Di hamparan waktu yang tak terbilang,
Seorang ibu tulus, cinta yang tak terbanding,
Bagai sinar matahari dalam pagi cerah,
Menyinari dunia, kasihnya tak pernah pudar.
Dia bagai bintang di malam yang gelap,
Menuntun kita saat hati penuh dengan beban,
Tangan lembutnya, sumber kekuatan yang tak terkalahkan,
Begitu dalam kasihnya, tak ada yang mampu menggantikan.
Ibu, engkau adalah pelukis dalam hidupku,
Menggambar warna-warna indah di setiap hariku,
Dalam gemerlap cinta, engkau adalah pelita,
Menerangi langkahku di setiap perjalanan yang terjal.
Baca Juga :Â Monolog Hati Episode 4 - Menua Bersama
Ibu adalah taman di hati yang selalu berbunga,
Dengan senyum hangatnya, hati kita mekar bahagia,
Dia bagai pelita dalam kegelapan malam,
Menuntun kita menuju jalan yang benar selamanya.
Saat ibu tersenyum, itu adalah sinar mentari,
Mengusir dinginnya ketakutan, membanjiri hati yang sepi,
Ibu adalah perumpamaan tentang kasih sejati,
Yang tak pernah pudar, selamanya abadi.
Hormat dan cintaku untukmu, ibu tercinta,
Engkau adalah harta yang tak ternilai harganya,
Dalam setiap bait puisi ini, aku mencoba ungkapkan,
Betapa besar rasa syukurku memiliki dirimu selamanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H