Mohon tunggu...
Edelina Batseran
Edelina Batseran Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa unikama

Mahasiswa unikama

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gendre Sastra Menurut Rene Wellek Austin Warren

11 April 2022   00:10 Diperbarui: 11 April 2022   00:21 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Jawaban Croce, yang merupakan reaksi terhadap sikap otoriter aliran klasik. 

tetapi jawaban ini tidak secara adil memperhitungkan fakta perkembangan dan sejarah sastra.

       Jenis sastra "dapat dianggap sebagai suatu perintah kelembagaan yang memaksa pengarangnya sendiri".

Milton tahu "apa hukum - hukum puisi epik yang sejati, apa hukum - hukum puisi dramatik dan lirik". tetapi ia juga tahu 

bagaimana caranya mengulur, dan mengubah bentuk-bentuk klasik tersebut ia tahu bagaimana mengkristenkan dan memiltonkan Aenid.

      Jenis sastra adalah suatu "lembaga" seperti halnya gereja, univesitas atau negara. jenis sastra hidup: 

orang dapat bekerja, mengekspresikan diri, melalui institusi, dan orang juda dapat menciptakan institusi-institusi baru.

      Teori genre adalah suatu prinsip keturunan: sastra dan sejarah sastra diklasifikasi tidak berdasarkan waktu

atau tempat (periode atau pembagian sastra nasional), tetapi berdasarkan tipe struktur atau susunan sastra tertentu.

       Kalau kita harus menjawabnya dengan analogi terhadap ndunia alami. kita hatus menjawab "iya" ikan paus dan kelelawar 

pun dapat digolongkan; dan kita dapat mengklafikasikan makhluk yang merupakan transisi dari suatu jenis ke jenis yang lain. 

       Apakah gendre bersifat tetap? mungkin tidak. dengan penambahan beberapa karya baru, kategori bergeser. 

bagi kita, jelas epik oral dan epik sastra berbeda, dimana pun kita memasukan lliad dalam kedua jenis sastra tersebut.

      Memang salah satu ciri penulisan kritik adalah penemuan, dan penyebaran suatu pengelompokan baru, suatu pola generik baru.

versi-versi dari karya pastoral: As You Like lt, The Beggar's Opera, Alice in Wonderland. sedangkan The Brothers Karamazov digolongkannya sebagai karya misteri pembunuhan.

      Tapi paling tidak Aristoteles juga sadar akan adanya perbedaan mendasar lain antara drama, apik dan lirik. kebanyakan teori modern cenderung mengesampingkan perbedaan prosa-puisi, lalu membagi sastra rekaan (Dichtung) menjadi fiksi (novel, cerpan, epik) drama (drama dalam prosa maupun puisi), dan puisi (puisi dalam arti yang sama dengan konsep klasik tenteng "puisi-lirik").

        Vieter menyarankan agar istilah genre tidak di pakai untuk ketiga kategori di atas, dan juga tidak untuk pembagian jenis secara historis menjadi tragedi dan komedi. Plato dan Aristoteles telsh membagi ketiga kategori modern di atas menurut "cara menirukan" (atau mewujudkan): puisi lirik adalah persona penyair sendiri, sebagai narator dan membuat para tokohnya berbicara dalam wancana langsung (naratif campuran), sedangkan dalam drama, pengarang menghilang dibalik tokoh-tokohnya.

        Dalam suratnya kepada Davenant, Hobbes mencoba melakukan ini. mula-mula ia membagi dunia menjadi istana, kota dan desa, lalu ia meneruskannya pada tiga jenis puisi, yaitu puisi heroik (epik dan tragedi), puisi scommatis  (sateri dan komedi), dan puisi pastoral. Tetapi John Erskine, yang pada tahun 1912 menerbitkan bukunya tentang jenis-jenis sastra dari temparamen puitis, mempunyai pendapat lain. Roman Jakobson berusaha menunjukkan kaitan struktur gramatika tetap suatu bahasa dengan jenis-jenis sastra nya. 

        Eksplorasi terhadap jenis-jenis dasar seperti ini, yang mengaitkan nya ke morfologi linguistik atau ke sikap terhadap alam semesta, tidak menghasilkan kesimpulan objektif. 

       Bagi Aristoteles dan orang-orang Yunani, penyampaian secara lisan atau di muka umum adalah ciri epik. Karya-karya Homer adalah puisi yang di narasikan oleh seorang pembaca rapsodi seperti lon. tetapi drama sampai sekarang, paling tidak untuk orang Yunani, masih dianggap sebagai seni campuran. Beberapa cerpen Amerika (misalnya"The Killers" karya Hemingway) hampir menyamai drama karena sifat objektif cerpen yang sebagian besar terdiri dari dialog murni. Kalau epik dan novel adalah bentuk-bentuk gabungan, kita perlu membagi komponen-komponennya menjadi "narasi langsung" dan "narasi melalui dialog" (drama yang tidak dimainkan, untuk mencari defenisi penggolongan jenis yang pokok. 

        Seorang kritikus abad ke-18, Thomas Hankins, menulis tentang drama Inggris yang dibagi nya dalam "beberapa spesies, yakni misteri, moral, tragedi dan komedi". Pada abad ke-18, prosa dianggap sebagai 2 spesies: novel dan romansa.

        Abad ke-17 dan abad ke-18 adalah abad yang menganggap genre sebagai sesuatu yang serius. Bahkan kesadaran akan perlunya membuat dasar rasional untuk pembagian genre pun tidak kita jumpai. Tapi kita bisa mengambil kesimpulan bahwa menurut pemikiran-pemikiran Noe-klasik, pengertian genre sudah sedemikian jelasnya, sehingga bagi mereka tidak ada permasalahan umum sama sekali.

         Setelah itu, Blair mulai membahas, dengan perincian yang kaku, "dua jenis penulisan puitis yang paling tinggi, yaitu puisi epik dan gramatik": untuk yang terakhir ini seharusnya ia memberi istilah yang lebih tepat, yaitu tragedi.

         Teori Neo-klasik tidak menerangkan,menguraikan, atau mempertahankan doktrin perbedaan jenis atau dasar perbedaan tersebut. Patuhan pada jenis, hierarki jenis, lamanya suatu jenis berlangsung, dan penambahan jenis baru.

       Karena berdasarkan sejarahnya, aliran Neo-klasik adalah percampuran antara rasionalisme dan sikap , kecenderungan nya adalah bersikap konservatif,mempertahankan sejauh mungkin jenis-jenis yang berasal dari tradisi kuno, terutama jenis tradisi puitis.

       Kesetiaan pada jenis adalah sebuah doktrin yang dipelopori oleh pendukung tragedi Prancis klasik, yang tidak menyukai kebiasaan tragedi Elizabeth untuk memasuki adegan-adegan lucu(adegan penggali kubur dalam Hamlet, adegan penjaga pintu gerbang yang mabuk dalam Macbeth).

       Hierarki jenis-jenis sastra sebagian merupakan suatu kalkulus yang bersifat hedonistis: dalam doktrin-doktrin kalsik, skala kesenangan tidak bersifat kuantitatif. Puisi-puisi "minor" Milton ditulis dalam jenis yang lebih rendah, seperti Soneta, canzone, masque.

      Sekarang kita masuk pembahasan tentang tipe kelompok lain, yang banyak ditentukan oleh bentuk Stanza dan Matra. Penulis-penulis Jerman dan Prancis cenderung menyebut ketiganya sebagai "bentuk-bentuk tetap", atau kelas, untuk membedakannya dari genre. Tetapi Vietor membuat suatu perkecualian, paling tidak untuk Soneta: sebaiknya cakupannya dibuat lebih longgar.

       Genre harus dilihat sebagai pengelompokan karya sastra, yang secara teoretis didasarkan pada bentukluar (Matra atau struktur tertentu) dan pada bentuk dalam (sikap, nada, tujuan, dan yang lebih kasar, isi dan khalayak pembaca). 

      Kadang-kadang ada pergeseran petunjuk: "elegi" dalam sastra Inggris, Yunani, dan Romawi dimulai dengan ua baris sajak elegi (elegiac couplet) atau distich.

       Kita mungkin cenderung untuk tidak melanjutkan sejarah genre setelah abad ke-18, karena setelah abad ke-18, orang tidak mengharapkan lagi bahwa puisi dibuat dengan struktur pola yang berulang.

       Tapi sebetulnya lebih tepat dikatakan bahwa ada pergeseran konsepsi genre pada abad ke-19, bukan bahwa kepatuhan terhadap genre sudah tidak ada sama sekali. Pembaca abad ke-19 semakin luas; dengan demikian, semakin banyak genre baru muncul. Dalam puisi Amerika, ada zaman vers Libre, zaman Eliot, dan zaman Auden.

      Van Tieghem dan peneliti yanain memberi contoh novel sejarah. Kalau ada novel politik, bukankah ada juga genre novel gerejani (yang meliputi Robert Elsemere dan karya Compton Mackenzie, The Altear steps, Salem chapel, dan Barchester Towers)? Tidak. Disini, klasifikasi novel "politik" dan novel "gerejani" lebih merupakan pengelompokan berdasarkan isi, klasifikasi sosiologis yang murni. Selain itu juga ada teknik-teknik yang baku.

        Kita sebaiknya membuat genre berdasarkan jumlah suku kata atau bentuk daripada berdasarkan isi (misalnya novel politik atau novel tentang pekerja pabrik).

        Suatu tingkat "bentuk" diatas "Matra" dan "Stanza" adalah "struktur" (sejenis susunan alur tertentu), untuk ini. Kita mempunyai acuan tradisional, yaitu acuan Yunani, mengenai epik dan tragedi (pembukaan dalam in medias res, tiga kesatuan dalam tragedi). Dalam sastra abad ke-18, tingkat bentuk semacam ini tidak mudah ditemukan, kecuali dalam"drama paripurna" atau dalam novel detektif (novel misteri pembunuhan), yang mempunyai struktur alur tertutup.

      Siapapun yang tertarik pada teori genre harus berhati-hati agar tidak mencampuri kan ciri-ciri perbedaan teori "klasik" dengan teori modern.

      Doktrin ini menuntut kesatuan nada yang ketat, kemurnian pada gaya tertentu dan "kesederhanaan", konsentrasi pada emosi tunggal (teror atau tawa), juga pada plot dan tema tunggal. Dengan prinsip "kemurnian estetis" semacam ini, kota sampai pada kesimpulan bahwa simfoni lebih "murni" dari pada opera dan oratorium (yang bersifat seperti orkestra dan dinyanyikan oleh kelompok kor).

       Teori klasik juga membuat perbedaan sosial pada tiap genre. Epik dan tragedi menyangkut masalah raja-raja dan kaum bangsawan, komedi menyangkut kelas menengah (kota dan kaum Borjuis), satire dan farce adalah untuk kelas rakyat.

       Secara tidak langsung, kita telah melakukan hal yang sama ketika menguraikan prinsip kemurnian estetika. Tetapi kita tidak boleh membatasi pendekatan "genologi" pada satu tradisi atau doktrin saja. Aliran klasik tidak mau mengakui katedral gotik sebagai suatu "bentuk" yang lebih kompleks dari kuil Yunani, bahkan menganggap nya tidak terbentuk.

       Teori genre modern, jelas bersifat deskriptif. Teori itu tidak membatasi jumlah kemungkinan jenis sastra yang ada dan tidak menentukan aturan-aturan untuk diikuti pengarang. Teori ini melihat bahwa genre dapat dibangun atas dasar keterbatasan (atau "keragaman") dan "kemurnian".

     Dalam seni musik, bentuk Soneta dan fugue merupakan contoh-contoh pola yang mudah dikenali. Pola yang terlalu umum dan penuh pengulangan akan membosankan, sedangkan pola yang sama sekali baru akan sulit dipahami dan bahkan sulit kita bayangkan.

      Henry Wells (dalam New Poets from old, 1940) menyebut hal ini "genetika sastra". Apapun kaitan  sastra dengan wilayah nilai yang lain, buku biasanya dipengaruhi oleh buku lain; buku meniru, mambuat parodi dan mengubah buku lainnya dan ini terjadi tidak hanya berdasarkan urutan kronologis. Beberapa topi penting teori genre akan kita uraikan disini, meskipun hanya dalam bentuk pertanyaan dan pemecahan semntara.

      Ahli formalis Rusia, shklovsky, menganggap bahwa bentuk-bentuk seni baru "hanyalah merupakan kanonisasi genre-genre yang lebih rendah (subsastra)". Novel-novel dostoevsky adalah novel-novel kriminal yang diagungkan, romansa sensation; "lirik-lirik pushkin berasal dari album puisi, puisi blok berasal dari lagu para gipsi, puisi mayakovsky berasal dari puisi-puisi lucu".

      Masalah yang lain, menyangkut kesinambungan genre-genre. Banyak yang sependapat bahwa brunetiere mengacaukan pendekatan genologi dengan memperkenalkan teori semibiologinga mengenai "evolusi". Kesimpulan nya, antara lain, bahwa sejarah sastra Prancis, dan khotbah abad ke-17 akhirnya berkembang menjadi puisi lirik abad ke-19. Tetapi berbeda dengan brunetiere, Van Tieghem mangakui bahwa kaitan ini tidak menunjukkan les genres litteraires proprement dits.

       Tetapi sebaliknya, menulis sejarah tanpa filsafat sejarah akan menghasilkan sederetan catatan kronik saja. Keduanya benar. Jadi jawabannya, sejarah tragedi Elizabeth dapat ditulis dengan menelusuri perkembangan sampai pada Shakespeare, lalu melihat perkembangan atau kemunduran nya sejak Shakespeare.

       Masalah genre jelas merupakan masalah inti sejarah sastra dan sejarah kritik sastra, serta kaitan antara keduanya. Masalah genre meletakkan masalah filosofis yang menyangkut kaitan antara kelas dan individu pengarang, serta kaitan antara satu orang dan banyak orang, dalam konteks sastra yang khusus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun