[caption id="attachment_331713" align="aligncenter" width="477" caption="Susi Pudjiastuti (sumber:bisnis.com)"][/caption]
TADINYA saya pengen gunakan judul bombastis: “Menteri Susi Kini Jadi Setan”. Tetapi karena alasan etika, juga takut tulisan ini dihapus Mas Admin gara-gara “kurang pantas”, akhirnya judulnya kuganti saja dengan judul di atas. Mudah-mudahan suami Ibu Susi, Mr Christian von Strombeck, tidak cemburu gara-gara judul tulisan ini.
Hanya beberapa jam setelah namanya diumumkan Presiden Jokowi sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, Minggu 26 Oktober 2014 lalu, Susi Pudjiastuti langsung jadi sasaran tembak empuk. Perempuan kelahiran Pangandaran, 15 Januari 1965 itu dirundung (di-bully) dari berbagai arah. Siapa bisa menghindar kalau ditembak dari semua arah? Berani melawan pasti mati! Ada kemungkinan selamat jika tidak melawan (menyerah) atau mengibarkan bendera putih. Dalam hukum perang atau dikenal dengan International Humanitarian Law/Hukum Kemanusiaan Internasional, musuh yang sudah menyerah tidak boleh diserang. Maksudnya, sekali lagi, kalau Ibu Susi “menyerah” ada kemungkinan dirinya selamat dari maraknya perundungan, kecuali “musuh” yang dihadapinya benar-benar kejam dan tak pandang bulu!
Serangan terhadap Ibu Susi dikemas dalam satu paket berisi: perokok (pejabat publik tidak pantas merokok di ruang publik), bertato (pejabat negara kok tattoan), dan kurang berpendidikan (masak menteri cuma tamat SMP). Dalam paket itu juga disertakan beberapa serangan ringan, antara lain; jadi menteri karena relasi (akrab dengan Mbak Puan dan Ibu Megawati), suami tiga orang, bule lagi (emang bisa?), pernah ngemplang utang Rp 34 miliar (entahlah). Mungkin masih ada lagi – maksudnya masih dicari-cari gitu lho... :D
Inti dari sepaket serangan itu terfokus pada moral dan tingkat pendidikan. Jadi, intinya Ibu Susi dianggap tidak bermoral! Wah, kejam sekali. Bayangkan, ada berapa juta orang di Indonesia ini yang tidak bermoral karena mereka adalah perokok? Berapa juta orang tidak bermoral di negeri ini karena tubuhnya tattoan? Soal suami tiga, memangnya dia masih memiliki ketiga-tiganya? Atau sekarang suaminya hanya satu orang? Ini lagi, mana boleh jadi menteri kalau SMA saja tidak tamat? Kan banyak tuh profesor doktor yang lebih pantas.
Semua kelebihan Ibu Susi dianggap nol. Anak tamatan SMP tapi bisa punya 50 pesawat terbang dianggap nol. Mampu kelola maskapai penerbangan dianggap nol. Bisa punya perusahaan perikanan kelas dunia dianggap nol. Punya sekolah penerbangan dianggap nol. Semua penghargaan bergengsi dari berbagai lembaga karena prestasi dan dedikasinya bagi kemanusiaan (bantuan kemanusiaan saat tsunami Aceh) juga dianggap nol. Semua kelebihan Ibu Susi dianggap nol karena dia dituding tak bermoral. Yah, mungkin para perundung itu moralnya terlalu tinggi.
Kalau saya sih sama sekali tak mempersoalkan semua hal yang dijadikan bahan serangan terhadap Ibu Susi. Pertama, saya tidak mengenal dekat perempuan hebat ini, jadi tidak tahu persis apa kejelekannya. Kedua, saya menyukai orang yang tampil apa adanya sebagaimana karakter aslinya. Sebaliknya saya kurang suka orang yang selalu ingin terlihat bak malaikat tapi faktanya berkebalikan. Ketiga, saya selalu kagum pada orang-orang yang meraih kesuksesan karena kerja keras dan inovatif. Tapi saya pasti ikut “menyerang” Ibu Susi kalau dia itu seorang koruptor, maling, dan tidak memiliki potensi dan kelebihan apapun namun dihadiahi jabatan menteri.
Okelah, bila kita tidak mau anak kita terpengaruh Ibu Susi lalu ikut-ikutan merokok, menurut saya itu lebay. Bilang saja ke anak-anak kita, “Eh, Nak, kamu wajib belajar dan meniru bagaimana Ibu Susi bisa sesukses itu, tetapi ingat, jangan tiru kebiasaan merokoknya. Itu nggak baik untuk kesehatan kamu. Lagian kamu masih anak-anak, uangnya saja masih bapak/emak yang ngasih.”
Kalau anakmu malas sekolah gara-gara lihat ada menteri cuma tamat SMP. Bilang saja ke dia, “Nak, dia itu tidak tamat SMA, tetapi sebenarnya dia juga bersekolah. Pengalamannya membangun dan mengelola perusahaan dari nol sampai jadi perusahaan besar itulah sekolahnya. Kalau kamu janji bisa bikin perusahaan sebesar yang dipunyai Ibu Susi, hari ini juga kamu boleh berhenti sekolah!”
Melihat catatan prestasi dan keuletan Ibu Susi hingga menjadi seorang pengusaha sukses, apalagi kini dipercaya sebagai menteri, terus terang, saya jatuh cinta dan kagum pada sosok seperti ini. Ibu Susi, Anda pantas jadi Menteri Kelautan dan Perikanan. Anda perempuan hebat dan pantas untuk jabatan itu mulai sekarang sampai batas ketika Anda ternyata tidak (lagi) amanah. Proficiat, Bu Menteri! (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI