Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Negara Atau Negeri?

12 November 2013   13:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:16 5402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1384238787404618666

Pada mulanya adalah pertanyaan kritis siswa asing, yang sedang belajar Indonesia pada saya. “Apa beda negara dan negeri? Saya mencoba mencari konsistensi penggunaan makna kata tersebut dalam bahasa Indonesia, dan saya kebingungan”

[caption id="attachment_277578" align="aligncenter" width="608" caption="Ilustrasi : Eddy Roesdiono"][/caption]

Siswa itu pantas bingung, boleh jadi sama bingungnya dengan saya. Betapa tidak, ada ‘pegawai negeri’, ‘luar negeri’, ‘negeri yang indah permai’, ‘sekolah negeri’, ‘ayam negeri’ dan sebagainya. Kemudian, ada ‘pejabat negara’, ‘kepala negara’, ‘perusahaan negara’, ‘milik negara’, ‘jalan negara’, ‘negara adikuasa’, dan lain-lain.

KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) memaknakan ‘negara’ (kata benda dan kata sifat) sebagai organisasi dari suatu wilayah yang merupakan kekuasaan tertinggi yang sah dan ditaati oleh rakyat; dan ‘negeri’ (kata benda dan kata sifat) sebagai tanah tempat tinggal suatu bangsa, kampung halaman, tempat tinggal.

Kamus Lengkap Indonesia-Inggris terbitan Mizan menerjemahkan ‘negara’ sebagai state, government of a country, nation; dan ‘negeri’; sebagai land, country.

Mengacu pada definisi ‘negara’ yang dibakukan dalam KBBI, maka frasa ‘pejabat negara’, ‘lintas negara’, ‘milik negara’, ‘jalan negara’ dan semacamnya sudah sesuai dengan makna ‘negara’ sebagai entitas sosial politik yang berdaulat, dan sebagai pembeda dari ‘swasta’.

Frasa ‘Indonesia negeri yang indah’, ‘para professional negeri ini’, ‘bangsaku negeriku’, ‘negeri Belanda’ dan seterusnya juga sudah patuh pada makna ‘negeri’ seperti yang teracu pada kedua kamus tersebut di atas.

Lalu, bagaimana dengan ‘sekolah negeri’, ‘Menteri Dalam Negeri’, ‘pegawai negeri’, ‘luar negeri’, yang menurut logika makna di atas, seharusnya adalah ‘sekolah negara’, ‘Menteri Dalam Negara’, ‘pegawai negara’, ‘luar negara’? Kenapa pula bukan ‘aparatur negeri’, ‘lembaga negeri’?

Manakala mencoba memahami konsistensi makna ‘negara’ dan ‘negeri’, kita juga jadi perlu berpikir sesaat kenapa ada ‘produk dalam negeri’, ‘negeri yang makmur’, ‘negara industri maju’, ‘negara pengekspor beras’, ‘negara dunia ketiga’.

Rupanya bukan saja pemakai bahasa Indonesia yang terbingungkan. Kamus Mizan yang saya sebut di atas pun seperti terpapar pada ambiguitas makna ini. Pada bidang contoh kolokasi kata ‘negeri’ dalam kamus tersebut, tersua frasa ‘negeri jajahan’, dan ‘negeri tetangga’, yang pada umumnya kita sebut ‘negara jajahan’, ‘negara tetangga’.

Atau, barangkali kita perlu menganalisis beda makna ‘negara’ dan ‘negeri’ melalui bahasa Inggris, dalam hal mana ‘negara’ diterjemahkan sebagai state, dan ‘negeri’ diterjemahkan sebagai country. Ah, ternyata masih juga membingungkan, seperti pada contoh di bawah ini :

OPEC- Organization of Petroleum Exporting Countries (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak), Developed Countries (Negara-negara Maju), Secretary of State (Menteri Luar Negeri), State School (Sekolah Negeri).

Jadi bagaimana?

Sebaiknya kita gunakan pendekatan sinonim saja; kita anggap negara dan negeri itu bermakna sama, setidaknya demikian seperti yang sudah kita kenal.

Kita gunakan kata ‘negara’ sesudah : warga, milik, perusahaan, pejabat, hutang, lembaran, jalan, urusan, fasilitas, lintas, batas, bela, tugas dan seterusnya.

Kita gunakan ‘negara’ sebelum : sahabat, persemakmuran, tetangga, berdaulat, miskin, adikuasa, maju, jajahan, dan sebagainya.

Kita gunakan ‘negeri’ sesudah : luar, dalam, sekolah, anak, pegawai, dan seterusnya.

Kita gunakan ‘negeri’ sebelum : nama sebutan bangsa (negeri Belanda, negeri Sakura, negeri Paman Sam, negeri antahberantah, negeri tirai bambu, khatulistiwa, dan lain-lain), kata-kata sifat tertentu (negeri indah, negeri porak poranda, negeri bertabur bunga, negeri tanpa keramahan, dan sebagainya), bahari, impian, dan seterusnya.

Oh ya, satu hal lagi. Kata ‘negeri’ boleh iri pada kata ‘negara’. Kata ‘negara’ bisa mendapatkan imbuhan ‘ke-an’ seperti ‘kenegaraan’, tapi kata ‘negeri’ tak pernah sekalipun terdengar menjadi ‘kenegerian’. Ada ‘negarawan’, tapi tak ada ‘negeriwan’; ada ‘bernegara’, tapi tak terdapat ‘bernegeri’.

Yang penting, kita berharap agar masyarakat negeri ini adalah warga negara yang baik, yang senantiasa siap membela negara dan tak putus mencintai negeri ini sekalipun sedang menjalankan tugas negara dan harus tinggal di luar negeri.

Salam negara-negeri!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun