Mohon tunggu...
Edhi Setiawan
Edhi Setiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Tadinya hanya suka membaca, lama-lama jadi ingin menulis. Semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Pertama Masuk Sekolah adalah Hari yang Menjengkelkan

13 Juli 2012   17:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:59 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Baru beberapa hari yang lalu berjalan-jalan ke supermarket, bertemu seorang Ibu yang meminta saran, bagaimana caranya bisa tahu sebuah jeruk dengan diameter 7 cm. Pertanyaan yang aneh. Usut punya usut ternyata permintaan anak yang lagi menghadapi masa orientasi di sebuah sekolah menengah. Hahaha... lucu, sekaligus menyebalkan. Hari pertama masuk sekolah, bagi siswa baru tampaknya adalah hari yang paling menjengkelkan. Betapa tidak ? Sudah dapat dibayangkan sambutan yang jauh dari ramah, bukannya diterima baik-baik malah dikerjain. Barangkali demikian citra umum dari masa orientasi siswa baru yang telah menjadi tradisi bertahun-tahun di banyak sekolah. Dulunya tradisi demikian lebih banyak tampak di perguruan tinggi, tapi kelihatannya akhir-akhir ini menular pula ke Sekolah Menengah.

Jaman dulu, kegiatan orientasi sangat identik dengan perploncoan. Secara umum mahasiswa atau siswa baru disela-sela kegiatan orientasi di kelas, mereka juga harus menghadapi kakak-kakak kelas yang budiman, tukang ngerjain yang harus dituruti, tukang bentak sok galak dan arogan tidak boleh salah. Semua perintahnya harus dituruti, kalau tidak hukuman yang aneh-aneh harus diterima. Banyak alasan yang digunakan untuk mencari pembenaran dari pelestarian kegiatan yang sekilas sangat tidak masuk akal dilakukan di dalam dunia pendidikan yang dimaksudkan untuk mempersiapkan generasi muda, yang katanya masa depan bangsa itu.

Beberapa alasan yang sering kita dengar, dalam tekanan kakak kelas galak itu diharapkan anak baru memiliki solidaritas yang tinggi satu dengan yang lain, lebih cepat mengenal teman maupun kakak kelas,  ujian mental agar tidak jadi anak mami yang cengeng, dan berbagai argumen lainnya. Di sisi lain, banyak fihak yang melihatnya sebagai bentuk balas dendam karena para senior itu dulunya juga dibegitukan sehingga sekaranglah waktunya panen ngerjain anak baru. Itulah dinamikanya masa orientasi yang sempat saya kenal di masa lalu, yang semoga di hari-hari ini sudah ber evolusi menjadi lebih baik, edukatif dan lebih bersahabat.

Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan perploncoan memang tidak selalu negatif. Banyak juga yang melihat kegiatan perploncoan itu asyik dan seru, walaupun menjengkelkan dan menyebalkan. Namun dilihat dari kacamata apapun, kegiatan orientasi yang diisi dengan kegiatan perploncoan demikian, tampaknya kurang selaras dengan tujuan pendidikan dalam undang-undang dasar, yaitu suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.  Sudah waktunya tata cara “perploncoan” ini dihapuskan dari menu orientasi siswa baru digantikan dengan kegiatan lain yang lebih positif dan bermanfaat tanpa mengurangi esensi dari tujuan diselenggarakannya masa orientasi itu.

Sekolah sebagai penyelenggara semestinya dapat mengarahkan para panitia orientasi yang biasa dipegang oleh organisasi kesiswaan untuk dapat menjadi kakak-kakak yang ramah, bersahabat dan membimbing adik-adik barunya.

Selamat menikmati tahun ajaran baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun