Ini kisah nyata. Teman saya, asal Surabaya, bermobil di Jakarta, mencoba menemukan jalan RE Martadinata. Lama berputar-putar, akhirnya ia berhenti di pinggir jalan untuk bertanya pada seorang pemuda. “Maas, Maf. Jalan Martadimana di nata?”. Yang ditanya tentu saja bingung, karena seharusnya teman saya itu bertanya , “Maaf, Mas. Jalan Martadinata di mana?”
Ternyata, bicara terbolak-balik ini bisa dan biasa terjadi pada banyak orang. Teman saya yang lain, kalau lagi marah pada anaknya akan bilang, “Nanti saya kuping jewermu”, atau “Nah, Idi nia”. Yang terakhir ini dia mau bilang “Nah, ini dia”
Apakah bicara terbolak-balik itu hanya terjadi dalam bahasa Indonesia? Tentu saja tidak. Ini melanda semua bahasa, termasuk bahasa Inggris. Kalimat ‘go and take shower’ (pergi mandi sana), bisa keliru dengan ‘go and shake a tower’ (sana goyang menaranya). Orang yang mau bilang ‘I must send the mail’ (saya harus kirim surat ini), bisa salah bicara menjadi ‘I must mend the sail’ (saya harus perbaiki layarnya). Kalimat ‘you have wasted two terms’ (kamu telah menyia-nyiakan dua term), bisa salam menjadi ‘you have tasted two worms’ (kamu sudah mencicipi dua cacing).
[caption id="attachment_122882" align="aligncenter" width="508" caption="Sad & Happy kena spoonerism (foto : emlocke.com)"][/caption]
Bila gejala seperti di atas melanda Anda, itu berarti Anda mengidap Spoonerisme. Spoonerisme (spoonerism) adalah kesalahan bicara yang berkaitan dengan transposisi fonetik dalam hal mana huruf mati, huruf hidup atau morfem terbolak-balik tempatnya. Istilah spoonerism diambil dari nama William Archibald Spooner (1844-1930), penjaga New College, Oxford, Inggris, yang sering bicara terbolak-balik seperti itu. Spoonerims juga dikenal sebagai marrowsky, seperti nama seorang Polandia yang juga mengidap kebiasaan serupa.
Spoonerisme mulanya adalah bagian dari selip lidah (slip of the tongue) yang timbul karena lidah penutur ‘keseleo’ yang biasanya dipicu oleh kegugupan, terlalu cepat berbicara atau kurang konsentrasi. Spoonerisme terjadi pada kata, frasa atau kalimat. Hasil keseleo lidah itu kadang menampilkan susunan kata yang masih bisa difahami artinya (walau jadi lucu) seperti contoh-contoh di atas, tapi bisa juga jadi kacau macam ini : Come and wook out of the lindow yang harusnya ‘come and look out of the window’ (sini dan lihatlah ke luar jendela).
Dalam perkembangannya, lama-kelamaan spoonerism juga bertumbuh menjadi permainan kata yang ditujukan untuk menciptakan humor. Pada titik ini, spoonerisme bisa kurang lebih sama dengan ‘plesetan’ dalam kultur bahasa Indonesia yang bernada humor dan beroma kritik. Tak jarang produk-produk spoonerism mencapai popularitas nasional. Produk Spoonerisme pelawak Asmuni Srimulat, yakni ‘hil-hil yang mustahal’ untuk ‘hal-hal yang mustahil’ sangat terkenal.
Berikut ini contoh-contoh produk spoonerism dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Spoonerism-nya saya tulis duluan, diikuti kata atau kalimat yang seharusnya.
Bahasa Indonesia
Kita hadirkan kesaksiannya = kita saksikan kehadirannya
Tunggang pulung = tulang punggung
Kenai dasi = kedai nasi
Tanah bintang = tahan banting
Aja-aja ada = ada-ada aja
Melangkahi kelamaan = mengalami kelangkaan
Kesengajaan yang dikeliru = kekeliruan yang disengaja
Bahasa Inggris
Fighting a liar = lighting a fire
You hissed my mystery lecture = you missed my history lecture
Is the bean dizzy? = Is the Dean busy?
Know your blows = blow your nose
You have very mad banners = you have very bad manners
It’s pouring with rain = it’s roaring with pain
Sealing the hick = healing the sick
Somethong wring = something wrong
I’m a damp stealer = I’m a stamp dealer
Wave the sails = save the whales
Eye ball = bye all
No tails = toe nails
Okay, senigi ludu, ya! Eye ball!
Sumber :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H