Mohon tunggu...
edi sst
edi sst Mohon Tunggu... Guru - Nothing

Belajar di tengah kerinduan membatu yang tak pernah tertuntaskan oleh waktu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tarian Kabut

25 Maret 2014   17:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:30 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarian Kabut oleh edi sst Selembar lanskap menjelma kabut Menyelimuti jalan, di sudut-sudut Merebut bening pipimu tanpa alasan Sederet barak beku yang akrab nian Sebenarnya cukup untuk sebuah pemujaan Saat kau lihat tingkap yang terbuka Dia memandangimu seperti menghukum Menyergap huruf-huruf di dinding kamar Menyemburkan kata-kata bak mitraliur tersamar Mengubah tetes darah menjadi tetes cahaya Saat itu kamu tak peduli Sejauh mana malam mudik berkelana Melemparkan istighfar demi istighfar Melukis jelaga wajahmu di bening telaga Kau jadikan batu, aku terpana Saat kabut menyandera matahari Yang mengerut dan menggigil dalam sepi Sisa desah malam pun mendesaki pagi Mestinya kau bersiap di belakang rumah Namun, entah kenapa kamu masih enggan Menawar harga cahaya rembulan Bandungan, 23 Maret 2014 Gambar:  coretanpendosa.blogspot.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun