Faktor utama di balik semua peningkatan harga ini adalah penurunan produksi beras yang dipicu oleh fenomena El Nino. El Nino adalah fenomena iklim yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik Tengah dan Timur menjadi lebih hangat dari biasanya. Dampaknya meluas ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, dan seringkali membawa kekeringan, cuaca panas yang ekstrem, dan perubahan pola hujan. Semua ini dapat merusak pertanian, khususnya pertanian padi yang sangat bergantung pada air dan cuaca yang stabil.
Baca Juga : Padi Varietas Inpari 30 Ciherang Sub 1, Solusi Lahan Tergenang Banjir
El Nino tahun ini diketahui telah memicu cuaca yang ekstrem di berbagai daerah Indonesia. Musim hujan yang seharusnya membantu pertumbuhan padi ternyata kurang intens, dan cuaca kering yang berkepanjangan telah menyebabkan tanaman padi mengalami kekeringan dan stres panas. Akibatnya, produktivitas padi menurun, dan petani mengalami kerugian yang cukup besar.
Selain itu, cuaca panas yang ekstrem juga memicu peningkatan suhu di berbagai wilayah, yang berdampak negatif pada pertumbuhan padi. Padi lebih suka tumbuh dalam suhu yang moderat, dan suhu yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhannya. Selain itu, cuaca panas yang berkepanjangan dapat menyebabkan padi mengalami stres panas, yang dapat merusak hasil panen.
Selain itu, El Nino juga dapat mempengaruhi pola hujan, yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan padi. Dalam beberapa kasus, El Nino dapat menyebabkan penurunan curah hujan atau perubahan pola hujan, yang dapat mengganggu musim tanam dan panen. Ini dapat mengakibatkan produksi padi yang lebih rendah dan ketidakpastian bagi petani.
Pada tingkat makro, penurunan produksi beras juga dapat berdampak negatif pada perekonomian nasional. Indonesia adalah salah satu produsen beras terbesar di dunia, dan beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk. Oleh karena itu, fluktuasi harga beras dapat mempengaruhi inflasi secara keseluruhan, dan penurunan produksi beras dapat menyebabkan kenaikan harga yang signifikan.
Selain itu, Indonesia juga mengekspor sejumlah besar beras ke negara-negara lain, dan penurunan produksi beras dapat berdampak negatif pada pendapatan ekspor. Ini dapat mengganggu neraca perdagangan negara dan berpotensi mengakibatkan penurunan pendapatan ekspor yang signifikan.
Tidak hanya itu, penurunan produksi beras juga dapat berdampak negatif pada ketersediaan beras untuk konsumsi dalam negeri. Jika produksi beras terus menurun, mungkin akan sulit untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok bagi penduduk Indonesia, yang dapat mengakibatkan kelangkaan beras dan kenaikan harga yang lebih lanjut.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah perlu mengambil langkah-langkah yang tepat. Salah satunya adalah dengan meningkatkan dukungan bagi petani, termasuk memberikan bantuan dalam hal irigasi dan teknologi pertanian yang lebih efisien. Selain itu, pemerintah juga dapat mempertimbangkan untuk mengimpor beras untuk mengatasi kekurangan pasokan dalam negeri.
Pemerintah juga harus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, termasuk Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dan organisasi internasional lainnya, untuk mengatasi dampak El Nino ini secara efektif. Kerja sama internasional dapat membantu dalam memitigasi dampak buruk El Nino dan mengurangi kerugian yang dialami oleh petani dan konsumen.
Selain itu, penting bagi masyarakat untuk melakukan langkah-langkah hemat beras dan mengurangi pemborosan. Mengurangi konsumsi beras yang berlebihan dan membuang-buang makanan adalah cara yang efektif untuk mengatasi kenaikan harga beras.