Mohon tunggu...
Eddy Mesakh
Eddy Mesakh Mohon Tunggu... Wiraswasta - WNI cinta damai

Eddy Mesakh. Warga negara Republik Indonesia. Itu sa! Dapat ditemui di http://www.eddymesakh.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Curang dari Hongkong?

7 Juli 2014   11:15 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:11 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_314361" align="aligncenter" width="469" caption="Suasana di Victoria Park-Hongkong. (https://www.facebook.com/photo.php?v=1452497298336203&set=o.406514006128501&type=2&theater)"][/caption]

KITA sering mendengar bahkan menggunakan idiom “dari Hongkong” untuk tujuan membantah sebuah pernyataan maupun informasi. Misalnya, ada yang menuding Anda telah berbuat curang. Menampik tudingan seperti itu, kita sering gunakan idiom bernada tanya; “curang dari Hongkong?”

Pelajaran Bahasa Indonesia soal idiom cukup sampai di situ dulu ya.

Mari kita lanjutkan topik ini dengan fakta media dan pemberitaan yang sedang riuh. Ini soal dugaan kecurangan Pilpres 2014 di Hongkong yang ramai di situs Youtube, pemberitaan media massa, maupun berbagai informasi yang berserak di media sosial. Apakah ini sebuah kebetulan? Atau ini ‘cara alam’ untuk menunjukkan kepada kita tentang sebuah konspirasi? Jadi menarik karena tanda alam mengenai dugaan kecurangan itu benar-benar datang dari Hongkong.

Sebanyak 13 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di Victoria Park sudah ditutup ketika ratusan (mungkin juga ribuan) pemilih belum menggunakan hak politiknya dalam Pilpres 2014. Dari informasi melalui beberapa video di situs Youtube, ada petugas KPU melontarkan pernyataan bahwa “Kalau pilih nomor satu (TPS) dibuka”. Pernyataan itu menimbulkan amarah para calon pemilih, yang terlihat dalam berbagai video di youtube umumnya pendukung capres nomor 2.

Ada bantahan dari KJRI Hongkong bahwa alasan penutupan TPS karena Pemerintah Hongkong memberikan batas waktu hanya sampai pukul 17.00. Juga dijelaskan bahwa TPS telah dibuka sejak pukul 08.30 dan ketika ditutup pada pukul 17.00, tidak ada lagi antrean pemilih ketika TPS ditutup. (http://www.kemlu.go.id/hongkong/Pages/Embassies.aspx?IDP=188&l=id)

Gambaran fakta justru bertolak belakang dengan pernyataan KJRI Hongkong. Faktanya antrean pemilih masih mengular sepanjang kira-kira 500 meter ketika TPS ditutup. Para pemilih juga mengaku telah antre sejak pukul 07.00 pagi tapi tidak dapat kesempatan menggunakan hak pilih.

Jadi, apakah betul telah terjadi kecurangan atau ribuan pemilih di Hongkong yang telah berbohong? Mari kita tunggu pernyataan balasan yang lebih sengit; “curang dari Hongkong?” (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun