Mohon tunggu...
Eddy Roesdiono
Eddy Roesdiono Mohon Tunggu... Guru Bahasa Inggris, Penerjemah, Copywriter, Teacher Trainer -

'S.C'. S for sharing, C for connecting. They leave me with ampler room for more freedom for writing.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mau ke Macau?

6 April 2014   21:01 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 7627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_302116" align="aligncenter" width="400" caption="Toko-toko di sepanjang jalan sempit menuju Ruin of St Paul Cathedral (Foto : Eddy Roesdiono)"]

13967676161212011500
13967676161212011500
[/caption]

Tentu saja, sesampai di reruntuhan katedral St Paul kami langsung narsis, selfie dan semacamnya. Selebihnya, kami berjuang balik melewati jalan penuh sesak itu untuk kembali ke Largo de Senado, tempat mobil van kami menunggu.

Dari Largo de Senado, Jack langsung membawa kami ke Cotai Strip, bagian dari Macau yang merupakan tanah hasil reklamasi. Melintasi jalan bebas hambatan dengan jembatan-jembatan laut yang megah, kami menatap hamparan gabungan antara pemandangan laut dan deretan ratusan bangunan bertingkat yang bermunculan dari kawasan Cotai Strip. Ini menyiratkan kemakmuran dan kemewahan negeri ini yang dibangun dengan uang para penjudi.

[caption id="attachment_302109" align="aligncenter" width="560" caption="Jalan bebas hambata antara downtown Macau - Cotai Strip (Foto : Eddy Roesdiono)"]

13967670641798478339
13967670641798478339
[/caption]

Industri perjudian di Macau dimulai pada tahun 1962, dan beroperasi di bawah lisensi monopoli pemerintah bernama Sociedade de Turismo e Diversões de Macau (Perseroan Terbatas Urusan Pelancongan dan Hiburan Macau) yang dipegang oleh pebisnis Stanley Ho. Monopoli industri judi ini berakhir pada tahun 2002, dan pada saat inilah mulai masuk pengusaha—pengusaha perjudian dari Las Vegas, Amerika. Kini lisensi diberikan kepada sekitar 30 kasino; 14 di antaranya di bawah kekuasaan Stanley Ho. Macau meraih puncak kemakmuran dari perjudian pada tahun 2006.

[caption id="attachment_302110" align="aligncenter" width="480" caption="Bagian dalam menuju ke gambling hall, the Venetian (Foto : Eddy Roesdiono)"]

1396767132394347936
1396767132394347936
[/caption]

The Venetian Macau, salah satu resort wisata mewah , lapang dan lega, yang juga pusat perjudian mulai dibuka, menyusul pusat-pusat perjudian lain seperi MGM Grand Macau. Lebih dari separuh dari 26 juta wisatawan asing per tahun yang berkunjung ke Macau. Sebagian besar dari pelancong ini duduk di meja judi, menghabiskan dan mendulang uang. Bisnis perjudian di negara ini menyumbangkan 50% GDP (gross domestic product) per capita, dan 70% pendapatan negara. Boleh tahu saja, pada tahun 2011, total pendapatan nagara dari perjudian adalah 44,330 miliar dollar Amerika (Rp 48.800.000.000.000.000) sementara pendapatan per kapita penduduk adalah 77.353 dollar Amerika (Rp 881.824.000). Tak pelak lagi, Macau adalah negara yang paling sukses meraup duit dari perjudian. Kasino Las Vegas di Amerika yang sudah duluan ada kini kalah jauh dari Macau.

Kami sampai di the Venetian Macau sekitar jam 4 sore. Begitu mobil van sampai di depan the Venetian, para greeters, sejumlah anak muda dalam seragam penarik Gondola membantu membuka pintu, menyalami kami dengan ramah, menurunkan barang dan membantu nenek di grup kami naik ke kursi roda.

Bangunan the Venetia kontan membuat saya overwhelmed. Lantai terrazzo mewah dan dekorasi ruang berselera tinggi menyapa kami. Langit-langit bergambar bak lukisan hidup menjadi pemandangan sedap di mata.

Masuk ke sebuah hall kasino yang dipenuhi mesin-mesin dan meja judi, dua dari anggota tur saya dilarang masuk karena berusia kurang dari 19 tahun. Berbeda dari kawasan-kawasan umum lain di Macau, merokok di hall kawasan judi diperbolehkan. Saya mengedarkan pandangan, meja-meja judi dengan permainan kartu macam bakarat dan poker banyak diminati. Koin-koin sebagai pengganti uang bertebaran di meja. Para bandar judi, berseragam khusus putih hitam, melayani penjudi tanpa senyum, tanpa suara dan tanpa ekspresi; hanya tangan mereka yang bergerak mengais kartu remi yang dari mesin pembangi kartu, atau meraup dan menyerahkan koin kepada penjudi.

[caption id="attachment_302111" align="aligncenter" width="460" caption="Suasana gambling hall, the Venetian (Foto : www.theguardian.com)"]

13967672182049278749
13967672182049278749
[/caption]

Tersulut rasa ingin tahu, saya menghampiri sebuah mesin judi. Saya tak tahu apa namanya. Saya coba masukkan selembar uang pecahan 10 dollar Hong Kong, Saya tak bisa menjelaskan cara mainnya karena hanya coba-coba, dan asal pencet berdasarkan informasi berbahasa Inggris pada tombol-tombol yang ada di situ. Di luar dugaan, meski tak tahu cara main, di layar monitor tertulis WIN $ HK 367 (menang $ HK 367). Dengan angka menang itu Anda bisa terus main atau TAKE WIN (ambil menangnya). Bila terus main, WIN Anda sebesar $ HK 367 akan dipertaruhkan lagi. Sekali lagi, karena ingin tahu, saya pencet TAKE WIN, dan keluarlah selembar kertas print yang menyatakan saya berhak atas uang $ HK 367. Saya bawa kertas print itu ke sebuah mesin cash dispenser dan saya sisipkan di mesin itu. Dari bagian dalam mesin itu meluncurlah 3 lembar uang pecahan $HK 100, 1 lembar $HK 50, 1 lembar $HK 10, dan 7 coin pecahan $HK 1. Uang betulan!

Wah, modal $HK 10 (rp 15.000), dapat $HK 367 (Rp 550.500) semudah itu! Pantas pusat-pusat judi di negara ini marak sekali! Tak terbayang berapa banyak uang beredar di meja-meja judi dan di tempat-tempat khusus buat penjudi kelas miliaran!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun