Mohon tunggu...
Eddy Syahrizal
Eddy Syahrizal Mohon Tunggu... Human Resources - Nazhir Wakaf

Saya Seorang Blogger Fokus pada Literasi, Filantropi dan Pembinaan Generasi Muda https://eraruhiyah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

007 Membangkitkan Pasar Kehidupan Dari Masjid

16 Februari 2013   04:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:15 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini adalah dialog yang tiada duanya diatas dunia ini. Di pelataran Masjid dialog ini berlangsung. Seorang sahabat yang baru saja berjumpa dan diikrarkan persaudaraannya ingin memuliakan semulia-mulianya sang sahabat. “Aku punya beberapa rumah silahkan engkau pilih yang paling nyaman menurutmu, aku punya beberapa bidang tanah, silahkan pilih mana yang engkau sukai, bahkan kalau engkau mau, aku punya beberapa orang istri silahkan pilih mana yang menarik hatimu, aku akan ceraikan, selepas masa iddahnya engkau boleh menikahinya.” Tak butuh waktu lama, jawabannya beberapa kata, “saya tidak butuh itu semua dari mu, sekarang tunjukkan saja kepadaku kemana jalan menuju pasar!”

Subhanallah! Inilah sosok manusia peradaban yang satu ingin memuliakan, yang lainnya menjaga kemuliaan dirinya. Mereka adalah sosok-sosok yang menguasai pasar-pasar kehidupan yang mereka kendalikan dari masjid. Namun hari ini kita lihat manusia pergi ke mesjid ketika mereka sudah tersingkir dari pasar-pasar kehidupan. Setelah usia pensiun yang mereka tidak akan laku lagi dalam pasar kehidupan. Mereka adalah sosok yang renta miskin kemuliaan. Agar tidak terlalu hina akhirnya mereka dating ke mesjid berharap sedikit kemuliaan.

Rasulullah menjadikan Mesjid sebagai pusat membangkitkan pasar-pasar kehidupan. Semua hal yang dianggap strategis dalam pengembangan peradaban Islam dibicarakan di Masjid. Semuanya dibicarakan dan di rancang dari dalam mesjid. Sehingga pasar kehidupan mereka berkah dan memberikan keberkahan.

Maka ketika di suatu masa ketika Rasulullah sudah tiada, umat Islam mulai sibuk dengan dengan pasar-pasar kehidupan dan mulai melupakan Masjid, seorang sahabatberteriak dengan lantang, “Wahai umat manusia, saat ini harta warisan Rasulullah sedang dibagi-bagikan, apakah kalian tidak mau mendapatkannya?” “ Dimana ? “ Tanya mereka. “Marilah ikut dengan ku dan jangan banyak bertanya!”semua manusia yang berada di pasar berduyun-duyun mengikutinya.

Ketika sampai di pelataran Masjid ia berhenti. Beberapa orang bertanya,”Disinikah tempatnya?” Beberapa yang lain menyela,”Dimanakah hartanya?” Ia menjawab lihatlah halaqoh-halaqoh ilmu di dalam Masjid ini, disinilah tempatnya harta warisan Rasulullah Alqur’an dan Sunnahnya di bagi-bagikan.”Jawab sahabat itu dengan mantap.

Wahai manusia peradaban mengapa saat ini pasar yang menguasai masjid? Bukan masjid yang mengendalikan pasar? Inilah saatnya engkau mengetahui ilmu mengendalikan pasar dari Masjid. Memadukan antara Dzikir dan Fikir. Itulah manusia peradaban yang Ulil Albab. Ketika Dzikir dan Fikir menyatu maka obsesinya adalah Ukhrawi. Jiwa mereka merdeka dari dunia, Qolbu mereka terpaut kepada Akhirat. Dunia dengan hiruk pikuk pasarnya hanya berada di ujung-ujung jarinya, tidak masuk ke dalam hati dan sanubarinya. Mereka yang mengendalikan dunia, bukan dunia yang menguasai mereka.

Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).

(QS. Al-Baqaroh [002] : 269)

http://qr-eddysyahrizal.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun