Part 2 : Mobil mobilan Bungkus Rokok
Kembali lagi pada masa kecil, keterbatasan yang aku miliki ternyata membuat seseorang menjadi kreatif. Di saat mobil mobilan mini dari besi atau yang kini tren disebut “diecast” menjadi trend yang sayangnya tak mampu terbeli olehku di masa itu. Kala itu aku hanya memiliki mobil-mobilan dari bungkus rokok dengan roda dari sendal bekas yang diiris bulat. Sekali waktu aku membuat desain mirip mobil formula dengan bungkus rokok, sekali waktu aku membuat desain truck kontainer dengan bungkus pasta gigi sebagai konternya, atau membuat truk tangki dengan omplong kertas bola tenis sebagai tangkinya. Ketika semua anak berkumpul dengan mobil besinya yang diikat benang dan lidi maka aku menyeret mobil-mobilanku yang dari bungkus rokok, aku tak pernah minder di kala itu. Beberapa kawan yang juga sekondisi denganku mulai ku ajari bagaimana membuatnya. Segeralah kami bergerilaya memburu bungkus rokok, sendal bekas, kotak pasta gigi maupun omplong bola tenis yang tentunya itu harus aku lakukan tanpa sepengetahuan nenekku. Perihal pilihan bahan dan desain memang aku sedikit cerewet sehingga aku lebih senang ikut berburu bahan daripada mereka membawakan bahan untukku. Dan bilamana aku tak bisa turut serta maka bisa dipastikan kawan-kawanku akan bolak balik mengais ngais tempat sampah mencarikan bahan yang ku maksud. Barangkali mungkin inilah saat saat terindah karena aku menjadi seorang raja kecil yang cerewet. Lupakanlah tentang kepandaian berenang, lupakan tentang siapa paling jago berkelahi karena sekarang saatnya berkarya membuat mobil-mobilan dari bungkus rokok batinku.
Musim mobil-mobilan bungkus rokok benar benar mengasyikan memang saat itu, aku ingat karena begitu inginnya seorang teman terhadap mobil mobilan yang aku buat dia rela menukarnya dengan Die Cast yang ia miliki. Oh... begitu senang tentunya punya mobil mobilan miniatur dari besi dan itulah saat pertama kali aku mengenal dan jatuh cinta pada “die cast”. Memiliki mobil miniatur dari besi tentunya akan membuat seorang anak naik derajad dalam komunitasnya karena memang itulah realitanya. Siapa yang ingin tak punya teman dan sama dengan teman temannya? Tentu tak ada anak yang memilih untuk seperti itu kecuali nasib yang menghendaki. Dan tiada pilihan bagi seorang anak selain mengejar standart itu atau membawa rekan rekannya dengan segala cara agar mau bermain dengan permainan yang dimiliki. Dan aku lebih memilih membawa kawan kawanku untuk aku ajak bermain dengan standar permainan yang kumiliki, bermain mobil mobilan dari bungkus rokok tentunya.
Bersambung.........................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H