Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Stop Rasisme

30 Januari 2012   07:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:17 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang rekan di facebook memposting teks singkat tentang sebuah kejadian kecil di pesawat TAM Airlines, sebuah perusahaan penerbangan Brazil. Kisah kecil ini diangkat oleh Coffeticks, sebuah situs news/media yang menyediakan video edukasisegar untuk menghibur pekerja kantoran sekaligus menyediakan jejaring yang tak sekadar jejaring sosial.

Saat ini site mereka di facebook (http://www.facebook.com/coffeeticks) telah mendapatkan 88.178 laik dis (like this)

Kisah kecil ini merupakan salah satu contoh bahwa rasisme masih diidap sebagian besar orang dan bagaimana praktek rasisme harus dilawan.

Inilah kisah tersebut :

Seorang perempuan kulit putih berusia 50-tahunan sampai di kursinya di dalam pesawat ketika ia melihat ia bakal duduk di samping seorang pria kulit hitam.

Terlihat marah, perempuan ini memanggil pramugari.

"Ada masalah apa, Bu?” tanya pramugari.

"Tak bisakah Anda lihat?” kata perempuan itu, “Saya diberi tempat duduk dekat pria berkulit hitam. Saya tak sudi duduk dekat dia. Anda harus mencarikan kursi pengganti buat saya”


"Tolong tenang dulu, Bu,” ujar si pramugari.

"Sayangnya, semua kursi telah terisi, tapi saya akan coba periksa apakah masih ada yang kosong,” lanjut pramugari.

Pramugari berlalu dan  kembali beberapa menit kemudian.

"Maaf ya, Bu, seperti yang saya katakan tadi, tidak ada lagi kursi yang tersisa di kelas ekonomi ini. Tapi saya telah bicara dengan kapten penerbangan ini. Kapten mengatakan tidak ada kursi kosong di kelas ekonomi, yang masih ada hanyalah di kelas satu,”

Sebelum perempuan itu sempat bicara, pramugari bicara lagi.

"Begini, bukan merupakan kebiasaan perusahaan kami untukmengangkat penumpang di kelas ekonomi ke kelas satu. Namun demikian, menilik situasinya sekarang, kapten penerbangan berpikir nantinya akan jadi skandal bila ada penumpang yang harus terpaksa duduk di dekat orang yang tidak menyenangkan,”

“Oleh karena itu,” si pramugari menoleh pada orang berkulit hitam itu, “mohon Bapak tidak keberatan bila Bapak mengemasi barang karena Bapak akan kami pindahkan ke kelas satu”


Semua penumpang lain, yang tadinya tegang melihat awal-awal percakapan ini, malah beralih bertepuk tangan, di antaranya ada yang bertepuk tangan sambil berdiri.

Awak pesawat TAM Airline agaknya telah menyelesaikan sebuah masalah rasisme dengan ending yang manis.

Stop Rasisme!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun