[caption id="attachment_356156" align="alignnone" width="630" caption="LAPANG - Jarak antar-kursi yang lebih lapang membuat penumpang kereta api lebih nyaman. Anak-anak pun tidak rewel dan sangat menikmati perjalanan Jakarta-Bandung. (Foto: Eddy Mesakh)"][/caption]
DIRUT PT Kereta Api Indonesia (KAI) Edi Sukmono, sebagaimana dikutip Kompas.com, Â mengakui dirinya setengah mati mempertahankan capaian Ignasius Jonan mengubah wajah perkeretaapian di Indonesia, apalagi melampaui sang mantan Dirut yang kini menjabat Menteri Perhubungan. Dia mengapresiasi capaian Jonan ketika membesut PT KAI.
Benarkah layanan KAI saat ini sudah lebih baik? Atau seperti judul artikel ini, betulkah menumpang kereta api senyaman pesawat terbang?
Karena bukan penduduk Pulau Jawa, saya bukan pengguna rutin jasa kereta api. Malahan lebih sering menumpang pesawat terbang. Menjadi penumpang kereta api pun tak habis dihitung dengan jari tangan. Paling tidak, saya pernah menumpang moda transportasi itu ketika masih amburadul beberapa tahun silam dan setelah dibenahi beberapa tahun terakhir. Tapi saya hanya ingin bercerita tentang layanan KAI rute Jakarta-Bandung yang saya alami awal Januari 2015 lalu.
Kami – saya bersama istri dan tiga orang anak – awalnya hendak menggunakan mobil travel dari Jakarta ke Bandung. Rencana berubah atas saran sopir taksi yang mengantar kami dari bandara Soetta ke Monas. Dia menganjurkan agar kami menggunakan kereta saja karena lebih murah. Kalau sewa travel tarifnya sekitar Rp 700 ribu – Rp 900 ribu, sementara kereta api kelas bisnis hanya sekitar Rp 80 ribuan – Rp 90 ribuan. Langsung terlintas di kepala saya untuk melihat dan merasakan sendiri hasil kerja Jonan merombak layanan kereta api yang riuh dipuja-puji media massa.
Akhirnya kami memutuskan menumpang kereta api. Memasuki Stasiun Gambir, saya langsung merasakan perbedaannya. Saat membeli tiket, petugas menanyakan KTP/identitas lain agar sesuai nama pada tiket. Antrean di loket pembelian tiket lebih teratur. Kami menumpang kelas Bisnis Argo Parahyangan yang berangkat jam empat sore. Saya lupa persisnya, tetapi total harga tiketnya waktu itu sekitar Rp 350 ribuan untuk lima orang; dua dewasa, dua anak-anak, dan satu bayi di bawah dua tahun.
Suasana di ruang tunggu terasa nyaman. Ruang tunggunya bersih seperti di bandara, tidak ada orang yang merokok di dalam ruang tunggu, dan areanya lapang sehingga anak-anak bisa nyaman bermain -Â ini mengurangi kerepotan orangtua, mengingat anak-anak biasanya bosan dan rewel kalau dipaksa duduk diam.
[caption id="attachment_356158" align="aligncenter" width="560" caption="BERSIH DAN TERTIB - Suasana di ruang tunggu Stasiun Gambir, Jakarta, bersih dan tertib. Anak-anak bebas bermain dan tidak rewel (Foto:.Eddy Mesakh)"]
Kondisi di dalam gerbong, menurut saya, terasa nyaman karena bersih, pendingin udara bekerja dengan baik, dan jarak antar kursinya lapang. Bandingkan dengan pesawat terbang kelas ekonomi yang jarak antar-kursinya sangat sempit. Anak-anak kami bisa bermain dan tampak sangat menikmati perjalanan. Kami sendiri sangat menikmati perjalanan sore itu. Apalagi bisa menyeruput kopi panas sembari menikmati pemandangan dari jendela. Di samping suasana, pelayanan pramugari sangat baik dan sopan, serta ada penyampaian informasi melalui speaker kepada penumpang mengenai situs-situs atau lokasi-lokasi tertentu yang dilalui si ular besi. Jadinya perjalanan kami terasa seperti sedang menumpang bus pariwisata.
[caption id="attachment_356159" align="aligncenter" width="300" caption="RAMAH - Pramugari kereta api bersikap ramah dalam melayani penumpang. (Foto: Eddy Mesakh) "]
Ignasius Jonan, yang kini menjabat Menteri Perhubungan, patut dipuji atas keberhasilannya merombak sistem dan pelayanan PT KAI. Sebagaimana pernah ditulis Kompas.com.  Jonan disebut berhasil membawa kultur tanggung jawab di antara pegawai, serta passion untuk menghasilkan output yang terbaik sesuai kemampuan.  "Saya bilang ke teman-teman, okelah, kamu perbaiki satu hal kecil dalam pekerjaan Anda, dalam satu hari satu saja. Itu dalam setahun, Anda akan menjadi orang yang berbeda, wong ada 365 hari dalam setahun. Memperbaiki 200 saja apa pun bentuknya," kata Jonan kala itu.
Mudah-mudahan Dirut baru PT KAI, Bapak Edi Sukmono, mampu mempertahankan layanan kereta api, lebih bagus lagi jika bisa meningkatkannya melalui terobosan-terobosan baru. Sementara Pak Jonan sendiri diharapkan mampu memperbaiki sistem dan layanan seluruh moda transportasi publik, baik darat, laut, dan udara agar semakin aman dan nyaman. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H