpendar, wahai, hati yang gusar Biarlah guratan kesedihan hatiku tergambar di atas altar Akan kulihat seberapa hangus hatimu terbakar *** Gemeretak api membubung di altar pembakaran Menjilat sepenggal sumpah disaksikan para dewa Api pun dingin: mengekalkan makna kesucian! Semarang, 2011 Gambar dari Google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun