Jermi Haning bilang kira-kira begini; "Jika kami 100 orang berteriak di Rote Ndao sementara di saat yang sama ada 10 ribu orang berteriak di Jakarta, siapa yang akan mendengarkan suara kami?"
Atas alasan itulah Kabupaten Rote-Ndao memilih strategi ofensif/menyerang. Menahan musuh sebelum masuk ke area pertahanan mereka.
Ucapan Jermi Haning itu harus didengar oleh Pemerintah Pusat saat ini. Pemerintah pusat harus memberikan jaminan akan mampu menangani secara cepat jika terjadi ledakan pasien Covid-19 di Rote Ndao.
Jika jawabannya mampu, maka berikan detailnya agar warga di sana merasa tenang. Tetapi jika ragu-ragu dalam menjawab, maka berikan izin kepada mereka untuk menutup pintu masuk dan keluar dari daerah itu.
Toh saat ini pemerintah pusat juga sudah menghentikan penerbangan komersil. Sementara penerbangan kargo masih boleh. Sehingga berbagai kebutuhan masyarakat di sana masih bisa dipasok. Sedangkan soal ketersediaan pangan, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao sendiri sudah menyatakan mereka siap.Â
Oleh karena itu, mohon kepada pemerintah pusat untuk mendengarkan permintaan mereka. Itu tidak dilakukan untuk gagah-gagahan. Itu semata-mata mekanisme pertahanan. Upaya mencegah bencana. Â
Demikian pula daerah-daerah terpencil lainnya yang masih "zona hijau" agar ditutup juga jika mereka mengajukan permohonan. Ini agar kita bisa lebih fokus menangani wabah di daerah-daerah zona merah dengan kekhawatiran yang lebih rendah. Sebab, jika sempat terjadi ledakan di daerah yang jauh dengan fasilitas terbatas, itu akan sangat mempersulit pemerintah pusat sendiri. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H