Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bangkok Skytrain dan Bangkok Metro: Bisakah Jakarta Tiru?

21 September 2011   09:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:45 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pupus sudah mimpi warga Jakarta untuk memiliki moda transportasi ‘melayang’ monorel. Gubernur DKI Fauzi Bowo mengakhiri perjanjian konsesi dengan PT Jakarta Monorel, kontraktor yang sedianya membangun mimpi itu. Rencana pembangunan yang sudah terhenti sejak 2004 itu (progress fisik pembangunan baru sampai pada pendirian tiang pancang di Kuningan dan Senayan) resmi berhenti 19 September 2011 . Saat ini Fauzi Bowo lebih suka memikirkan moda transportasi yang lebih cocok, lebih baik, berdaya tampung lebih tinggi, dan harga tiket terjangkau. (www.republika.co.id).

Yuk, kita gigit jari sama-sama sembari melihat moda serupa yang sudah jalan di negara tetangga. Saya tak banyak tahu soal MRT (Mass Rapid Transport) di Malaysia dan Singapore, jadi saya membahas yang ada di Bangkok, Thailand saja.

Dengan 10 juta penduduk dan mobilitas kota yang padat, jenis transportasi non-darat jelas diperlukan untuk kelancaran gerak di Bangkok. Saat ini setidaknya sudah tersedia dua kemudahan bergerak di kota, yakni BTS Skytrain yang bergerak di atas rel melintas udara kota, dan satu lagi adalah MRT yang meluncur di kedalaman bumi.

[caption id="attachment_136386" align="aligncenter" width="680" caption="BTS Skytrain melintas di atas Bangkok (foto : Eddy Roesdiono)"][/caption]

BTS (Bangkok Skytrain)

The Bangkok Mass Transit System, atau biasa disebut BTS Skytrain (รถไฟฟ้าบีทีเอส--rot fai fa BTS), adalah system transit cepat di awang-awang kita. BTS dioperasikan oleh Bangkok Mass Transit System Public Company Limited (BTSC) berdasarkan konsesi yang diberikan Pemerintah Kota Bangkok.Jalur BTS memiliki 32 stasiun di dua jalur trayek, yakni Sukhumvit – Bearing, dan jalur trayek Silom yang menghubungkan kawasan Silom dan Sathon Road di pusat kota Bangkok. Panjang total jalur BTS adalah 55 kilometer, dan perhari BTS mengakomodasi pergerakan (ridership) 500.000 warga kota. Kecepatan rata-rata kereta layang ini adalah 35 kilometer perjam, dan bisa ngebut (top speed) sampai 80 kilometer perjam.BTS beroperasi setiap hari antara jam 6 pagi sampai tengah malam. Ongkos naik kereta tergolong murah, antara 15 – 40 baht (Rp 4.500 – Rp 12.000) sekali jalan. Tiket didapatkan melalui mesin. Pada panel mesin tiket, Anda tinggal pencet tombol nama stasiun tujuan, masukkan uang sesuai tarif, dan tiket akan keluar secara otomatis dari mesin. Tiket berupa kartu ini Anda bawa ke jalur masuk keberangkatan yang dibatasi oleh deretan portal buka-tutup selebar badan manusia. Untuk membuka portal, cukup selipkan kartu di slot yang tersedia. Portal akan terbuka dan tiket akan menyembul sendiri di permukaan mesin. Ambil dan kantongi kartu tiket ini. Sesampai di tujuan, selipkan kartu tiket ini pada slot mesin di portal keluar. Kartu tiket akan ditelan oleh mesin ini. [caption id="attachment_131357" align="aligncenter" width="561" caption="Penumpang memasuki gerbong BTS (Foto : Eddy Roesdiono)"][/caption] Bagian dalam kereta BTS bersih dan adem. Bila naik BTS Anda akan disuguhi pemandangan kota Bangkok dari ketinggian sekitar 30 meter dari permukaan tanah. Pada malam hari, jangan tanya eloknya panorama kota Bangkok dengan gedung-gedung yang menjulang tinggi. Karena kereta datang setiap lima menit, tak perlu tempat duduk untuk menunggu di stasiun. Tempat duduk di dalam kereta berdempet dengan dinding dalam kereta, dengan ruang cukup luas untuk berdiri, dan dilengkapi tali-tali untuk bergelantungan penumpang berdiri. Pada jam-jam sibuk, kereta penuh sesak. [caption id="attachment_131359" align="aligncenter" width="398" caption="BTS melesat di ketinggian kota Bangkok (foto : pattayathailand.biz)"][/caption] Di dalam kereta, selalu terdengar voice-over suara wanita yang mengumumkan tentang stasiun berikutnya dalam bahasa Thai dan Inggris. Bila kurang paham kedua bahasa ini, silakan tengok peta jalur yang terpampang di atas pintu keluar masuk otomatis. Peta jalur dicetak dalam huruf Thai dan huruf Latin. Bulatan kecil pada nama stasiun berikut akan menyala agar Anda tahu di stasiun berikut itulah Anda turun. Sama sekali dilarang makan minum, apalagi merokok di dalam kabin kereta. Dinding kereta sejauh ini mulus dan bersih, tak ada jejak-jejak tangan gatal yang suka corat-coret mirip di negeri tercinta kita. Keamanan diri dalam kereta juga terjamin. Meski perempuan pecinta rok mini duduk sendiri di kereta pada malam hari, tak bakal ada yang melototi apalagi menjamah. Oh ya, pembangunan BTS mulai direncanakan tahun 1990. Setelah beberapa kali terhenti, proyek jalan terus dan pada tanggal 5 Desember 1999, BTS mulai resmi beroperasi. MRT (Bangkok Metro) MRT (Mass Rapid Transit) Bangkok, acap pula disebut Bangkok Metro dan mendapat julukan rotfai taidin (รถไฟใต้ดิน) atau ‘kereta api bawah tanah’, atau sering pula disebut sebagai Blue Line. MRT dimiliki oleh Mass Rapid Transit Authority of Thailand (MRTA) dan dikonsesikan kepada perusahaan Bangkok Metro Company Limited (BMCL) selama 25 tahun. Pembangunan MRT dimulai 19 November 1996 dan rampung pada tahun 2004. Operasi pertama MRT dimulai jam 19:19, 3 Juli 2004, dibuka resmi oleh Raja Bhumibol dan Ratu Sirikit. MRT mempunyai satu jalur ganda, dengan 18 stasiun, dan 19 unit kereta yang masing-masing terdiri atas tiga gerbong. Jalur yang dilayani adalah mulai dari Stasiun Kereta Api (darat) Hua Lamphung dan berakhir di Bang Sue, total sepanjang 20 kilometer. MRT beroperasi antara jam 6 pagi isampai tengah malam, dan setiap hari membantu mobilitas 200.000 warga. [caption id="attachment_131361" align="aligncenter" width="535" caption="KA bawah tanah Bangkok Metro (foto : Eddy Roesdiono)"][/caption] Tiket kereta api berbentuk bulatan pipih tebal seperti kancing sebesar uang logam Rp 500, berwarna hitam. Tiket ini bisa dibeli di mesin atau pada loket penjual. Pada saat sampai di portal buka-tutup masuk ruang keberangkatan, pipihan ini ditempel di sensor pada mesin untuk membuka portal. Pipihan ini selanjutnya Anda kantongi. Di portal keluar stasiun tujuan, pipihan ini harus diselipkan di selot mesin untuk membuka portal. Pipihan kemudian ditelan mesin. Harga tiket berkisar antara 12 – 40 baht (Rp 3.600 – Rp 12.000), anak-anak dan orangtua dapat diskon setengahnya. [caption id="attachment_131364" align="alignnone" width="648" caption="Bagian dalam Bangkok Metro (foto : Eddy Roesdiono)"][/caption] Sama seperti BTS, bagian dalam MRT bersih, adem dan nyaman. Jangan harap bisa menonton pemandangan di luar jendela. Di luar jendela gelap gulita karean kereta bergerak di bawah tanah. Kereta datang setiap lima menit, jadi tak perlu tempat duduk untuk menunggu di stasiun. Tempat duduk di dalam kereta berdempet dengan dinding dalam kereta, dengan ruang cukup luas untuk berdiri, dan dilengkapi tali-tali untuk bergelantungan penumpang berdiri. Pada jam-jam sibuk, kereta penuh sesak. Voice-over suara wanita yang mengumumkan tentang stasiun berikutnya dalam bahasa Thai dan Inggris juga ada. Peta jalur dicetak dalam huruf Thai dan huruf Latin di dinding pada bagian atas pintu otomatis. Bulatan kecil pada nama stasiun berikut akan menyala agar Anda tahu di stasiun berikut itulah Anda turun. Dilarang makan minum, apalagi merokok di dalam kabin kereta. Dinding kereta mulus dan bersih, tak ada jejak-jejak tangan gatal, kecuali poster-poster iklan yang rapi. Keamanan terjamin.

BTS dan MRT masing-masing melayani jalur yang berbeda agar bisa memberi pemerataan mobilitas warga. Tersedia stasiun interchange bila Anda ingin pindah moda dari BTS ke MRT dan sebaliknya. Stasiun MRT Hua Lamphung tepat berada di bawah stasiun kereta api darat Hua Lamphung. Jadi, bila Anda tiba di Bangkok dengan kereta darat, Anda bisa langsung ambil MRT. Tersedia pula jalur koneksi untuk mengantar Anda ke Bandara Suvarnabhumi, yakni jaringan Suvarnabhumi Airport Link (SARL), jaringan monorel, yang menghubungkan beberapa stasiun sebelum Anda sampai di Bandara.

Dengan dua moda itu, yang mengurangi pergerakan darat 700.000 penumpang perhari, Bangkok lumayan terbebas dari kemacetan. Eksistensi BRT dan MRT juga tidak merampas ruas jalan Bangkok yang padat; bandingkan dengan jalur busway di Jakarta yang eksklusifitasnya malah telah mengurangi jatah gerak kendaraan lain yang makin banyak jumlahnya.

Apakah Jakarta bisa melanjutkan mimpi memiliki moda transportasi yang bebas macet dan biaya terjangkau seperti di Bangkok. SIngapura dan Malaysia? Mungkin bisa, asal ada semangat untuk berpihak pada kerepotan masyarakat umum, yang sehari-hari makin tersiksa dengan hiruk pikuk dan keruwetan lalu lintas, yang waktu produktifnya habis tersedot di jalan?

Ataukah sebaiknya moda transportasi ini dicobakan dulu di kota-kota lebih kecil seperti Surabaya, Medan, Jogja?

Sumber :

www.en.wikipedia.org

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun