Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Enam Misteri Belajar Bahasa Asing

13 Juni 2011   05:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:34 2279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya menyimak tulisan menarik Kompasianer Fenny (fey) Down DI SINI

dan saya sangat menikmati isinya. Saya juga mendapati dua komentar bermanfaat. Ini dia dua komentar itu.

belajar bahasa inggris dari SMP sampe SMA dan PT, hasilnya nol, pengen sekali bisa ngomong bahasa inggris, semoga saya bisa belajar dari ibu, salam” (Kompasianer Aa Gun)

dan

wah tulisan di atas mengingatkan akan perjuangan saya untuk bisa bahasa inggris, dari mulai beli majalah bekas, praktek dengan orang asing setiap minggu di airport, menangkap kalimat2 dari serial tv seperti beverlyhills dan friends yang saya catat di atas kertas karton bekas bungkus benang jahit….alhamdulillah walau cuma lulusan sma dengan bekal kemampuan berbahasa inggris saya mampu bersaing dengan mereka yang lulusan universitas” (Kompasianer Abi Nassem)

[caption id="attachment_113725" align="aligncenter" width="364" caption="Ilustrasi (foto : conversationagent.com)"][/caption]

Dua komentar di atas sebenarnya mencerminkan dan mewakili kondisi proses pemerolehan bahasa asing, termasuk bahasa Inggris. Banyak orang selalu gagal belajar bahasa asing; bahasa Inggris misalnya. Sudah bertahun-tahun belajar, mereka tak kunjung memahami tatabahasa, tak cepat mempelajari pelafalan, dan susah merangkai kata, dan pada akhirnya susah bicara, membaca dan menulis dalam bahasa yang dimaksud.

Banyak pula orang bisa mempelajari bahasa asing dengan mudah dan nyaman dan menguasai serta mampu menggunakannya dengan fasih. Tuntas dengan satu bahasa asing, mereka mulai belajar bahasa asing lainnya, dan berhasil pula menguasai satu bahasa asing lain, demikian seterusnya.

Sampai di titik ini, belajar bahasa asing kemudian jadi misteri bagi mereka yang terjebak dalam kubangan kesulitan belajar bahasa asing atau bahasa kedua. Benarkah ada misteri dalam proses belajar bahasa asing?

Sebelumnya marilah kita simak dua istilah yang mungkin sering kita dengar tapi tidak bisa kita bedakan dengan baik, yakni bahasa asing (foreign language), dan bahasa kedua (second language). Ada banyak definisi tentang foreign language dan second language. Tapi, mudahnya begini : foreign language adalah bahasa yang tidak digunakan di negara seorang pelajar bahasa, sementara second language adalah bahasa lain selain bahasa aslinya yang dikuasai atau pelajari oleh seseorang. Jadi dalam pengertian sederhana, sebuah bahasa asing bisa menjadi bahasa kedua bagi seseorang. Bahasa kedua tidak selalu bahasa yang dipelajari di urutan kedua; bisa saja bahasa itu ada bahasa yang dipelajari atau dikuasai di urutan tiga, empat dan seterusnya.

Kembali ke soal misteri belajar bahasa asing, merangkum sejumlah pendapat ahli sosiolinguistik (sosiologi bahasa), terkumpullah enam misteri kesulitan tersebut. Ke-enam misteri itu, seperti yang kita duga, berfokus pada proses pemerolehan bahasa asing sebagai bahasa kedua (second language acquisition). Ke-enam dimensi tersebut dibagi dalam dua kategori besar yakni (a) dimensi-dimensi yang menentukan proses belajar bahasa asing, dan (b) ciri-ciri proses yang menetapkan sukses tidaknya pemerolehan bahasa asing.

PROSES PEMEROLEHAN BAHASA ASING

Pada dimensi-dimensi penentu proses pemerolehan bahasa, tersedia tiga misteri, yaitu : propensity, language faculty dan access to the language. Mari kita bincangan tiga misteri ini :

Yang dimaksud propensity adalah kebutuhan atau desakan untuk mempelajari bahasa asing atau bahasa kedua. Desakan atau urgensi ini muncul karena kebutuhan integrasi sosial (pingin gaul, pingin bisa bergabung dengan komunitas, komunitas tertentu); kebutuhan berkomunikasi (pingin bisa menyatakan sesuatu dengan kata, susunan dan pelafalan yang tepat, pingin bisa menulis surat bisnis, pingin bias menulis laporan, pingin bisa berpidato dalam bahasa asing, dan sejenisnya);sikap terhadap bahasa termaksud (suka menggunakan bahasa asing termaksud dalam ucapan atau tulisan) dan latar belakang pendidikan (makin tinggi tingkat pendidikan, makin tinggi pula keinginan dan desakan untuk belajar bahasa asing)

Dimensi kedua penentu proses pemerolehan bahasa asing, yakni language faculty, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan kemampuan alamiah seseorang untuk belajar bahasa asing baik sebagai penutur atau sebagai pendengar. Language faculty juga menyangkut aspek kemampuan seseorang dari segi language processor yang dimilikinya (kemampuan otak, sistem motorik, dan ketrampilan mengolah persepsi, dalam hal menghasilkan dan memahati materi linguistic tertentu), dan tersedianya pengetahuan dasaryang secara sadar ia pelajari dari orang lain, buku atau dari sumber-sumber lain. Dengan kata lain, language faculty menyangkut aspek biologis prosesor bahasa dan pengetahuan yang tersedia dalam benaknya.

Dimensi ketiga penentu proses pemerolehan bahasa asing, yakni access to the language (akses terhadap bahasa termaksud), menyangkut banyaknya input yang diterima oleh seseorang, dan kesempatan untuk berkomunikasi. Tanpa unsur ’akses’ ini, prosesor bahasa sperti yang dimaksud di atas tidak berfungsi. Input artinya informasi yang diterima berbareng dengan input  linguistik yang sempit. Untuk jelasnya, begini contohnya : Bayangkan Anda terkunci di sebuah ruangan selama seminggu bersama dengan dua orang yang berbahasa Spanyol. Semula Anda tidak paham apa yang dibicarakan dua orang tersebut. Lama-mana Anda mulai paham berdasarkan respon masing-masing orang itu. Anda ’bisa mendengar dan memahami’, tetapi ’tidak bisa bicara’ (kalimat seperti ini sering saya dengar dari teman-teman yang mengaku ’bisa berbahasa Inggris pasif’). Inilah yang disebut input sempit. Input yang lebih luas menyangkut pemahaman Anda akan elemen-elemen pembelajaran seperti pemahaman fonologi, morfologi, sintaks, kosakata dan sejenisnya. Peluang komunikasi juga punya peran penting dalam meningkatkan akses terhadap bahasa. Makin sering Anda bercas-cis-cus dengan penutur asli, makin banyak input yang Anda peroleh dan makin besar peluang Anda menggunakan semua input yang Anda miliki.

PROFIL PEMEROLEHAN BAHASA ASING

Tiga misteri berikutnya dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri atau karakteristik proses pemerolahan bahasa asing. Agar gampang, kita sebut saja ’profil pemerolehan bahasa asing’. Misteri yang dimaksud adalah the structure of the process (struktur proses), tempo of acquisition (kecepatan pemerolehan), dan end state (berakhirnya proses).

Struktur proses pemerolehan bahasa ditandai oleh dua hal penting, yakni sinkronisasi dan variabilitas. Sinkronisasi adalah upaya menyelaraskan semua elemen pengetahuan bahasa untuk mencapai kemahiran berbahasa (proficiency). Bila Anda dengan mudah membedakan cara baca dan tulis bahasa Inggris ’live’ dan ’leave’, ’kin’ dan ’keen’, misalnya, maka Anda memiliki profil kemampuan fonologi yang apik. Bila gampang bagi Anda untuk tahu kapan menambahkan ’ed’ atau ’s/es’ di belakang sebuah kata kerja bahasa Inggris, atau faham perubahan bentuk benda dalam bahasa Jerman berdasarkan artikelnya, maka Anda memiliki profil morfologi yang yahud.

Jika mudah bagi Anda menyusun kata yang benar dalam kalimat (tidak terbolak-balik), maka profil pemahaman sintaktik Anda bisa diandalkan. Apabila anda memilik banyak kosakata yang bisa digunakan untuk berkomunikasi, maka profil lexicon (kosa kata Anda) ciamik sekali.

Variabilitas adalah perbedaan profil proses pemerolehan bahasa. Profil ini bisa berbeda karena

komponen kebutuhan belajar, kendala biologis, tingkat pengetahuan, dan tersedianya input linguistik. Variabilitas demikian tidak selalu memiliki tingkat yang sama dalam satu individu pelajar, dan tidak selalu sama pula di antara dua pelajar.

Kecepatan pemerolehan bahasa asing sangat menentukan sukses belajar bahasa asing. Bila Anda ditekan untuk segera belajar bahasa Jepang karena harus kuliah di Jepang, misalnya, tekanan itu akan mempercepat penguasaan bahasa Jepang Anda, asalkan aspek-aspek lainnya seperti prosesor bahasa dan akses Anda terhadap bahasa juga dalam kondisi prima. Terbatasnya akses dan peluang komunikasi bisa memperlambat pemerolehan bahasa. Soal prosesor bahasa dalam otak kita, belum jelas apakah kualitas prosesor bahasa bisa membantu kita ngebut belajar bahasa. Tapi para ahli menyiratkan bahwa memori yang lemah ikut andil memperlamban proses pemerolehan bahasa. Kebutuhan berkomunikasi akan terkatrol sejalan dengan peningkatan kemahiran dan peluang-peluang komunikasi. Orang Indonesia yang harus bekerja di Korea atau yang harus tinggal bersama suami Korea, misalnya, punya akses dan peluang komunikasi tinggi yang membuatnya cepat bisa bicara Korea).

Idealnya, berakhirnya (end state) pemerolehan bahasa mencerminkan kesempurnaan penguasaan bahasa. Kesempurnaan ini tentu saja tidak mencakup varian-varian penguasaan bahasa seperti dialek, slang, idiom dan sejenisnya. Berhentinya proses pemerolehan bahasa sebelum tercapainya penguasaan bahasa disebut dengan istilah fossilization (fosilisasi). Fosilisasi, antara lain terjadi karena (a) pelajar merasa tak perlu mengasah kemampuan pelafalan yang tak ia butuhkan untuk berkomunikasi, (b) pelajar tidak lagi berada atau berkomunikasi dari komunitas sosial bahasa tersebut, (c) prosesor bahasa pelajar mengalami perubahan, misalnya karena faktor usia, (d) dan pelajar sudah merasa sama mahirnya dengan penutur asing. Berakhirnya pemerolehan bahasa juga ditandai dengan fenomena backsliding (kemunduran), yakni mundurnya kemahiran ke tahap awal pemerolehan bahasa. Ini biasanya terjadi bila pembicara mengalami kelelahan otak setelah proses conversation yang panjang. Jadi, bila dalam setengah jam pertama Anda bisa bicara tangkas, akurat struktur dan lafalnya, pada menit-menit berikutnya Anda mulai belepotan, salah ucap dan sebagainya.

Nah, enam misteri di atas bisa membantu pelajar untuk mengidentifikasi diri, dan selanjutnya untuk mengatasi kendala dan menghadapi tantangan belajar bahasa asing. Dengan sibakan misteri di atas, peminat bahasa asing bisa mulai mempersiapkan diri, menyesuaikan diri dan mengambil tindakan-tindakan seperlunya untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing.

Sangat saya hargai kesediaan Anda untuk membaca sampai titik ini.

Domo arigatou gozaimashu. Xie Xie. Thank you very much. Khawp Khun Kap. Muchas Gracias.

Vielen Dank. Eharisto Poli. Salamat. Mercibeaucoup. Spasibo.

Rujukan :

- Klein, Wolfgang, Second Language Acquisition,Cambridge University Press, Cambridge, 1986.

- Trudgill, Peter, Sociolinguistics An Introduction, Penguin Books, Ltd, Middlesex, 1979.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun