Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mau ke Macau?

6 April 2014   21:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 7627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bila luas negara Indonesia adalah 1.919.440 km persegi dan menerima kunjungan 8 juta wisatawan asing pertahun, apa yang Anda bayangkan bila ada sebuah negara seluas hanya 29,5 km persegi yang menerima kunjungan 26 juta wisatawan asing pertahun?

[caption id="attachment_302097" align="aligncenter" width="500" caption="Senado Square, Macau (Foto : www.photomacau.com)"][/caption]

Anda benar, kita sedang berbicara tentang Makau, Macau atau Macao. Seperti Hong Kong, Macao adalah bagian dari Republik Rakyat Tiongkok yang memiliki otoritas khusus berjuluk Special Administrative Region, atau Kawasan Administratif Khusus, atau yang dalam bahasa Portugis disebut sebagai Região Administrativa Especial de Macau. Dalam bahasa setempat, Macau disebut Ou Mun. Warga negara ini sukses membangun dirinya melalui industri pariwisata dan perjudian.

Negara yang berpenduduk hanya 610.000 orang ini sebenarnya berada di daratan Tiongkok, berbatasan dengan provinsi Guangdong di Tiongkok dan persis di seberang barat daya Hong Kong. Penduduknya beretnis Tionghoa dan 90% di antaranya berbahasa Canton, dialek Tionghoa yang juga dipakai di Hong Kong. Negara ini mendapatkan tambahan lahan dengan mereklamasi pantai di wilayah yang sekarang disebut sebagai Cotai Strip.

Kawasan Macau pertama kali dijamah penjelajah Portugis pada tahun 1550. Oleh kekaisaran Tiongkok, kawasan ini kemudian disewakan kepada para pedagang Portugis sebagai pelabuhan dagang mulai tahun 1557. Portugis diberi hak mengelola kawasan Macau sampai empat ratus limapuluhan tahun ke depan. Kedaulatan Macau dikembalikan kepada pemerintah Tiongkok oleh Portugal pada tanggal 20 Desember 1999. Berdasarkan Deklarasi Bersama Tiongkok-Portugal, Macau akan beroperasi secara otonomi penuh sampai tahun 2049. Pada tahun 2002, Macau menjadi salah satu negara terkaya di dunia dan dinobatkan sebagai pemilik pusat perjudian terbesar di dunia pada tahun 2006.

Perjalanan ke Macau pasti akan lebih menarik bila dibarengi dengan rasa ingin tahu kenapa negara mungil ini sukses mengundang demikian banyak wisatawan asing. Dari kawasan Tsim Sha Tsui di Hong Kong, pada tanggal 22 Februari 2014, bersama 6 rekan seperjalanan, saya bertolak ke Macau. Mula-mula kami naik kereta api dari Tsim Sha Tsui ke stasiun Sheung Wan di mana pelabuhan ferry Shun Tak berada. Shun Tak adalah salah satu dari dua pelabuhan laut ferry di Hong Kong yang menghubungkan pelancong dari Hong Kong ke Macau lewat laut.

[caption id="attachment_302098" align="aligncenter" width="480" caption="Kapal cepat Catamaran Turbojet berkapasitas 234 penumpang (Foto : Eddy Roesdiono)"]

13967661711878945193
13967661711878945193
[/caption]

Kami membeli tiket penyeberangan ferry perusahaan Turbojet, yang berangkat tiap jam dari Hong Kong ke Macau. Harga tiket untuk perjalanan 75 menit dengan perahu cepat jenis Catamaran adalah $HK 170 (Rp 254.000). Di pelabuhan Shun Tak, penumpang harus melewati pemeriksaan imigrasi Hong Kong. Petugas akan merekam informasi paspor Anda.

Kapal cepat Turbojet berkapasitas 234 penumpang. Penumpang mendapatkan kursi sesuai nomor di kabin berpendingin udara. Seat-belt harus dikenakan. Formulir kedatangan (Arrival Card) untuk masuk ke Macau dibagikan di kapal penyeberangan.

Turbojet merapat di Terminus Maritimo di Macau. Antrian imigrasi mengular, dalam kurang lebih dua puluh barisan. Saya berdiri menunggu setengah jam sebelum dapat giliran pemeriksaan imigrasi. Seperti sistem imigrasi di Hong Kong, visa Macau tidak diterakan dalam bentuk stempel di paspor Anda, melainkan dalam bentuk secarik kertas sebesar tanda terima di mesin ATM bank yang tintanya gampang pudar. Jadi bila Anda tidak buat fotokopian atau scan carik visa Anda, Anda tak punya bukti pernah ke Macau atau Hong Kong. Carik kertas ini jangan sampai hilang.

Keluar dari Imigrasi dan menghirup udara Macau, HP GSM Simpati saya langsung mendengungkan nada datangnya sms. Ada 5 SMS, di antaranta ucapan selamat datang dari pusat-pusat perjudian di Macau dan dari pemerintah yang mengingatkan bahwa perokok akan dikenakan denda sebesar MOP 600 (sekitar Rp 900.000) dan mereka yang tidak bayar denda bakal dipersulit bila masuk Macau kelak.

[caption id="attachment_302099" align="aligncenter" width="448" caption="Penguman denda untuk perokok di tempat umum (Foto : Eddy Roesdiono)"]

1396766275384981330
1396766275384981330
[/caption]

Dari terminal ferry Teriminus Maritimo,  saya dan grup hendak naik taksi. Namun, karena salah satu peserta tur adalah seorang nenek usia 84 yang pakai kursi roda, saya putuskan sewa mobil van. Kebetulan, seperti di aula tempat angkutan umum di tanah air, saya dihampiri seorang lelaki penjaja mobil sewa bernama Tony yang menawarkan mobil van. Tony, bisa bicara Indonesia patah-patah minta ongkos sewa van $ HK 2.400. Saya menawar dan akhirnya angka $HK 1.000 (Rp 1.5750.000) disetujui untuk sewa van keliling Macau dari jam 11.00 sampai jam 18.00 plus sopir.

[caption id="attachment_302108" align="aligncenter" width="400" caption="Nama jalan dalam dua bahasa (Foto : Eddy Roesdiono)"]

1396767006345397153
1396767006345397153
[/caption]

Supir imigram Filipina ini langsung membawa kami ke tujuan yang saya minta, yakni Largo de Senado atawa Senado Square, yang merupakan salah satu landmark wajib kunjung di Macao. Ini adalah kawasan downtown Macao yang tampak meriah dengan campuran bangunan baru dan lama yang tentu saja didominisi sentuhan arsitektur gaya Portugis. Nama-nama jalan ditulis dalam dua bahasa, Tionghoa dan Portugis. Seperti biasa, kawasan ini penuh sesak dan dijubeli wisatawan; sesekali terdengar celoteh dalam bahasa Indonesia dari sekelompok turis asal Indonesia.

[caption id="attachment_302101" align="aligncenter" width="480" caption="Senado Square (Foto : Eddy Roesdiono)"]

1396766512874763086
1396766512874763086
[/caption]

[caption id="attachment_302103" align="aligncenter" width="480" caption="Lagi, Senado Square (Foto : Eddy Roesdiono)"]

1396766579867876535
1396766579867876535
[/caption]

[caption id="attachment_302104" align="aligncenter" width="346" caption="Satu lagi, Senado Square (Foto : Eddy Roesdiono)"]

13967666201298342509
13967666201298342509
[/caption]

Jack, sopir mobil van kami memberikan informasi penting, “di Macau Anda bisa pakai tiga mata uang, MOP (Macanese Pataca), Dollar Hongkong dan CNY (Chinese Yuan). Jangan heran, ketiga-tiganya dianggap memiliki nilai tukar yang sama. Jadi, kalau punya Pataca, pakai Pataca saja biar tidak rugi,” Jack mengingatkan. Asal tahu saja, bila ditukar Rupiah, saat itu 1 MOP = Rp 1.520, 1 $ HK = Rp 1.575, dan 1 Yuan = Rp 2.000. Jadi bila terpaksa kita bayar pakai Yuan, pedagang bakal senang, kita bakal mules. Sesisir pisang seharga 10 MOP (Rp 15.200), bila kita bayar dengan 10 Yuan, jadinya Rp 20.000; pedagang nambah keuntungan Rp 4.800.

[caption id="attachment_302105" align="aligncenter" width="360" caption="Travessa dos Becos, salah satu gang sempit di downtown Macau (Foto : Eddy Roesdiono)"]

1396766692513913411
1396766692513913411
[/caption]

Oh ya, bila Anda membayar pakai Dollar Hong Kong atau Yuan dan bakal dapat kembalian uang, sudah biasa pula Anda mendapatkan kembalian dalam bentuk MOP. Jadi bila bayarnya pakai Yuan atau Dollar Hongkong, Anda dapat kembalian uang MOP. Bila uang MOP itu nanti kita tukar ke Dollar Hongkong atau Yuan, Anda tahu sendiri berapa ruginya.

Selepas Largo de Senado, saya dan rombongan mengarah ke gang-gang kecil di seputaran situ, membeli penganan khas Portuguese Egg Tart, sejenis tart kecil berbahan dasar tepung dan telor, seharga 5 MOP sebuah. Lumayan enak, legit dan gurih di lidah. Perempuan pelayan toko kecil itu bicara bahasa Jawa; maklum asal Trenggalek dan sudah mukim di Macau 23 tahun. Dari mbak Sumiasih ini, saya dapat info tentang warung Jawa di seputaran situ. Tadinya saya enggan; la wong jauh-jauh ke Macau kok cari makanan Jawa. Tetapi, karena sebagian besar grup saya ingin tahu, akhirnya kami melangkah ke sebuah gang agak kumuh dari segi penampilan dinding (mirip gang-gang kawasan Pecinan di tanah air), bernama Travessa dos Becos. Di gang inilah kami menemukan rumah yang ruang tamunya disulap jadi warung bernama Estabelecimento de Bebidas ‘Radja Jawa Café’. Warung di gang sempit ini, yang punya sekitar 12 kursi, tak muat mendapatkan kunjungan wisatawan Indonesia yang meluber hari itu. “Maaf, silakan pesan, dan silakan nunggu. Agak lama ya, nggak ngira hari ini bakal seramai ini,” demikian ujar Nely, pengelola warung Jawa yang sudah menetap 13 tahu di Macau. Sembari menunggu pesanan Nasi Kuning, Nasi Ayam Lalap, Ikan Bakar, Rujak Jawa dan Nasi Tempe Penyet, kami nonton siaran acara Opera Van Java Trans7 di televisi yang ternyata diputar dari CD Player.

[caption id="attachment_302106" align="aligncenter" width="477" caption="Warung Jawa milik mbak Nelly di Macau (Foto : Eddy Roesdiono)"]

13967667751602105682
13967667751602105682
[/caption]

Waktu yang terbuang untuk makan siang di warung ini agak saya sesali, karena mengurangi waktu yang harusnya kami gunakan untuk cuci mata. Setelah dari warung Jawa, kami bergerak menuju ke landmark Macau, yakni Ruin of St Paul’s Cathedral, yakni sisa bagian façade (dinding depan) reruntuhan katedral yang aslinya dibangun pada 1602 dan mengalami kebakaran . Reruntuhan gereja ini mustinya tak jauh dari Largo de Senado. Namun, karena jubelan wisatawan yang berjalan ke dan dari reruntuhan katedral St Paul, perjalanan kaki bergerak hanya sekitar sepuluh meter per menit. Ratusan wisatawan seperti tak henti-hentinya mengalir dari segala penjuru gang di sepanjang jalan akses menuju ke Ruin of St Paul Cathedral. Wisatawan yang bergerombol mengantri beli makanan di café dan toko di kanan-kiri jalan menambah macet jalan sempit itu. Hebat, ya, hanya sepenggal reruntuhan gereja, tapi mampu menjadi landmark dan magnit wisaya negara ini.

[caption id="attachment_302107" align="aligncenter" width="480" caption="The Ruin of St Paul Cathedral, landmark Macau (Foto : Eddy Roesdiono)"]

1396766832387950143
1396766832387950143
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun