Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Perlu Interpreter Saat Menyimak Pidato Raja Salman?

4 Maret 2017   12:44 Diperbarui: 5 Maret 2017   18:00 2247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Biro Pers, Media dan Informasi, Sekretariat Kepresidenan

Dan seterusnya.

Consecutive interpretation bisa digunakan untuk dua pihak individual (masing-masing satu penutur bahasa sumber dan satu penutur bahasa sasaran), misalnya antara raja Salman dan presiden Joko Widodo ketika terlibat dalam pembicaraan pribadi; dan bisa juga digunakan oleh satu penutur bahasa sumber dengan puluhan atau ratusan penutur bahasa sasaran ketika seorang penutur bahasa sumber berbicara pada audiens besar. Pada pembicaraan dua individu,  interpreter akan memposisikan dirinya agak ke belakang di antara dua pihak dan akan berperan bergantian sebagai sebagai ‘mulut’ dan ‘telinga’ masing-masing pihak. Pada pidato di hadapan audiens, interpreter bisa pula berdiri jauh dari penutur sumber.

Panjang pendeknya tuturan bisa dilakukan berdasarkan kesepakatan antara penutur bahasa sumber dengan pihak interpreter. Tuturan biasanya pendek-pendek bila pidato dilakukan mendadak dan tanpa persiapan. Penggalan tuturan bisa lebih panjang bila pidato sudah dipersiapkan dan dengan demikian interpreter sudah punya salinan isi pidato, yang penerjemahannya sudah pula dipersiapkan oleh interpreter sebelum tampil di depan audiens.

SIMULTANEOUS INTERPRETING

Simultaneous interpretation (alihbahasa langsung) adalah cara alihbahasa yang dilakukan langsung ke dalam bahasa sasaran ketika penutur bahasa sumber berbicara, tanpa jeda untuk penyampaian hasil penerjemahan. Dalam pembicaraan antara dua pihak individual, posisi interpreter sama dengan posisinya dalam consecutive interpretation, yakni di antara kedua belah pihak. Bedanya : kedua belah pembicara bisa mengobrol tanpa terputus dan benar-benar mengandalkan interpreter sebagai ‘mulut’ dan ‘telinga’ secara bersamaan.

Seperti consecutive interpretation, simultaneous interpretation juga biasa digunakan untuk komunikasi antara (a) satu penutur bahasa sumber untuk audiens besar penutur bahasa sasaran (misalnya satu pembicara di hadapan audiens besar, (b) beberapa penutur bahasa sumber untuk audiens besar bahasa sasaran (misalnya satu panel pembicara di hadapan audiens besar).

Karena masing-masing penutur dan interpreter harus berbicara bersama-sama, sangat tidak mungkin bagi audiens untuk mendengar dua suara secara bersamaan. Itulah sebabnya perangkat audio khusus digunakan. Baik pembicara dan audiens memiliki satu set audio yang sama, terdiri dari satu mikrofon dan satu headset. Perangkat audio juga dilengkapi panel tombol pilihan bahasa. Jadi, bila dalam suatu pertemuan dua bahasa digunakan (misalnya Arab dan Indonesia) akan nada dua tombol yang masing-masing diberi tempelen tulisan: tombol 1 bahasa Arab, tombol 2 bahasa Indonesia. Bila pertemuan melibatkan lebih dari dua bahasa, maka akan tersedia sejumlah tombol sesuai dengan bahasa yang disediakan.

Seorang, atau beberapa interpreter yang menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dalam hal ini akan bekerja di sebuah bilik (console room atauinterpreter’s booth) yang, berdinding kanan kiri kedap, kaca tembus padang untuk melihat ke depan, dan hanya diterangi lampu baca. Bilik biasanya berlokasi di bagian belakang ruang seminar, jauh di seberang  meja pembicara. Bila dalam pertemuan digunakan lebih dari dua bahasa, maka jumlah console room sama dengan jumlah bahasa yan gditawwarkan, masing-masing dipisah sekat agar suara mereka ketika berbicara tidak saling timpa.

Interpreter's Booth (www.saokhueconsult.com.vn)
Interpreter's Booth (www.saokhueconsult.com.vn)
Inilah ilustrasi proses alihbahasa simultaneous. Kita misalkan, dalam pertemuan itu, tiga bahasa digunakan, yakni Arab, Inggris, Indonesia. Sudah pula ditetapkan bahwa bahasa Arab tombol 1, bahasa Inggris tombol 2 dan bahasa Indonesia tombol 3.

Di meja depan seorang pembicara berbahasa Arab berpidato lewat mikrofon. Interpreter di console roommenekan tombol 1. Interpreter mendengar suara berbahasa Arab melalui headset. Ia kemudian langsung mengalihbahasakan pidato bahasa Arab ini ke dalam bahasa Indonesia melalui mikrofon.  Rekan interpreter yang berbahasa Inggris akan melakukan hal yang sama, tapi ia akan mengalihbahasakan ke dalam bahasa Inggris. Audiens yang ingin mendengarkan terjemahan pidato bahasa Arab dalam bahasa Indonesia tinggal tekan tombol 3, dan audiens yang ingin dengar terjemahan Arab dalam bahasa Inggris tinggal pencet tombol 2. Audiens mendengar lewat headset.

Audiens juga punya fasilitas yang sama. Peserta pertemuan bisa mengaktifkan mikrofon, pakai bahasa Indonesia, dan bertanya pada pembicara berbahasa Arab, misalnya. Sang pembicara tinggal tekan tombol no 1 dan mendengarkan versi bahasa Arab dari sang penanya lewat headseat. Kalau nanti pembicara menjawab pertanyaan,giliran penanya pencet tombol nomor 3 dan mendengarkan jawaban versi bahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun