Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dari Amerika, Mudik Nyoblos di Surabaya

11 Juli 2014   21:08 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:38 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemeriahan Pilpres 2014 dan pernik-pernik kisah dari TPS mungkin mulai memudar, lantaran coblosan sudah lewat 2 hari. Namun, saya masih punya catatan menarik tentang antusiasme warga negara Indonesia. Warga negara Indonesia yang berusaha menyesuaikan waktu mudik ke Indonesia (dari Amerika di mana mereka tinggal sekarang) sesuai dengan waktu coblosan.

Adalah Ibu dan Anak, Evia Nugrahani Koos (44 tahun) dan Menique Smaradhan Koos (19 tahun), asal Babatan Pilang, Wiyung, Surabaya. Keduanya pindah dari Surabaya ke Duluth, negara bagian Minnesota di Amerika Serikat, pada tahun 2006, untuk tinggal bersama bersama Zane Koos, suami Evia dan ayah Menique.

Tahun 2014 adalah jadwal mudik dua tahunan mereka ke Surabaya. “Pas Menique libur sekolah, dan sengaja saya paskan dengan jadwal Pilpres,” kata Evia.

“Pada saat Pemilu Legislatif April 2014 lalu, kami memilih di Amerika. Waktu itu, kami dikirimi surat undangan oleh Panitia Pemilihan Luar Negeri, Tempat Pemungutan Suara Luara Negeri (TPSLN) KJRI (Konsulat Jendral Republik Indonesia) Chicago, Illinois. Karena Chicago jauh dari Duluth, kami memilih cara absentee ballot. Dengan cara itu, surat suara dikirim ke alamat kami dan kami kirim balik ke TPSLN Chicago setelah kami coblos,” ujar Evia.

“Berbeda di tanah air yang nyoblos pada empat lembar kertas suara, kami di hanya dikirimi satu lembar suara yang hanya berisi calon wakil rakyat DPRD I DKI (Daerah Khusus Ibukota Jakarta,” ujar Evia sembari menyebutkan ia tak tahu kenapa warga negara di Amerika kok (hanya) memilih caleg Provinsi DKI.

“Pemilihan dengan cara absentee ballot seperti ini nggak seru,” kata Evia lagi. “Itulah sebabnya, untuk pemilihan presiden, saya sengaja pingin pilih di tanah air, sekalian merasakan suasana serunya”

Maka, setelah April 2014 lalu, Evia dan Menique mulai mempersiapkan diri.Mula-mula mereka minta formulir Model A5 Luar Negeri yang menyatakan pindah pilih balik ke Indonesia. Ini screenshot salah satu Formulir Model A5 Luar Negeri mereka.

[caption id="attachment_314980" align="aligncenter" width="448" caption="Screenshot: Eddy Roesdiono"][/caption]

Ketika Evia dan Menique pulang kampung ke Babatan Pilang, Surabaya, mereka siap menggunakan formulir A5 tersebut untuk hadir di TPS. “Tapi ternyata saya dan Menique dapat undangan dari KPPS TPS 27 Babatan. Surabaya, jadilah formulir A5 tersebut tidak terpakai,” jelas Evia.

Bagi Evia, mencoblos di Indonesia punya makna khusus, apalagi setelah ia merasakan nuansa pemilihan dan pencalonan dua Capres yang ia nilai seru habis. “Rugi saya kalau nggak ikut nyoblos di kampung halaman,” kata Evia.

Pilpres di kampung halaman ini seru juga buat Menique, yang merupakan pengalaman pertama mencoblos. Jauh hari sebelum pilplres Menique rajin browsing untuk mempelajari masing-masing Capres-Cawapres.

“Setelah mempelajari keduanya, pilihan saya ternyata sama dengan pilihan Bunda,” ujar Menique, mahasiswi Civil Engineering, University of Minnesota, Duluth.

“Capres yang saya pilih, orangnya merakyat, berwajah ndeso, pakai baju kotak-kotak. Saya pingin dia yang menang”

“Mencoblos itu ternyata asyik, bisa merasa hebat dan punya arti bagi negara saya, meski cuma sumbang satu suara,” kata Menique, di TPS 27 Babatan Pilang, Surabaya, sesaat setelah memberikan suaranya, 9 Juli lalu. “

Sorenya Menique sibuk menatap layar televisi, nonton quick count untuk melihat apakah presiden pilihannya mendapat suara terbanyak.

“Jagomu menang, ya?” saya tanyai Menique ketika ia buka puasa dengan putri saya.

“Di TPS 27, jagoku menang 172 melawan 107. Di beberapa lembaga quick count jagoku menang, di beberapa lembaga quick count lainnya, kalah” ujar Menique. “Capres yang saya pilih, orangnya merakyat, berwajah ndeso, pakai baju kotak-kotak. Saya pingin dia yang menang”

[caption id="attachment_314981" align="aligncenter" width="420" caption="Menique dan Evia Koos (foto : Eddy Roesdiono)"]

1405062325829256732
1405062325829256732
[/caption]

Okay dah, Menique, kita tunggu hasil resmi dari KPU, ya!

Buat Menique dan Ibunda-nya, salut dan salam hormat atas apresiasinya terhadap kehidupan berwarga negara yang baik dan menyempatkan diri nyoblos di tanah air.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun